NovelToon NovelToon
MENIKAHI ANAK BOS ANEH

MENIKAHI ANAK BOS ANEH

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama
Popularitas:3.3k
Nilai: 5
Nama Author: Tri 2001

Rara, gadis 20 tahun yang polos, kerja di PT. Nganjuk Sejahtera Group. Bosnya, Pak Samingan, super disiplin tapi eksentrik. Suatu hari, Rara terpaksa tinggal di rumah bos untuk mengurus anak tunggalnya - Arifbol - cowok tampan tapi bertingkah seperti anak kecil karena kondisi epilepsi yang dideritanya. Meski begitu, Arifbol ternyata punya sisi religius, perhatian, dan secara tak terduga... bikin Rara jatuh cinta.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tri 2001, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Rapat atau Ajang Naksir Bos?

Pagi itu suasana kantor PT. Nganjuk Sejahtera Group lebih ramai dari biasanya.

Semua karyawan perempuan heboh di depan cermin ruang ganti.

Ada yang sibuk nambah lipstik, ada yang semprot parfum wangi melati, dan ada pula yang ganti kemeja tiga kali cuma buat “rapat penting” hari ini.

“Eh, omonge Pak Arif melok rapat divisi marketing, to?”

“Iyooo, omonge bareng Pak Samingan barang.”

“Waduh, kudu tampil maksimal iki, sopo eroh dilirik.”

Di pojokan ruangan, Rara berdiri sambil nyender di dinding, tangan nyilang di dada.

“Halah, dandan koyok arep audisi Putri Indonesia ae,” gumamnya pelan.

Fitri yang lagi nyusun berkas sampai ngakak kecil, “Wes, Mbakyu, sabar. Wong-wong iki semangat kerjo mergo bose ganteng.”

Rara melotot pura-pura, “Kerjo yo kerjo, bukan ngelirik bosku!”

Jam sembilan tepat, rapat dimulai.

Ruang rapat besar di lantai dua penuh orang.

Pak Samingan duduk di kursi utama, di sebelahnya Arifbol yang sekarang makin berwibawa — kemeja putih, dasi abu-abu, senyum kalem.

Begitu Arifbol masuk, terdengar bisik-bisik kecil di barisan belakang:

“Masya Allah, ganteng banget yo sak iki…”

“Ih, senyume kuwi lho, bikin leleh…”

Rara yang duduk di kursi paling belakang langsung menatap mereka dengan tatapan tajam, cukup untuk bikin dua orang itu pura-pura batuk.

“Uhuk-uhuk! Maaf, tenggorokan gatal,” salah satu cewek bilang, padahal jelas panik. 😅

Rapat berjalan lancar di awal.

Pak Samingan ngomong soal target, divisi marketing presentasi, Arifbol nyimak dengan serius.

Tapi setiap kali Arifbol bicara, semua mata tertuju padanya — dan bukan cuma karena isi pembicaraannya.

“Jadi, untuk promosi bulan depan, kita fokus di area Jawa Timur dulu,” kata Arifbol sambil buka slide.

“Wah, suarane adem banget yo,” bisik seorang staf perempuan ke temannya.

Rara langsung mencondongkan tubuh dan menepuk meja pelan.

“Eh, Mbak, tolong dicatat yang disampaikan, bukan disimak kayak konser dangdut!”

Suasana ruangan mendadak hening.

Arifbol cuma bisa garuk kepala sambil senyum malu.

Pak Samingan batuk kecil. “Ehem… Rara, tenang, iki rapat, bukan ring tinju.” 😂

Rara langsung nyengir kaku. “Hehe, maaf, Pak. Refleks.”

Setelah presentasi selesai, Lela — sekretaris cantik divisi utama — maju membawa laporan tambahan.

“Pak Arif, ini data revisi anggaran. Boleh saya jelaskan langsung?”

Arifbol mengangguk sopan, “Silahkan, Mbak Lela.”

Rara langsung bersuara pelan tapi jelas terdengar,

“Silahkan, Mbak, tapi jangan terlalu deket, nanti kena aura bahaya.”

Seluruh ruangan menahan tawa. Bahkan Pak Samingan pun sampai hampir tumpah kopinya.

Arifbol menatap istrinya dari ujung meja, matanya setengah geli, setengah bingung.

“Ra… tolong, iki rapat serius.”

“Yo aku serius, Mas. Serius ngawasin!”

Begitu rapat selesai, semua keluar satu-satu sambil bisik-bisik.

“Ya ampun, bojone Pak Arif protektif banget.”

“Lucu sih, tapi serem juga lak diiwasi koyok ngono.”

“Untung pak Arifbol cakep, dadi marahe pun estetik.” 😆

Rara berdiri di depan pintu rapat, tangannya di pinggang, kayak penjaga pos.

Arifbol keluar terakhir, menatapnya sambil menahan tawa.

“Ra, kowe iki gawe suasana rapat koyok acara komedi.”

“Luwih apik lucu daripada bosku diambil orang.”

“Bosmu? Aku iki bojomu, Ra.”

“Nah, mangkane tak jogo ketat.”

