Aliya harus menelan pil pahit saat tunangannya ingin membatalkan pernikahan lalu menikahi Lisa yang tak lain adalah adik kandung Aliya sendiri. Demi mengobati rasa sedih dan kecewa, Aliya memutuskan merantau ke Kota, namun siapa sangka dirinya malah terjerat dengan pernikahan kontrak dengan suami majikannya sendiri. “Lahirkan anak untuk suamiku, setelahnya kamu bebas.”
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shann29, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29
“Aliya….”
Suara Mommy Zivana tercekat, nyaris tak keluar dari tenggorokannya. Ia berdiri terpaku beberapa langkah di hadapan gadis itu, matanya membulat penuh haru ketika melihat sosok yang selama ini hanya ia dengar dari cerita dan pengamatan suaminya. Perlahan, kakinya melangkah mendekat, seolah setiap langkah membawa beratnya perasaan yang tak pernah ia duga sebelumnya.
Aliya menunduk dalam-dalam, menahan napasnya. Hatinya berdegup kencang, seakan ingin meledak dari dada. Seumur hidup, ia tak pernah membayangkan akan berhadapan dengan kedua orang tua Angkasa—lelaki yang sudah mengisi hatinya begitu dalam. Ketakutan merambati tubuhnya. Ia takut dihakimi, takut disalahkan, takut dianggap perusak rumah tangga putra mereka. Kedua tangannya meremas kain dress hamilnya yang jatuh anggun menutupi tubuh mungilnya.
Namun pandangan Mommy Zivana tidak tertuju pada wajahnya yang tertunduk, melainkan pada perutnya yang sudah membuncit lima bulan. Ada sesuatu yang membuat matanya berbinar—sebuah kebanggaan sekaligus kerinduan. Di sana, dalam rahim Aliya, tumbuh darah daging keluarga Albiru, cucu yang sejak lama ia impikan hadir di dunia.
“Ma… maafkan saya, Nyonya Zivana,” ucap Aliya lirih, suaranya bergetar, nyaris tak terdengar.
Mommy Zivana menatapnya dalam diam. Sejenak ia hanya terisak tanpa suara. Lalu, tanpa sepatah kata pun, ia meraih tubuh Aliya dalam pelukan hangatnya. Tangisnya pecah, tulus, penuh kasih yang tak bisa ia bendung.
“Jangan pergi, Aliya… jangan pernah pergi lagi,” bisik Mommy Zivana sambil meremas pelan punggung Aliya. “Maafkan kalau Daddy-nya Angkasa membuatmu terkurung di sini. Kami hanya ingin melindungimu, bukan menyakitimu. Kami tidak pernah berniat buruk terhadapmu, Sayang.”
Aliya tertegun. Seluruh tubuhnya gemetar di dalam pelukan itu. Air matanya mengalir begitu saja, menumpahkan semua ketakutan dan beban yang selama ini ia simpan sendiri. Pelukan seorang ibu yang tulus… sesuatu yang hampir ia lupakan rasanya.
“Mom, ajak Aliya duduk,” suara Daddy Samudra terdengar tegas namun lembut dari sofa lain. Tatapannya hangat, namun tetap penuh wibawa.
Mommy Zivana tersadar, ia melepas pelukan dengan perlahan. Tangannya menggenggam jemari Aliya erat, seakan enggan melepaskan lagi. Mereka pun duduk berdampingan di sofa empuk ruang tamu villa, sementara Daddy Samudra duduk di hadapan mereka, memperhatikan keduanya.
Aliya masih menunduk, matanya basah, wajahnya sembab. Jemarinya terasa dingin di dalam genggaman Mommy Zivana. Butuh keberanian besar baginya untuk mengangkat suara. “Ja… jadi Tuan Samudra yang membawa saya ke sini?” tanyanya ragu, hampir tak yakin dengan suaranya sendiri.
Daddy Samudra mengangguk pelan. “Ya. Maafkan Daddy, Al. Tetapi Daddy tidak ingin sesuatu yang buruk menimpamu. Sejak Daddy tahu kamu mengandung anak Angkasa, Daddy menempatkan orang-orang terpercaya untuk menjagamu, mengawasimu, dan melindungimu dari hal-hal yang tidak diinginkan.”
Aliya terdiam. Otaknya berputar cepat, mencoba mencerna penjelasan itu. Antara bingung, lega, dan terkejut, semua bercampur menjadi satu. Ia tak tahu harus merasa apa. Tapi satu nama tiba-tiba melintas di kepalanya, membuat napasnya tercekat.
“Apakah… Mas Kasa tahu kalau aku di sini?” tanyanya hati-hati, suaranya nyaris terputus di ujung kalimat.
Mommy Zivana menggeleng perlahan. “Kasa sama sekali tidak tahu.” Ia menarik napas panjang, lalu menatap Aliya penuh kasih. “Pulanglah, Aliya. Kasa selalu mencarimu. Setiap hari, ia semakin hancur karena kehilanganmu.”
Aliya menutup wajahnya dengan kedua tangan. Tubuhnya berguncang menahan tangis. “Aku… aku tidak bisa pulang,” ucapnya terbata. “Jika aku pulang, Nyonya Tania akan mengambil anak ini. Aku hanya punya dia… hanya dia yang kumiliki. Tolong… jangan biarkan siapapun mengambilnya dariku…”
Mommy Zivana langsung memeluk bahunya, menepuknya lembut. “Tidak, Sayang. Tidak ada yang akan mengambil anakmu. Tidak Tania, tidak siapapun. Kamu dan Angkasa yang akan membesarkannya bersama.”
