Alina seorang wanita muda yang harus menerima kehancuran rumah tangganya karena ulah suami dan ibu tirinya yang suka bermain di belakang. 
Selama ini dia sudah menganggap bu Nurma seperti ibu kandungnya sendiri tapi ternyata wanita itu malah mengambil suaminya. 
"Emmhhh Rizal... Tambah lagi ya pompanya" Ucap Nurma sambil memejamkan matanya. 
"Suka ya sayang?" Tanya Rizal dan menambah ritme pompaannya sesuai dengan permintaan Bu Nurma. 
Mau tahu kisah mereka bertiga selanjutnya? baca terus novel ini ya kak, terima kasih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitriandi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29 : Malah di lanjut dipenginapan
“Sayang, bagaimana mungkin Alina bisa membalikkan sertifikat rumah kalian menjadi namanya?” Tanya Nurma saat mereka sudah berada di penginapan.
“Entahlah sayang, aku juga heran. Perasaan dia gak pernah meminta tanda tangan padaku semenjak kita menikah” Jawab Rizal.
Lantas dia terdiam dan ada satu nama yang terlintas di benaknya.
“Elis!! Ya pasti Elis yang sudah membantu Alina mendapatkan tanda tangan dariku sebagai surat kuasa” Ucap Rizal.
“Duh Alina jadi merasa di atas angin dong karena udah mempermalukan kita dan mengusir dari rumah” Ucap Nurma.
“Kamu tenang saja, rumah itu akan kami jual karena masuk di harta gono gini. Mungkin dia melakukan ini agar kita tak bisa macam-macam dengannya” Jawab Rizal.
“Beneran ya nanti di bagi dua hasilnya? Jangan mau di akalin sama Alina” Ucap Nurma.
“Iya beneran sayang, kamu tenang aja. Sayang nanggung yang tadi” Bisik Rizal dan mulai menggerayangi tu-buh Nurma.
“emhhh sayang, apa kamu gak capek habis keliling komplek?” Tanya Nurma.
“Kalau sama kamu, aku gak pernah merasakan capek sayang” Jawab Rizal dan menggi-git pelan telinga Nurma.
“Ahh sayang, kamu emang paling bisa membangkitkan gai-rahku” Ucap Nurma dan langsung mel-vmat bib-ir Rizal dengan rakus.
Bi-bir mereka saling melvmat dan lid-ah mereka sama-sama membelit satu sama lain.
Bahkan tangan Nurma menelusup masuk ke dalam b0xer milik Rizal.
“Uuuhhh...” Des4h Rizal saat tangan Nurma mulai mengurut alat tempur kebanggaan Rizal dengan cara menaik turunkan tangannya.
Cukup lama mereka bermain hingga jam tiga dini hari barulah mereka tertidur, apalagi Rizal juga harus ke kantor pagi ini.
Sedangkan di tempat berbeda Alina terbangun tepat saat adzan subuh, dia langsung melaksanakan kewajibannya sebagai seorang muslim.
“Mau belanja ke tukang sayur, tapi pasti akan ada hujatan para tetangga nantinya” Gumam Alina yang sedang menyeduh teh ke dalam gelas.
Setiap pagi sebelum melakukan aktivitas Alina memang terbiasa minum teh terlebih dahulu.
“Udahlah biar aja mereka mau ngomong apa, lagian ini semua bukan salahku” Gumam Alina dan kini membawa segelas teh miliknya ke ruang tv.
Sambill menunggu jam tukang sayur lewat, dia menikmati teh miliknya dengan menonton acara pagi di tv.
Tepat jam setengah enam pagi Alina keluar dari rumah dan berjalan santai ke tukang sayur.
“Alina...” Panggil bu Ratih yang ada di teras rumahnya.
“Eh iya bu, mau belanja juga bu?” Tanya Alina pada bu Ratih.
“Iya ini Lin, ayo bareng sama ibu. Nanti kalau ada orang yang ngomongnya gak enak di denger balas aja ya Lin jangan cuma diam” Ucap bu Ratih dan berjalan di sebelah Alina.
“Iya bu, Alina udah bertekad dari rumah apapun yang terjadi ini semua bukan salah ku” Jawab Alina.
“Iya Lin, kamu yang sabar ya. Maaf kemarin saya diam saja saat tahu perselingkuhan mereka” Ucap Bu Ratih.
“Jadi yang semalem yang ibu bilang sama Alina itu sebenarnya ibu tahu?” Tanya Alina.
“Iya Lin, maafkan saya karena gak bilang sama kamu. Kemarin saya dan mas Husein saat beli rujak manis di depan penginapan melihat Bu Nurma dan Rizal keluar dari sana dengan sangat mesra, tapi sama suami saya gak boleh ikut campur karena serapat apapun menyimpan bangkai pasti akan tercium juga. Eh dan benar saja malamnya mereka kena grebek” Jawab bu Ratih.