Arifbol akhirnya ngakak, menepuk pundaknya lembut.

“Dasar, Rara Nganjuk. Lak cinta, suarane paling kenceng sak kantor.”

Rara manyun tapi senyum juga, “Yo wes, sing penting aku menang di hati Mas.”

Dan Arifbol hanya bisa mengangguk —

karena di balik semua kekonyolan Rara, dia tahu: cinta yang tulus memang selalu berisik… tapi hangatnya nggak pernah habis.

Selesai rapat, suasana kantor masih ramai membicarakan kejadian tadi.

Beberapa karyawan perempuan bisik-bisik di pantry, sambil nahan tawa.

“Ya ampun, Bu Rara iku lucu tenan, cemburuan tapi elegan.”

“Iyo, tapi serem juga tatapane pas ndelok Mbak Lela.”

“Hahaha… yo wajar lah, istrine bos, kan?”

Fitri yang lagi tuangin air galon cuma nyengir.

“Wes, Rara pancen ngono. Cemburune model manis, tapi lak dilanjutin iso meletup.”

Satu staf nyeletuk, “Model manis kok iso meletup?”

Fitri ketawa, “Yo mergo dibungkus cinta, Mbak. Dadine gak nyakitin, cuma bikin merinding.” 😆

Sementara itu, di ruang direksi, Rara duduk di depan meja besar sambil menunduk.

Pak Samingan dan Bu Wiji ada di hadapan, keduanya berusaha nahan senyum.

Arifbol berdiri di samping istrinya, garuk kepala gak karuan.

“Rara,” kata Pak Samingan pelan tapi tegas. “Kowe tadi gawe suasana rapat koyok acara stand up comedy. Kabeh wong ngempet ngguyu, termasuk aku.”

Rara menatap bawah, wajahnya memerah. “Sepurane, Pak. Aku gak sengojo. Soale… yo, tadi Mbak Lela terlalu deket karo Mas Arif.”

Bu Wiji akhirnya ngakak kecil, “Walah, Rara… kowe iki yo, nek cemburu ora iso disimpen blas.”

“Lha piye, Bu,” jawab Rara cepat, “aku iki istri sah, mosok meneng ae wong bojoku dilirik-lirik!”

Arifbol sampai ngelus dada, “Ra, tolong, iki neng kantor, bukan neng omah.”

Rara nyeletuk, “Yo wes, tapi kantor iki saiki dadi omah kedua, kan Mas?”

Pak Samingan akhirnya nyerah. Ia tertawa terbahak, “Waduh, aku ora iso ngomel nek koyok ngene. Ya wes, Rara, mulai sesok kowe tetep oleh bantu neng kantor, tapi ojo ganggu suasana rapat maneh. Cukup ngawasi teko adoh.”

Rara langsung sumringah, “Siap, Pak. Tapi jarak jauhku tetep gawe mata elang, loh.” 😂

Setelah keluar dari ruang direksi, Arifbol jalan di samping Rara.

Wajahnya masih setengah kesal, setengah geli.

“Ra, kowe iki nangpo seh? Mosok rapat penting malah dadi bahan tawa?”

“Heh, Mas. Lak aku meneng ae, iso-iso kabeh podho jatuh cinta.”

“Aku nggak bakal peduli karo kabeh, Ra. Aku cuma liat kamu.”

Rara langsung berhenti jalan, menatap Arifbol yang serius.

“Bener, Mas? Kowe cuma liat aku?”

“Yo iyo. Wong kowe iki satu-satune sing iso gawe aku tenang.”

Rara tersenyum, pipinya memerah. “Ih, sampeyan ngomong koyok ngono, gawe aku lemes mas.”

“Lha, tadi waktu nesu-nesu neng rapat malah kuat banget,” jawab Arifbol sambil ngakak.

Mereka jalan lagi, dan sebelum naik ke mobil, Arifbol menatapnya pelan.

“Ra, mulai sesok, kowe ojo terlalu khawatir. Aku janji jaga diri, jaga pandangan. Tapi kowe juga jaga senyum, yo. Soale lak kowe senyum, dunia rasane adem.”

Rara langsung manyun kecil. “Mas Iki iso ae, omongane koyok bakul madu.”

“Tapi manis, kan?”

“Manis sih… tapi lak kakean iso gawe baper.”

Arifbol tertawa, “Lha emang niatku gawe awakmu baper terus.”

Sore itu, mobil mereka melaju pulang ke rumah.

Rara bersandar di bahu Arifbol, masih senyum-senyum kecil.

“Mas…”

“Hmm?”

“Sepurane yo, tadi aku gawe suasana ribut.”

“Nggak papa. Aku malah seneng. Artine awakmu peduli banget.”

Rara menatap jendela, mata berkilat. “Aku cuma takut kehilangan, Mas.”

Arifbol menggenggam tangannya, hangat. “Selama awakmu neng sandengku, aku nggak neng endi-endi.”

Dan di luar sana, matahari sore Nganjuk perlahan turun —

tapi di hati Rara, cahaya cintanya justru makin terang. ☀️💖

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!