Sosok Wanita yang Misterius, tak terlacak dan penuh dengan kejutan, memasuki kehidupan seorang CEO Tampan dan Sukses, entah di sengaja atau hanya kebetulan saja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sinho, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
WAY 29
Dan pada akhirnya Galang terjebak oleh keputusannya sendiri, deadline yang seharusnya di lakukan secara perlahan, nyatanya terlalu cepat di putuskan, Kia sudah mengerjakan semuanya hingga mungkin terlalu sempurna, hingga tak ada lagi pekerjaan yang perlu di khawatirkan.
Galang menatap keramaian kota Jakarta dari gedung tinggi perusaan miliknya, agenda rutin tahunan masih kurang satu bulan lagi, dan semuanya sudah di selesaikan oleh Kia.
Urusan pekerjaan harian juga bisa di selesaikan dengan hanya mengirimkan email ke alamat perusahaan, bagaimana cara berkomunikasi lagi dengan Kia, hanya sekedar tanya kesehatannya juga tidak mungkin.
Duduk kembali, merasa frustasi, entahlah, Galang merasa ada yang hilang saat Kia tak lagi nampak ataupun bertemu dengannya.
"Apa aku kesana saja ya?" Pikiran anehnya mulai memasuki otak cerdasnya, sedikit mengobrak abrik hingga akhirnya ada senyuman tipis terlihat.
"Sudah lama aku tidak ngambil cuti, sekedar merelaksasi pikiran aku rasa tidak masalah, beberapa hari saja" bicara lirih dengan dirinya sendiri.
Dan pada akhirnya, dengan bantuan seseorang diluar kantor, Galang sudah mendapatkan tiket pesawat nya, tentu hal ini dilakukan karena tak ingin mendengar ke kepo an Zaki.
Berangkat dengan pesawat jam enam pagi, Galang kini sudah berada di bandara, siap untuk terbang ke luar kota, dan saatnya dia memberitahu hal ini ke orang kepercayaannya.
"What!, apa kau bercanda?!" Teriak Zaki dari sambungan ponsel Galang.
"Ck, pelan kan suara mu Zek, kau menyakiti telingaku!" Bentak Galang merasa sebal akan suara nyaring Zaki saat ini.
"Aku tidak peduli, batalkan keberangkatanmu, tunggu sampai ada pengawal yang ikut dengan mu!" Teriak Zaki lagi.
"Aku sudah berada di pesat saat ini"
"Damn!, kau tau itu berbahaya Galang, kau ini sudah gila!"
"Sorry, aku hanya beberapa hari"
Klek!
Ponsel lansung dimatikan saat salah satu pramugari memberikan peringatan ke Galang.
Sementara di tempat lain saat ini, Zaki mencak-mencak merutuki apa yang sudah di lakukan sahabatnya saat ini, pergi sendiri di kota yang jauh tanpa pengawalan sama sekali, cari mati!
Indra tak luput dari kegaduhan Zaki, segera mengaktifkan alat pelacak yang ada di ponsel Galang saat ini, mengawasi dari jauh dengan teliti.
"Apa kita perlu mengirimkan pengawal kesana?" Tanya Indra.
"Bram saja yang brangkat, duh Gusti aku jadi khawatir sendiri, itu orang ngapain juga nekat begitu, apa masih belum kapok beberapa kali terluka karena percobaan pembunuhan, cepat panggil Bram!" Teriak Sukma.
Lea yang juga terkejut segera masuk ke ruangan Zaki, "Dia masih waras kan?" Tanya nya.
"Entahlah, benar-benar gila ini orang, keterlaluan si Galang, gak tau kita lagi bingung setengah mati apa!" Zaki mondar mandir sambil ngomel-ngomel sendiri.
Dan saat Bram datang, bertepatan itu pula. Ponsel Zaki berbunyi, dari Galang yang menghubungi kembali.
"Galang, are you oke?" Tanya Zaki.
"Aku sudah sampai, dan tolong hubungi Ambar untuk menjemput ku"
"Shit!, kenapa tidak kau hubungi sendiri?" Zaki kesal.
"Aku atasan mu Zek, kau lupa itu?"
"Oh my God, oke-oke, tunggu, dan aku akan mengirimkan pengawal untuk mu"
"Tidak perlu, aku berlibur hanya beberapa hari saja, tidak lama, dan ada Ambar, cukup untuk menjadi pengawal bukan?"
"Apa?, kau sudah gila?"
"Ck, jangan mengirim pengawal, atau kau akan aku keluarkan dari perusahaan!"
"Ancaman macam apa itu?" Zaki protes seketika.