“Saya sudah tahu perselingkuhan mereka cukup lama bu, tapi saya juga menunggu waktu yang tepat untuk membongkarnya” Ucap Alina.
“Kamu kuat sekali Lin, tadi malam saat mereka di karak juga gak ada rasa bersalah gitu sama kamu lebih tepatnya mereka hanya malu jadi tontonan para warga” Jawab bu Ratih.
“Ya begitulah mereka bu, otaknya udah konslet semua” Ucap Alina.
“Jadi semalam kamu langsung cerai sama Rizal, Lin?” Tanya bu Ratih.
“Iyalah bu, lagian saya juga sudah mendaftarkan perceraian kami ke pengadilan kemarin. Saya tadi malam langsung talak tiga bu” Jawab Alina.
“Sabar ya, kamu pasti kuat menjalani semua ini” ucap bu Ratih.
Alina hanya mengangguk karena mereka
sudah sampai di gerobak abang tukang sayur.
Saat Alina datang banyak pasang mata yang menatapnya iba tapi ada juga yang pandangannya seperti mencemooh.
“Mau beli apa neng?” Tanya bu Indah.
“Ini bu mau beli udang sama kangkung” Jawab Alina dan mulai memilih kangkung yang ada di tumpukan sayuran.
“Masaknya sedikit ya sekarang, kan semalem suami sama ibunya kena grebek” Sindir bu Teti.
“Huss, jangan gitulah bu. Dia kan korban disini” Sahut bu Ratih.
“Iya sih, tapi saya salut sama kamu yang bisa melihat suami main sama ibu sendiri” Ucap bu Teti.
“Ya mau gimana lagi bu, toh usia mereka juga tak terpaut jauh ya mungkin dia lebih cocok dengan ibu tiri saya” Jawab Alina.
“Jadi Nurma itu ibu tiri kamu?” Tanya bu Teti.
“Iya bu, makanya dia tega menghancurkan pernikahan saya yang baru seumur jagung” Jawab Alina.
“Pantas saja sih” Sahut bu Lilis.
“Lantas kemana mereka saat ini? Tanya bu Teti.
“Gak tahu bu, tadi malam sudah saya usir” Jawab Alina.
“Paling ya mereka ke hotel ngelanjutin ngadon kue bu” Sahut bu Lilis.
“Haha iya juga ya, kan semalem itu nanggung. Bahkan kata suami saya waktu di grebek itunya Rizal masih menancap pada itunya si Nurma loh” Ucap bu Teti.
“Aduh ibu-ibu ini bikin saya jadi penasaran sama tadi malam” Sahut mang sayur.
“Hih, si mamang ini jangan kepo deh. Seru loh tadi malam. Bahkan si Alina sempat mengha-jar Nurma ya” Ucap bu Teti.
“Iya bu, mau mengh-ajar Rizal ya saya yang kalah nantinya” Jawab Alina dan langsung membawa belanjaannya ke mang sayur.
“Ini mang totalin belanjaan saya” Ucap Alina.
“Siap neng, neng cantik tapi sayang di selingkuhin. Sabar ya neng” Ucap mang sayur.
“Namanya nasib ini mang” Jawab Alina dengan santai.
Alina kira dia di tukang sayur akan di hujat oleh ibu-ibu tapi dia salah, mereka disana malah lebih banyak membahas tentang Nurma ya meskipun ada beberapa pandangan yang mencemooh dirinya.
Setidaknya gak ada kata-kata yang menyakiti hatinya, karena Alina masih malas jika harus berdebat di pagi buat seperti ini.
Apalagi dia harus segera pulang dan memasak serta berangkat ke kantor jangan sampai telat.
Alina kini sudah membawa belanjaannya pulang ke rumah, dia mulai mengeksekusi sayuran dan cumi yang sudah dia beli.
Awalnya Alina ingin memasak udang, tapi melihat cumi yang masih fresh membuatnya jadi pindah haluan membeli cumi.
“Hmm aku masak rica-rica pedes aja deh ini cuminya, kan di belakang daun kemanginya juga udah tumbuh lebat” Gumam Alina dan mulai memotong-motong cuminya.
Saat dia tengah memasak ada notifikasi masuk pada ponselnya.
Alina segera melihat siapa tahu penting.
Ternyata Rizal yang mengirimi dia pesan pagi-pagi begini.
[kuncinya tinggal di tempat biasa, aku sama Nurma mau ambil beberapa barang yang tertinggal di sana] pesan dari Rizal.
[ya! Ambil saja tapi ingat hanya barang-barang penting milik kalian saja] Balas Alina.
Dia mengizinkan Rizal mengambil barang-barang pribadinya, karena disana kan ada cctv jadi jika mereka macam-macam tinggal laporan saja dengan tuduhan pencurian.
Seharusnya sih Nurma malu, tapi namanya "muka tembok" jadi biarpun dia yang bikin salah ya..... gak merasa tuh