NovelToon NovelToon
REINKARNASI MAFIA

REINKARNASI MAFIA

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Preman / Fantasi / Mafia / Fantasi Wanita
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: ridwan jujun

menceritakan tentang seorang wanita yang terlahir lagi menjadi seorang mafia untuk membalaskan dendam

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ridwan jujun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

serangan markas

"Kau sudah mau pulang?" tanya Kevin sedikit kecewa.

"Iya, Ayah. Padahal mereka bilang hanya sebentar saja namun aku di sini sampai malam, jadi mereka terus menelpon Liana,"

"Ah begitu,"

"Jangan sedih, Ayah. Liana akan sering-sering datang kok kalau ada waktu juga tergantung mereka yang mengizinkan Liana, Liana juga sedih harus berpisah dengan Ayah," Liana memeluk Kevin.

"Jaga dirimu baik-baik, ya," Kevin mencivm kening Liana.

"Ayah juga,"

TIN!

Bunyi klakson mobil, itu artinya mereka sudah datang menjemput Liana. Keduanya melepaskan pelukan.

"Ayah akan selalu merindukan mu,"

"Liana juga, oh ya apakah ponsel Ayah masih rusak?"

"Iya, Ayah belum memperbaiki ke tempat ahli ponsel, tapi besok Ayah akan perbaiki agar kita bisa saling berkomunikasi,"

"Baiklah, kalau begitu Liana pamit pergi. Dah Ayah~"

"Dah, hati-hati!"

"Baik!"

Liana keluar dari rumah Kevin, Kevin hanya bisa menatap sedih ke pintu yang tertutup.

Liana membuka pintu mobil dan ternyata yang menjemputnya adalah Carlos, yah bakal perang adu mulvt nih.

"Aku sudah bilang pada mu cuma sebentar, kenapa sampai malam?!"

"Ayah ku kerja, jadi aku harus menunggu sampai dia pulang,"

"Besok lagi kalau ingin datang sore saja atau malam! Jadi kau tidak lama di sini!"

"Tapi dia Ayah ku!"

"Lalu kenapa?!"

Memang kalau berdebat itu tidak ada habisnya kecuali harus diakhiri dengan mengalah antara kedua belah pihak, Liana dengan terpaksa harus mengalah lagi dari pada nanti semakin menjadi apalagi ini masih di depan rumah Kevin takutnya dikira terjadi kekerasan.

Carlos menjalankan mobilnya sambil melirik kesal ke arah Liana.

-

-

Sesampainya di Mansion, Liana langsung keluar mendahului Carlos.

"Liana, Liana ...." Carlos menutup pintu mobil dan mengejar Liana sampai dalam Mansion.

"Liana, tunggu dulu," namun Liana terus berjalan, yang lain malah terheran melihat keduanya seperti marahan.

"Liana, dengarkan aku dulu!"

Liana menekan Lift dan masuk ke dalam dan terus menekan tombol Lift agar pintu cepat tertutup, tapi sayang tangan Carlos memegang pintu Lift sebelum tertutup rapat.

"Kita perlu bicara, gak gini,"

Liana tidak kehabisan ide, ia memukvl jari Carlos samai Carlos melepaskan tangannya dari pintu Lift dengan cepat Liana menekan tombol dan pintu tertutup.

"Astaga, Liana! Liana!" teriak Carlos, ia mengacak-acak rambutnya frustasi.

"Ada apa sih?" tanya Edgar menolehkan kepala ke belakang melihat Carlos sedang frustasi di depan pintu Lift.

"Apa kau tidak lihat?! Liana marah!"

"Iya aku tahu, tapi apa masalahnya?!"

Carlos menatap pintu Lift sepertinya Liana sudah sampai di lantai atas, jika ia menyusul pasti percuma karena Liana tidak akan membuka pintu di tambah pintu Mansion mereka bukan terbuat dari gembok biasa melainkan di desain otomatis juga.

Carlos memutuskan untuk duduk bersama mereka, ia membanting dirinya di sofa kemudian bersandar.

Mereka masih menunggu cerita dari Carlos, beberapa detik Carlos mengubahnya posisinya dengan duduk sedikit membungkuk.

"Aku hanya memberikan saran padanya jika ingin mengunjungi Ayahnya harus sore atau malam, jadi dia tidak terlalu lama di sana. Maksud ku, selagi menunggu dia bisa di sini sementara sampai Ayahnya pulang!"

