Update: Senin-Jum'at
Sekuel 'REUNI'.
Eric Andreas duda yang ditinggal mati oleh istrinya. Lelaki itu sudah bangkit dari keterpurukannya. Di tengah kesibukannya, dia harus mencari pengasuh untuk si kembar, Raka dan Talita.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ade Irvianti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mas Duda
Rentetan pesan yang bertengger di gawai Arumi dibiarkan begitu saja sejak seminggu yang lalu. Daripada dipecat begitu saja, lebih baik dia mengalah untuk tidak menggubris Cipta yang selalu minta ketemu.
Besok di Kafe biasa.
Arumi balas!
Arumi aku rindu Naya.
Boleh ya aku ke rumah calon suamimu.
Lupa, kalau ternyata dia bosmu.
Arumi aku tahu, kamu pasti sembunyi di sana bukan?
Sekarang aku nekat ke rumah bos kamu dan akan membawa lari Naya.
Jangan abaikan pesan ini Arumi.
Aku tidak main-main. Aku bakal bawa kabur Naya.
Fiks, besok Naya akan aku bawa kabur. Kamu tahukan apa akibatnya?
Sekali lagi, kamu abaikan pesan aku. Aku bakalan bawa kabur Naya. Setelah itu jangan berharap kamu bisa melihat Naya lagi.
Arumi jangan buat aku marah lagi.
Pesan berisi ancaman tidak membuat Arumi goyah. Di Sekolah pak Hasan yang mengawasi pergerakan anak-anak. Arumi ditugaskan di rumah saja dengan alasan random Eric setiap Arumi meminta keluar rumaj. Jalan pikiran Eric tidak bisa ditebak oleh Arumi. Arumi harus mengiyakan apa yang ditugaskan oleh bosnya. Selain dia tidak mau dipecat, dia juga butuh tempat aman untuk Naya dan dirinya karena Cipta sudah kembali berulah. Kata 'berubah dan alasan klise-nya' tidak bisa dipegang lagi.
"Mbak, aku jenuh banget di rumah doang," keluh Arumi yang seakan berada di dalam Jeruji Besi.
"Resiko Rumi. Benar apa yang dibilang pak bos. Hutang kamu tiga bulan lagi lunas katanya, jadi pak bos khawatir kalau kamu beneran kabur dari sini." Aduh mbak Ovi kenapa mau-maunya dikibulan bos kutu kupret itu.
"Bos kan punya banyak mata-mata, kenapa takut kalau aku kabur."
"Tanya langsung ke bos coba." Mbak Ovi tengah mengganti kanal siaran tv.
"Ogah banget! Yang ada aku malah kena ceramah sepanjang jalan pantura. Sudah cukup aku kena omelan dia. Kapok aku mbak." Terakhir mendengar dobrakan pintu membuat Arumi beringsut.
Wajah datar dan dingin sekaligus. Lelaki itu sepertinya tidak pernah menunjukkan ekspresi wajah damai dengan pengasuhnya. Sudah cukup dengan ancaman pecat untuk kedua kalinya. Arumi mau lunasin hutangnya dengan cara apa, kalau dia beneran dipecat dari sini.
"Jam masak. Aku mau masak dulu buat anak-anak." Remot tv-nya beralih ke tangan Arumi.
Gawainya bergetar lama. Ada beberapa pesan yang masuk di gawainya. Layar gawainya diusap dan deretan pesan ancama dari Cipta yang memenuhi gawainya.
Sudah cukup permainannya. Aku akan segera sampai di rumah bos kamu.
Sepertinya, sebentar lagi bos kamu sampai rumah. Jadi, aku batalkan saja.
Oh. Atau sekalian saja, bos kamu yang menjadi korban.
Buka pintunya! Atau kamu akan ketakutan sendiri dengan paket besar di depan pintu.
"Sial! Kenapa Cipta tambah menggila," gumamnya yang terus menggulirkan pesan ancaman dari mantan suaminya.
Dor dor dor.
Gedoran pintu bertubi-tubi membuat Arumi panik. Cipta beneran ke tempatnya. Arumi segera berlari ke dapur dan mengambil pisau sebagai bentuk pertahan diri, jika Cipta macam-macam dengannya.
Dubraaakkk.
Arumi membuka kunci pintu dan pintu langsung terdorong dari luar. Arumi segera ancang-ancang dengan pisaunya. Akkhhhhhh.
"Awww," ringkih lelaki yang ada di depan Arumi.
Perlahan Arumi membuka matanya ketika mendengar suara lelaki meringkih. Arumi salah sasaran.
"Bodoh! Kenapa harus bawa pisau."
Lelaki itu membuang pisau yang tadi dia remas untuk menghindari hunusan di jantungnya. Beruntung yang dibawa Arumi adalah pisau buah yang tidak terlalu tajam, jadi jemari Eric hanya berbaret yang tidak terlalu dalam dan darahnya hanya merembas perlahan tidak sampai mengucur.
"Ahhh, pak bos. Maaf-maaf, sumpah saya tidak ada niatan untuk bunuh bos." Arumi sangat panik mendapati siapa yang terkena pisau olehnya.
"Ambil P3K sekarang!" Eric duduk di sofa ruang tamu.