Aliya mengangkat wajahnya, matanya sembab penuh ketakutan. “Tapi… bagaimana dengan Nyonya Tania? Aku takut… takut sekali bertemu dengannya.”
“Itu bukan masalah lagi,” sahut Daddy Samudra mantap. “Angkasa sudah menceraikan Tania. Dia bukan lagi ancaman bagimu.”
Aliya terperanjat. “Apa? Mas Kasa… menceraikan Nyonya Tania?” Bibirnya bergetar, kepalanya menggeleng tak percaya. “Itu… itu semua pasti salahku. Karena aku… karena aku yang masuk dalam pernikahan mereka. Aku menghancurkan rumah tangga mereka…” Tangisnya pecah kembali, kali ini penuh rasa bersalah yang menghujam dadanya.
Mommy Zivana segera mengusap air matanya. “Bukan salahmu, Al. Pernikahan Kasa dan Tania memang sudah retak sejak lama. Kamu hanya datang di tengah permainan kotor Tania, dan pada akhirnya, Tania sendiri yang harus keluar dari permainannya itu.”
Aliya terdiam. Hatinya masih perih, tapi perlahan ia bisa merasakan kebenaran dari kata-kata Mommy Zivana. Semua yang terjadi bukanlah kesalahannya semata.
“Sekarang, kalau Mommy mengajakmu pulang, apa kamu mau?” tanya Mommy Zivana lembut, matanya penuh harapan.
Aliya menggigit bibirnya, bingung, takut, namun juga rindu. Pulang… kata itu terngiang-ngiang di kepalanya. Pulang ke Angkasa, pria yang setiap detiknya ia rindukan.
“Ya, Aliya,” sambung Daddy Samudra dengan suara penuh wibawa. “Sekarang kamu adalah satu-satunya istri sah Angkasa. Pulanglah, tinggal bersama Kasa dengan tenang. Lahirkan anak kalian, besarkanlah dia bersama-sama. Itu hakmu. Itu juga hak anakmu.”
Air mata Aliya jatuh lagi, tapi kali ini bercampur dengan senyum kecil yang muncul tanpa sadar. Sebuah kelegaan mulai merayapi dadanya.
Mommy Zivana menggenggam tangannya lebih erat. “Dan karena kamu adalah istri Angkasa, mulai sekarang panggil kami Mommy dan Daddy. Kami juga orang tuamu, Aliya.”
Aliya menatap mereka berdua dengan mata berkaca-kaca. Hatinya bergetar hebat, seakan baru saja menemukan rumah kedua yang hangat dan menerima dirinya apa adanya. “Mo… Mommy… Daddy…” panggilnya lirih, lalu tangisnya kembali pecah, kali ini penuh rasa syukur.
Mommy Zivana ikut menangis, memeluknya sekali lagi. “Anakku…” bisiknya penuh kasih.
Siang itu, setelah berbincang cukup lama, Daddy Samudra dan Mommy Zivana memutuskan membawa Aliya pulang. Mereka berusaha tenang, seolah tak ingin membuat kegaduhan. Hanya beberapa orang kepercayaan yang tahu, tak ada yang lain.
Aliya duduk di kursi belakang mobil hitam mewah milik keluarga Albiru. Mommy Zivana duduk di sampingnya, sesekali menggenggam tangannya, menenangkan rasa gugup yang jelas tergambar di wajahnya. Daddy Samudra menyetir sendiri, sebuah simbol bahwa ia pribadi yang bertanggung jawab penuh atas keputusan ini.
Perjalanan pulang terasa panjang. Aliya menatap keluar jendela, melihat pepohonan berlari mundur, mendengar deru mesin mobil, dan merasakan denyut jantungnya semakin kencang mendekati rumah Angkasa.
“Aku takut, Mommy,” bisiknya tiba-tiba.
Mommy Zivana menoleh, menepuk lembut paha Aliya. “Tidak ada yang perlu ditakuti, Sayang. Angkasa sangat mencintaimu. Saat kamu kembali, dia akan menyambutmu dengan pelukan yang tak ingin dilepas lagi.”
Aliya menggigit bibirnya, matanya basah. “Aku rindu dia… sangat rindu.”
“Dan dia pun merindukanmu, lebih dari yang bisa kamu bayangkan,” jawab Mommy Zivana sambil tersenyum.
Daddy Samudra menambahkan dengan suara beratnya, “Saat Angkasa melihatmu, semua luka di hatinya akan sembuh. Kalian ditakdirkan untuk bersama, Aliya.”
Mobil itu akhirnya berbelok memasuki gerbang besar rumah keluarga Albiru. Suasana hening, hanya suara mesin yang terdengar. Aliya menggenggam erat tangan Mommy Zivana, tubuhnya gemetar menahan perasaan campur aduk.
Hari itu, ia akan kembali. Hari itu, ia akan bertemu lagi dengan pria yang selalu ia cintai.
Dan hari itu juga, takdir baru mereka akan dimulai.
***
Spesial buat nemenin malam minggu kalian. Jangan lupa ramein komentar biar aku nya juga semangat buat Up nya lagi.
jangan lengah,ntar kejadian lagi Aliya hilang
gak jauh jauh dari semesta kan kk Thor 😆...
udah 4 bulan ya dad 🤣🤣🤣