"Lalu?"

"Yah, dia tidak suka dengan saran ku jadi dia kesal!"

"Kau mengatakan itu dengan raut wajah kesal, 'kan?" tebak Felix.

"I–iya tapi aku cuma ... ah, iya. Aku kesal karena dia terus di rumah Kevin sampai malam," Carlos melirik lantai.

"Pantas saja,"

Felix seperti sudah tidak heran dengan kejadian seperti ini, walaupun mungkin ini pertama kalinya Liana marah pada Carlos setidaknya ia tahu apa penyebabnya.

"Lalu aku harus apa?!" Carlos mengusap wajahnya gusar.

"Liana itu tidak suka jika masalah kecil di sangkut pautkan dengan Ayahnya," kata Arion datar setelah menghembuskan asap di mulvtnya.

"Dia sangat sensitif jika menyangkut Tuan Kevin," lanjutnya.

"Jadi, apa yang harus aku lakukan agar Liana tidak marah pada ku?!"

"Pikir saja sendiri, itu masalah mu," Arion menghis4p batang rok0k.

Carlos melirik sinis kemudian ia menyandarkan dirinya di sofa sembari memikirkan cara agar Liana memaafkannya.

Tapi, ia tidak memiliki ide cuma 1 cara yang ia pikirkan yaitu meminta maaf, soal membujuk ia tidak bisa.

-

-

-

Paginya, Liana sudah bangun dan membersihkan dirinya. Ia menggunakan pakaian serba pendek karena di lemarinya hanya pakaian pendek semua, sedangkan pakaian panjang ada di kamar satunya di mana tempat ia bersama dengan Arion dan Kenzo.

Liana duduk di kursi dan menaikan kedua kakinya di kursi, hari ini ia ingin menyelesaikan tugas kuliahnya. Liana membuka laptop dan menyalakannya.

Sedangkan di sisi lain, Carlos sudah duduk lebih awal di kursi meja makan. Ia berharap bahwa Liana datang seperti biasa, namun ia tunggu dari pagi hingga Bi Desfa selesai membuat sarapan Liana tak kunjung datang juga.

Ia sudah bingung mencari cara untuk membujuk Liana dahulu sebelum meminta maaf, setidaknya Liana ingin membuka pintu untuknya.

Semalam Carlos tidak bisa tidur sama sekali, ia masih merasa gelisah memikirkan Liana yang marah padanya. Punya teman tidak ada yang membantu sama sekali membuat nya semakin kesal, bahkan ia cari cara di internet bagaimana cara membujuk wanita ketika marah bukannya mendapatkan jawaban malah tambah ruwet.

Carlos sudah tidak tahan lagi, ia pun memutuskan untuk pergi ke kamar Liana siapa tahu Liana tidak marah lagi.

Sesampainya di depan pintu kamar Liana, ia jadi ragu dan gugup. Ini seperti bukan dirinya tapi mau bagaimana pun harus ia lakukan demi hubungan mereka.

Carlos mengetuk pintu.

"Li, apa kau sudah bangun?" tanya Carlos sambil menggigit bib1rnya karena gugup.

Tidak ada jawaban, tidak mungkin Liana belum bangun biasanya Liana bangun pagi sekali.

"Li, bisa kita bicara sebentar? Sebentar saja, aku, aku ingin bi–bicara dengan mu," padahal Carlos tidak tahu ingin bicara apa.

“𝘚𝘪4𝘭, 𝘮𝘶𝘭𝘷𝘵 𝘬𝘶 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘣𝘪𝘴𝘢 𝘥𝘪𝘬𝘦𝘯𝘥𝘢𝘭𝘪𝘬𝘢𝘯!” batin Carlos.

Masih tidak ada jawaban, Carlos memukul dinding pelan karena kesal.

"Kau kenapa?"

"AAHH!" Carlos berteriak terkejut, saat mengetahuinya ternyata Elvano.

Carlos bersandar di dinding memegang dad4nya, jantungnya berdetak kencang gara-gara Elvano.

"Si4lan! Apa-apaan kau ini?!" kesal Carlos.

"Aku yang bertanya pada mu, apa yang sedang kau lakukan?!" Elvano ikut kesal.

"Gak usah ikut campur! Sana pergi!" usir Carlos.

