Alrazi adalah seorang suami yang hanya memiliki pekerjaan sebagai tukang ojol, saat ia kembali ke rumah, ia semua bajunya sudah ada di teras rumah. Dan istrinya mengaku telah berhubungan dengan mantan pacarnya yang kaya.
Ia di usir dari rumah, dan motornya di ambil, akhirnya ia pun pergi dari rumah tersebut. Tak sengaja ia menendang sebuah kotak misterius, yang ternyata ada sistem.
Dengan adanya sistem, hidupnya berubah total menjadi lebih baik.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon less22, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
30~ Misi Baru
...⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️...
...happy reading...
...⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️...
Di meja kerjanya yang rapi, di tengah lantai atas gedung perkantoran tech yang mencolok di pusat kota, Alrazi sedang meninjau laporan proyek barunya bersama 5 karyawan barunya.
Ting!
[MISI BARU]
[Menyelematkan seorang wanita dari pembunuhan terencana]
[STATUS MISI : Sedang berlangsung]
"Ada misi," ucap Alrazi dengan nada tenang.
Ia memalingkan pandangan ke timnya yang sedang berkumpul di ruang rapat kecil di depannya: Rizky dan Siti, dua programmer yang cerdas dan penuh semangat; Dito, desainer yang memiliki imajinasi tak terbatas; Lina, manajer proyek yang teliti dan tangguh; serta Ardi, staf pemasaran yang pandai membaca pasar.
"Rizky dan Siti, tolong kalian berdua mulai membuat framework untuk aplikasi baru, fokus pada keamanan data. Dito, kerjakan konsep desain antarmuka yang mudah dipahami, tapi tetap elegan. Lina, pastikan semua tahapan proyek berjalan sesuai jadwal, dan jika ada hambatan, beri tahu saya segera. Ardi, siapkan riset pasar tentang kebutuhan pengguna di segmen lifestyle yang sedang berkembang. Jika kerja kalian hari ini memuaskan, aku akan kasih bonus tambahan," kata Alrazi dengan nada yang tegas namun penuh penghargaan.
Mereka berlima terlihat senang, wajah mereka bersinar dengan harapan. Bagi Alrazi, memimpin tim bukan cuma tentang menyelesaikan proyek, ini juga tentang membantu mereka tumbuh, berkembang, dan menemukan potensi diri yang lebih besar.
"Jadi kalian tolong bekerja sama dengan baik. Saya pergi dulu, karena ada urusan mendesak yang harus saya selesaikan," kata Alrazi sambil mengambil jasnya.
"Siap Bos!" seru mereka bersamaan, siap siaga untuk memulai pekerjaan.
Alrazi pun keluar dari perusahaan, melangkah cepat menuju parkiran. Ia langsung masuk ke dalam mobilnya, mengaktifkan sistem navigasi yang terhubung dengan sistemnya.
Dalam sekejap, layar sistem menampilkan lokasi misi: sebuah villa yang terpisah di tepi pantai, jauh dari keramaian kota.
Udara di dalam mobil terasa dingin, dan Alrazi bertanya, siapa wanita yang harus diselamatkan? Mengapa ia menjadi sasaran?
Perlahan-lahan, ban mobil Alrazi menggosok aspal jalanan yang melengkung, meninggalkan keramaian pusat kota yang semakin jauh. GPS menampilkan estimasi waktu tiba: satu jam lagi.
Villa itu sengaja dibangun di tempat yang tidak terlalu ramai—sebuah konsep dari pemiliknya untuk menciptakan "tempat pelarian" bagi orang-orang yang bosan dengan hiruk-pikuk perkotaan. Udara di dalam mobil terasa semakin segar, bercampur aroma bunga segar dari taman pinggir jalan yang jarang ada kendaraan lewat.
Selama perjalanan itu, Alrazi tidak hanya memikirkan misi. Ia membuka pesan grup timnya:
Rizky: "Bos, framework aplikasi sudah selesai 70%—kita tambah fitur keamanan ganda ya?"
Siti: "Iya, saya udah mulai tesnya, nggak ada bug sampe sekarang!"
Dito: "Desain antarmuka udah saya kirim ke Lina—nunggu umpan balik!"
Lina: "Semua berjalan lancar, Bos. Ardi udah bawa riset pasar, hasilnya keren banget!"
Ardi: "Harapannya aplikasi ini bisa bantu banyak orang, terutama yang butuh akses layanan lifestyle mudah!"
Alrazi tersenyum. Setiap pesan itu membuktikan bahwa timnya tidak hanya bekerja—mereka berkarya, dengan tujuan yang lebih besar. Ini adalah bentuk "kembang generasi" yang ia impikan: ketika setiap individu menemukan makna dalam pekerjaannya, dampaknya akan merambah lebih jauh dari sekadar target bisnis.
Akhirnya, mobil menyentuh pasir putih. Pantai itu muncul seolah-olah tersembunyi di balik bukit kecil, hamparan laut yang biru jernih, ombak yang lembut menyapukan pantai, dan pohon kelapa yang bergoyang disangga angin. Ia memarkirkan mobilnya di tempat parkiran yang tidak terlalu ramai, dan seketika seorang tukang parkir dengan baju biru muda mendekat, senyum ramah.
"Pak, tiket masuk di sini bayar ya," katanya, menunjuk ke arah meja kecil yang dipasang di sudut parkiran. Di sana, seorang wanita muda sedang menulis di buku catatan, dengan tanda "PEMBELIAN TIKET PANTAI TERSENYUM" di depan mejanya.
"Ah iya, terima kasih," jawab Alrazi dengan mengangguk, berjalan menuju meja itu. Saat membayar, ia menyelipkan pertanyaan santai: "Permisi, mba, ada berapa villa di sini ya?"
"Wah, pak, cuma tiga lho," jawab wanita itu dengan senyum. "Villa Bunga Mawar di kiri, Villa Kelapa di tengah, dan Villa Pantai Biru di kanan. Semuanya punya pemilik yang berbeda, tapi semuanya buat tempat tinggal atau sewa wisata lho."
Alrazi mengangguk, hati sedikit berdebar. Target pembunuh ada di salah satunya.
Setelah mendapatkan tiket, Alrazi melangkah perlahan menuju pantai, lalu menyusuri jalan setapak yang mengarah ke tiga villa itu. Setiap villa memiliki ciri khas sendiri.
Ia melihat dari sistemnya, titik lokasi itu ada di villa mawar.
"Sepertinya aku harus pergi ke Villa mawar dan menemukan tempatnya," gumam Alrazi.
Ia berjalan cepat dan sampailah di depan Villa, Alrazi langsung masuk dan menuju meja resepsionis.
"Ada yang bisa saya bantu Pak?" tanya resepsionis itu.
"Saya ke sini ingin bertemu dengan teman saya," kata Alrazi sedikit berbohong.
...⛹️♀️⛹️♀️⛹️♀️⛹️♀️⛹️♀️⛹️♀️⛹️♀️⛹️♀️⛹️♀️⛹️♀️⛹️♀️⛹️♀️⛹️♀️...
why bekas bininya pun dikerjakan
kenapa tak direjek saja
lanjut up lagi thor