"Ayo kita bercerai.." Eiser mengucapkannya dengan suara pelan. Kalea tersenyum, menelan pahitnya keputusan itu.
"Apa begitu menyakitkan, hidup dan tinggal bersama sama denganku?" tanyanya, kemudian menundukkan kepalanya. "Baik, aku akan menyetujui perceraiannya, tapi sebelum aku menyetujuinya, tolong beri aku waktu sebulan lagi, jika dalam waktu sebulan itu tidak ada yang berubah, maka kita resmi menjadi orang asing selamanya.."
Eiser mengangguk, keputusannya sudah bulat. Bagi Eiser, waktu sebulan itu tidak terlalu lama, dia akan melewati hari hari itu seperti biasanya, dan dia yakin tidak ada yang berubah dalam waktu sesingkat itu!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon N. Egaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29
Mereka akhirnya sampai di mansion. Kalea melompat dari kereta kuda mengabaikan uluran tangan dari Eiser yang ingin membantunya.
'Cih! Padahal aku sudah bertekad ingin membuatnya bahagia, tapi tak ku sangka tak ku duga, sifat Eiser sungguh menyebalkan!' Kalea merungut sendirian di kamar.
Eiser termenung saat Kalea melompat dan berjalan meninggalkannya disana. Bahkan dia melihat dua sampai tiga kali untuk memastikan apa itu Kalea atau mahluk lain yang melompat dari kereta kuda itu.
"Dia melompat?" Eiser tertanya tanya.
Kalea telah memasuki jalan utama, angin berhembus menyapa Eiser yang termenung melihat tingkah laku istrinya saat ini. 'Dia terlihat sama, namun lebih parah dari sebelumnya, apa rencananya gagal?'
Dia berpikir kalau dia harus meminta maaf pada Kalea, 'Apa ucapanku keterlaluan tadi?' tanya Eiser di dalam hati.
Sementara itu di dalam kamar pribadi, Kalea segera melepaskan gaun itu dengan santai. Saat ini dia hanya memakai singlet dan celana pendek. Kalea tidak habis pikir dengan ucapan Eiser sebelumnya.
Kalea tidak percaya kalau dia akan menghadapi Eiser yang seperti itu. Dalam cerita aslinya, Eiser memang terkenal menyebalkan dengan ucapan dan kritikannya yang tajam!
"Mesum katanya? kalau dipikir pikir, Eiser juga mesum kan saat mudanya!' Kalea merungut di dalam hati.
Clekk! Suara pintu yang terbuka, Eiser masuk dan dia sedikit syok melihat Kalea sedang berpakaian terbuka, dia berdiri cukup jauh dari Kalea.
"Apa?" Kalea bertanya dengan nada kesal.
"Itu... sepertinya ucapanku cukup keterlaluan tadi.. aku ingin meminta maaf padamu."
"Aku harus terbiasa dengan sikapmu mulai sekarang, aku memang salah karena menontonnya, tapi bukan berarti kau bisa seenaknya mengecap aku sebagai wanita mesum!"
"Ya, aku tau.. maafkan aku, terkadang ucapanku dan pikiranku berjalan tidak selaras, saat aku tau kau suka menonton pria pria disana, aku cukup kesal dan tidak senang.. aku hanya tidak ingin kau melihat pria selain diriku, itu saja." Eiser jujur.
Kalea menoleh ke arah Eiser. "Aku tidak akan melihat mereka lagi, kalau suamiku mau terbuka denganku."
Eiser diam, kemudian melangkah mendekati Kalea.
"Apa kau mau melakukannya untukku?" tanya Kalea menatap mata Eiser begitu dalam, kemudian dia pun menunduk karena malu. Dia sudah dibatas maksimal mengetepikan rasa malunya itu.
"Aku tidak ingin melakukannya tanpa perasaan."
"Apa?"
"Dalam hubungan kita saat ini, perasaan seperti itu tak pernah ada Kalea, kau sendiri yang memintanya dulu."
"Aku.. Aku berubah pikiran! sekarang aku mencintaimu Eiser!" Kalea mengatakannya dengan yakin.
"Pikiran bisa berubah kapan saja, aku tidak ingin kau menyesalinya." Eiser mengelus kepala Kalea.
"Apa kau tidak mencintaiku lagi?" tanya Kalea.
"Entahlah, prinsipku sekarang ialah menjaga ikatan pernikahan kita, dan cinta? aku pernah mencintaimu Kalea, hanya saja aku mulai menyadari betapa kosong dan hampanya perasaanmu padaku, dan sekarang aku pikir, untuk apa cinta diantara kita, lihat sekarang.. kita masih hidup bersama dan membangun rumah tangga kita tanpa cinta, ku pikir lebih baik kita begini sampai kapanpun, iya kan?" ucap Eiser, kemudian memeluk dan mengecup kening Kalea.
Kalea menatapnya dengan tatapan tanda tanya.
"Terkadang aku mentertawakan prinsipku itu, karena seperti yang kau lihat, aku sendiri tidak mampu untuk memegang prinsipnya, kadang aku ingin melepaskan semuanya dan mulai mencintaimu lagi, tapi kalau aku pikir pikir lagi, semuanya melelahkan.. perasaan dan emosi seperti itu.. semuanya melelahkan." ucapnya lagi.
Kalea masih menatapnya.
Eiser tak sengaja melihat belahan dada Kalea yang cukup padat itu, dia segera mengalihkan pandangan itu ke lain. "Nah sekarang.. pakailah pakaianmu Kalea, jangan sampai kedinginan, mengerti?" Eiser berjalan keluar, meninggalkan Kalea yang masih tidak mengerti dengan jalan pikirannya Eiser.