Elvano melirik pintu kamar Liana yang masih tertutup, sebenarnya ia tahu apa yang dilakukan Carlos hanya saja ia jadi ingin iseng.

"Ya sudah, aku bertanya karena aku cuma lewat," Elvano langsung pergi tanpa peduli.

Carlos menatap punggung temannya dengan kesal, padahal ia berharap dia membantunya tapi jika menawarkan bantuan pasti ia gengsi.

Memang serba salah.

Carlos hendak mengetuk pintu namun terhenti niat.

“𝘈𝘱𝘢 𝘯𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘴𝘢𝘫𝘢? 𝘑𝘪𝘬𝘢 𝘵𝘦𝘳𝘶𝘴 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘶𝘫𝘶𝘬, 𝘢𝘱𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘶 𝘭𝘢𝘬𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘯 𝘬𝘢𝘵𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘯𝘢𝘯𝘵𝘪?”

Carlos pun memutuskan pergi.

Elvano berjalan untuk duduk di kursi meja makan, di sana sudah ada yang lain.

"Kau tahu Liana?" tanya Felix ada Elvano.

"Dia masih di kamar,"

"Dia tidak sarapan?!"

"Mungkin tidak,"

"Kenapa?!"

"Ya mana ku tahu!" kesal Elvano.

Hari tanpa emosi bukan 8 Mafia namanya.

"Kenapa tidak kau panggil?!"

"Tadinya, tapi ada Carlos,"

"Hah? Carlos?"

"Ya, sepertinya dia masih berusaha membujuk Liana,"

"Hahaha! Ada-ada aja!" tawa Felix.

"Jangan begitu, takutnya kau akan mengalami hal yang sama seperti Carlos," Kenzo.

"Mana mungkin," percaya diri.

"Jadi, Carlos juga tidak sarapan?" Edgar.

"Mungkin,"

-

-

Carlos terus melakukan segala cara seperti memberikan surat yang ia masukan ke bawah pintu kamar Liana, tidak satu atau dua kali tapi berkali-kali bahkan mengirim pesan tidak dilihat ditelpon tidak diangkat. Dan Carlos juga mencoba berbicara dan terus membujuk Liana namun pintu tidak juga terbuka.

Carlos melengkungkan bib1rnya menatap pintu kamar Liana, apa pun yang ia lakukan seperti sia-sia.

"CARLOS! CEPAT TURUN! INI PENTING!" teriak temannya dari lantai bawah.

Ia melirik kesal ke arah lorong.

"Apaan sih?! Gak tau apa masalah ku lebih penting?!

"CARLOS!"

Dengan rasa kesal ia pun memutuskan untuk pergi setelah, ia melihat pintu kamar Liana.

Carlos melihat temannya seperti ada masalah besar, yah tidak semua mereka ada hanya Elvano saja.

"Ada apa?!"

"Markas kita di serang!"

"APA?!"

"Yang lain langsung menuju ke markas, kau ingin di sini atau tidak?!"

Carlos berpikir sejenak, soalnya ia juga memikirkan Liana.

"Jika hubungan kau dan Liana belum baik juga, tidak apa. Kau tinggal saja di sini dan biar ak–"

"Tidak! Aku ikut! Dan kau saja yang menjaganya!"

"Tapi–"

"Lagian aku juga belum memikirkan cara yang tepat untuk berbaikan dengannya," gumam Carlos.

Elvano tidak tahu harus berkata apa, dalam situasi genting begini ia tidak bisa berpikir dengan jernih.

"Kau jaga Liana! Aku akan membantu mereka!" Carlos langsung berlari keluar, Elvano menatap Carlos yang lari menuju mobil.

"Untuk kali ini aku akan membantu mu!" kesal Elvano.

-

Elvano berdiri di depan pintu kamar Liana, lalu ia mengetuk pintunya.

"Liana, ini aku Elvano. Bisa kau buka pintunya? Tenang saja, di sini hanya ada aku dan tidak ada Carlos!"

Elvano menunggu apakah Liana akan membukakan pintu?

𝘊𝘭𝘪𝘬!

Pintu terbuka, Liana menatap Elvano. Terlihat Liana yang memakai kacamata berarti sedang berhadapan dengan laptop.

"Ada apa?" tanya Liana.

"Boleh aku masuk?"

Liana berpikir sejenak lalu mengangguk, Elvano masuk ke dalam.

•••

TBC.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!