Pesan dari Cipta yang mengatakan Eric sudah hampir sampai ternyata benar. Siapa yang menyangka jika yang menggedor pintu tadi adalah bosnya sendiri. Bukannya dia punya akses untuk membuka pintu rumahnya yang terkunci, kenapa dia sampai lupa itu. Akibatnya fatal, Arumi mengira bahwa yang datang adalah Cipta. Kenapa bosnya pulang dijam kerjanya?
"Aduhhh, perih. Pelan-pelan Arumi." Nadanya dengan sewot.
"Ini sudah pelan. Alkohol kan memang membuat luka perih. Jadi, pak bos harus tahan dikit." Arumi menghentikan aktivitasnya yang tengah membersihkan luka bosnya dengan alkohol.
Darahnya hanya sedikit, jadi tidak menakutkan untuk Arumi. "Iya, tapi kayanya kamu sengaja neken luka saya."
"Pak bos negatif thinking terus ke saya. Mending pak bos obatin sendiri deh." Arumi meletakan kapas yang tadi digunakan untuk membersihkan luka di atas telapak tangan bosnya.
"Enak saja, ini gara-gara kamu. Kamu harus tanggungjawab." Eric menarik tangan Arumi untuk mengobati tangannya kembali.
"Saya sudah bilang ke kamu, untuk tidak membantah apapun. Ingat, konsekuensinya."
"Iya-iya. Itu terus ancamannya."
Arumi mengobati luka bosnya dengan obat merah setelah membersihkan luka dari darah. Hanya perlu hansaplast dan tidak perlu kasa untuk menutupi luka kecil-kecil di jemari dan telapak tangan bosnya.
"Bos kenapa pulang sih?" tanya Arumi yang tidak tahu alasan bosnya pulang.
"Saya lihat di CCTV ada paketan kardus besar yang mencurigakan. Jadi, saya pulang."
Arumi sampai lupa paketan ancaman Cipta. Dia membantu dan galau. Dia tidak tahu apa yang ada di dalam kardus sana. Jika tidak dibuka, pasti bos dan dirinya juga penasaran apa yang ada di dalam kardus tersebut.
"Ayo kita lihat isi paketannya." Mereka jalan mendekati paketan kardus yang masih ada di depan pintu.
"Kurirnya tidak terdeteksi di CCTV, jadi saya takut ini adalan teror."
Benar ini teror dari mantan suami Arumi. Perempuan itu hanya membisu melihat Eric kesusahan membuka paketan tersebut. Kardus berhasil dibuka. Isinya.
Hueekkk. "Bangkai ayam, Arumi panggil pak Hasan untuk membuang ini."
Bukannya Arumi melaksanakan perinyahnya, dia justru mendekati paketan misterius itu. Diangkat bangkai ayam dengan daun lebar yang dia dapat dari tanaman dan bangkai itu diletakan di tanah berstapak begitu saja. Arumi memunguti isi paket yang ada di bawah bangkai.
"Foto saya dan anak-anak." Arumi menyerahkan foto yang ada bercak darahnya ke Eric.
Langsung saja Eric mendekap tubuh Arumi. Adegan tidak pernah ada dipikiran Arumi membuat dirinya membisu dan kaku. Dirinya benar-benar dalam bahaya. Pembatasan keluar dari rumah benar-benar bukan tanpa alasan. Jadi, Eric sudah tahu semuanya?
"Pak bos sudah tahu semuanya?" tanya Arumi yang masih dalam dekapan Eric.
Lelaki itu mengangguk. "Iya. Maafin saya, karena sudah membuatmu dalam bahaya." Eric memeluk Arumi tambah erat.
"Maksud pak bos?" Arumi tidak paham dengan maksud permintaan maaf bosnya. Bukannya, kegaduhan ini karena dirinya yang mengabaikan Cipta hingga mendapat ancaman beberapa hari lalu sampai sekarang melalui pesan singkat dan sekarang Cipta sudah berani menerornya.
"Saya tidak tahu kenapa teror ini bisa mengancam kamu. Maaf, saya sudah membawa kamu terlalu jauh kemasalah saya. Ini ulah karyawan saya yang satu minggu lalu saya pecat. Dia pasti sudah mengenal jelas wajah kamu. Hingga dia berani mendekati kamu sampai rumah ini."
Foto Arumi bersama anak-anak yang sedang bermain di halaman rumah diambil secara diam-diam. Eric paham jelas di mana titik pengambilan foto itu karena terdeteksi CCTV.
"Teror ini bukan Cipta yang ngirim?" tanya Arumi sembari melepaskan pelukan bosnya.
"Bukan."
Tubuh Arumi sangat lemas mendengar jawaban Eric. Maksud pesan Cipta menyuruh dia buka pintu karena dia tahu kalau ada paket teror di rumah bosnya. Jadi, Cipta tahu bahwa ini paket teror? Astaga kenapa dia sangat berpuruk sangka terhadap dirinya. Dan maksud Eric mengurung dirinya adalah karena dia bakal tahu bahwa dirinya akan menjadi incaran teror. Kenapa dia memberi alasan konyol ke mbak Ovi.
Terima kasih dukungannya🥰🥰
kalau bisa panggilannya jangan Rai ya thor, karena kalau di Jawa Tengah & Jawa Timur itu Rai = muka thor.