'Tapi.. aku tidak kedinginan Eiser, aku baru saja dipeluk erat olehmu.. Kehangatanmu, sungguh membuatku nyaman.' ucap Kalea di dalam hati.
Eiser berjalan cepat meninggalkan kamar itu, dia pun teringat dengan belahan dada Kalea yang montok dan padat itu. 'Bagaimana caraku menjelaskan ini padanya perasaan yang tiba tiba muncul penuh ghairah, apa ini yang dinamakan nafsu salah tempat?' tanya Eiser.
Dia memejamkan matanya perlahan, lalu membuka matanya kembali. 'Kalea.. tidak akan pernah menjadi milikku.' ucap Eiser di dalam hati.
Disisi lainnya, di rumah hutan kayu tempat Lilian hidup sendirian. Sampai sekarang, tugasnya masih tertunda. Saat berada di ibu kota, pergerakannya mulai terbatas dan terhalang. Pengawal kerajaan mulai turun tangan mencari pembunuh bayaran.
'Semua pergerakanku seolah diketahui oleh orang itu, apa yang harus ku lakukan sekarang?' tanya Lilian, dia bersandar di dinding rumah kayu itu sambil menatap langit yang cerah.
'Lolia.. kakak rindu..' ucapnya dalam hati. Lalu aura hitam kembali keluar seolah ada suara yang terus menghasutnya. 'Ayo, lanjutkan kontrak darahmu..'
"Tidak, aku tidak ingin mengacau ketenangan Lolia!" ucap Lilian. 'Ayo, dengan kontrak darah.. Kita bisa kembali bersama sama kakak..' suara kegelapan yang menyerupai Lolia.
"Lolia?"
"Kakak, aku ingin hidup lagi kak.." suara Lolia, namun tidak ada wujudnya, melainkan bayangan hitam yang pekat.
"Lolia.." Lilian ingin menggapai bayangan hitam itu, namun disaat yang sama dia melihat seorang pria yang tak lain ialah bangsawan yang memberi perintah untuk membunuh Amor.
"Mengapa kau belum membereskannya?" tanyanya.
Lilian kembali sadar dan menatap tajam arah pria itu.
"Kau tau sendiri, sekarang ada banyak pengawal yang berkeliaran di Ibu kota, dan.. berapa banyak uang yang kau keluarkan demi melacak keberadaanku disini?"
"Ah, soal itu.. tidak sulit untuk melacak keberadaanmu disini, jika kau punya kekuasaan, kau bisa melakukan apa saja dengannya. Bahkan pengawal kerajaan sekali pun bisa menjadi orang orangku," ujarnya.
"Heh, begitu rupanya, apa pengawal kerajaan yang aku lihat di Ibu kota juga orang orangmu?" tanya Lilian.
"Lantas. Mengapa kau tidak membereskannya?"
"Baik, aku akan membereskannya besok, harusnya kau mengatakan ini sejak awal!" seru Lilian.
"Tentang apa?" tanya pria itu memastikannya lagi.
"Tentang pengawal kerajaan itu,, tugasku jadi tertunda karena melihat mereka berkeliaran disekitarku." jawab Lilian.
"Oh, tentu.." Pria itu tersenyum licik.
"Ya setidaknya sekarang aku merasa aman melakukan tugas itu!" balas Lilian.
"Hahaha! aman kau bilang? apa kau menginginkan perlindungan dariku?" pria itu terlihat tidak senang.
"Ya, setidaknya saat aku melakukan tugasku." balas Lilian lagi.
"Dengar Lilian, kita hanya sebatas kenalan yang punya tujuan kita masing masing, aku hanya ingin kau bunuh wanita itu dan kau mendapatkan batu sihir yang kau inginkan itu! Mengerti?" ucapnya dengan sinis.
"Heh! Kau ingin aku membunuhnya karena kau takut ketahuan oleh istrimu kan?" tanya Lilian.
Tap!! Secepat kilat Pria itu menangkap dan nyaris meremukkan rahang Lilian.
"Ughh!!" Lilian merasa rahangnya nyaris remuk.
"Lakukan saja tugasmu!" balas pria itu.
Sett! Pria itu melepaskan Lilian dan berkata. "Wanita yang hamil anak haramku harus di lenyapkan, istriku harus menjadi satu satunya nyonya dalam keluargaku, dan aku tidak ingin membagi hak warisku pada anak anak haram seperti mereka!" ucap pria itu dengan santai, kemudian dia melangkah pergi meninggalkan Lilian.
'Sialan orang itu! Tenaganya kuat sekali! Kekuatan macam apa itu?'Lilian mengelus rahangnya yang sakit.
"Apa katanya tadi? harus menjadi Nyonya satu satunya dalam keluarga? Lantas mengapa kau keluar masuk lubang wanita lain kalau tidak ingin mereka mengaku sedang hamil anakmu? Dasar sialan, tidak tau diri!!" Lilian memukul dinding itu melepaskan emosinya.
'Dan sepertinya aku tidak butuh sihir pengubah wujud lagi, aku butuh kekuatan sepertinya, hanya dengan itu.. aku bisa membalasnya dikemudian hari! aku ingin sihir kegelapan!' ucap Lilian dalam hati.
Tanpa ia sadar, bayangan hitam itu mulai masuk ke dalam tubuhnya.
.
.
.
Bersambung!