"Aku serius Zek"
Dan sambungan dimatikan sepihak oleh Galang.
Indra masih terdiam mengamati benda canggih yang di bukanya saat ini, disana nampak jelas pelacak dalam ponsel Galang tidak di matikan dan masih tersisa berjalan, itu berarti Galang masih mau berada dalam pantauan.
"Aku rasa tidak perlu mengirimkan pengawal, Galang masih berada dalam pantauan"
"Tapi ndra, bagaimana kalau_"
"Ada Ambar, ingat bagaimana dia menguasai senjata api bukan, apa menurut mu dia akan membiarkan Galang dalam bahaya?"
"Ya Tuhan, tapi bagaimana pun Ambar itu hanya asisten pribadi nya, bukan pengawal, kalian ini ada-ada saja!" Protes keras dari Lea.
"Tapi, Galang lebih percaya padanya, pasti dia sudah berpikir matang-matang, dia orang yang penuh dengan perhitungan bukan?" Ucap Sukma dan membuat semuanya diam.
"Dari yang aku lihat sendiri saat itu, Nona Ambar bukan hanya wanita seperti yang kita lihat, dia_"
"Lebih dari seorang wanita, dan sudahlah, tidak ada yang perlu kita khawatirkan saat ini, Galang pasti punya rencana tertentu" sahut Indra sebelum Bram menyelesaikan ucapannya.
"Soal Ambar maksud mu?" Tanya Sukma.
"Hem, pada kenyataanya kita hanya berjalan ditempat akan sosok Ambar bukan, mungkin Galang merencanakan sesuatu"
Semua diam, dan Zaki pun setuju, segera mengirimkan pesan saat ponsel Ambar tak bisa di hubungi.
Kembali Zaki ke tempatnya, begitu juga dengan yang lain, kini ruangan pertemuan perusahaan sepi kembali.
Beberapa tumpukan pekerjaan rupanya sudah di persiapkan oleh Galang, Zaki hanya menggelengkan kepala, lalu mempelajari nya satu persatu, dan kiriman email didapatkan, Galang sudah memberikan jadwal pekerjaannya untuk hari ini.
"Sialan, banyak sekali pertemuan hari ini, Galang, kau benar-benar ingin membunuh ku dengan pekerjaan mu?!" Zaki di buat pusing setengah mati.
Sementara Sukma dan Lea juga sudah mengirimkan pesan ke Ambar, lebih menekankan untuk menjaga Galang disana, sedikit banyak Lea juga menceritakan kejadian masa lalu yang hampir saja merenggut nyawa atasannya.
"Aku heran, sampai detik ini ada beberapa pelaku yang menyerang Galang belum bisa kita temukan" ucap Sukma.
"Mereka rata-rata pembunuh bayaran yang di sumpah setia dan rela mati untuk tuannya, ingat yang terakhir kali, bahkan sampai bunuh diri di dalam penjara, tetap saja kita tak bisa mencari fakta kebenaran disana" jawab Lea yang masih nampak cemas.
"Sejak aku mengenal Galang dari remaja, dia selalu dalam pengawasan ketat para bodyguard, dan itu sangat aneh bukan?" Tanya Sukma.
"Aku lebih pada kasian, hidupnya seperti robot yang sudah diatur semuanya, dan dia tak bisa berbuat bebas seperti kita" Lea mendesah membayangkan apa yang dialami Galang.
"Tapi itu juga yang membuatnya menjadi orang yang kuat dan tegas, saat dia memaksa ku ikut bergabung di perusahaan ini, sebenarnya hanya satu alasan ku" ucap Sukma lalu diam dengan tatapan menerawang jauh.
"Membayar hutang Budi?" Tanya Lea.
"No, lebih dari itu, dia seperti saudaraku sendiri, ingat saat ibuku di selamatkan?, Galang yang tanpa aku tau menguras tabungannya, memberikan pengobatan di rumah sakit terbaik, tanpa berkata apapun lagi" ucap Sukma.
"Hem, aku tau, begitu juga aku, saat dia menyeret ku untuk bergabung, karena dia tau waktu itu aku terjerumus dalam pergaulan bebas, dan itu karena pengaruh kekasihku waktu itu, hingga Galang memberikan pelajaran padanya saat tahu aku di jual" ucap Lea, sambil mengusap setetes air mata yang keluar dari pelupuk matanya.
"Kita bersyukur memiliki sahabat seperti Galang, dia dengan segala beban beratnya masih peduli dengan teman-temannya" ucap Sukma.
Jangan lupa komennya, Like Vote dan tonton iklannya.
Bersambung.
.ayo Regan ngomong kebenaran..