【Baik, Cantik×Ganteng+Perselingkuhan,Cinta Segitiga+Cinta Manis, Komedi Romantis】Saat suamiku sibuk bermesraan bersama mantan kekasihnya, akupun tidak mau kalah! Dan pada akhirnya akupun memadu kasih dengan dia yang adalah......
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon CancerGirl_057, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 16 #
Tanpa banyak berpikir, aku memarkirkan motor dan menanyakan keberadaan Mas Chris pada mereka.
"Tadi katanya mau beli kopi, paling sebentar lagi balik." Jawab salah seorang lelaki paruh baya.
Aku diam menunggu sambil duduk diatas motorku. Namun anehnya, Mas Chris tak kunjung menampakkan batang hidungnya. Apakah dia tahu kalau aku sedang menunggu? Apa dia sungguh ingin menghindar dariku?
Malam semakin larut, aku melihat layar ponsel dan waktu sudah menunjukkan pukul setengah dua belas malam.
Aku lelah, tapi tak ingin pulang sebelum melihat suamiku itu datang. Karena bosan, aku turun dari motor dan berjalan-jalan, mondar-mandir di sekitar pos ronda sambil melihat-lihat rumah orang-orang yang mulai memadamkan lampu penerangan mereka.
Dari sebuah gang kecil diantara dua rumah yang diterangi lampu redup berwarna kekuningan, aku melihat seorang laki-laki berjalan berjalan mengendap-endap sambil mengancingkan kemejanya.
"Mas Chris?". Batinku.
Meski wajahnya tidak tampak jelas, aku bisa tahu jika itu adalah suamiku. Dari cara berjalan hingga gerak geriknya, aku yakin dia adalah mas Chris.
Di belakang laki-laki yang aku yakini sebagai Mas Chris, seorang wanita berlari kearah yang berbeda. Aku yakin dia wanita karena ia mengenakan pakaian longgar seperti daster panjang milikku.
Itu adalah gang kecil yang menghubungkan dua gang utama. Gang itu hanya cukup dilewati seseorang untuk berjalan kaki karena cukup sempit.
Laki-laki itu berjalan semakin dekat, dan wajahnya semakin jelas terlihat olehku.
"Kamu ngapain, Mas?" Tanyaku.
"Kamu sendiri ngapain disini? Pulang sana!"
"Kamu habis ngapain?" Tanyaku dengan tegas.
"Bukan urusanmu!"
"Mereka bilang kamu pergi beli kopi. Apa warung kopinya ada di dalam gang gelap situ?". Tanyaku. "Kamu bahkan salah benerin kancing bajumu."
Mas Chris menunduk, melihat kemeja kotak-kotak yang ia kenakan. Ia tidak sadar jika ia salah menempatkan kancing bajunya hingga kemeja itu terlihat panjang sebelah.
"Mas, kamu selingkuh?" Tanyaku dengan suara bergetar. Dadaku terasa sesak, aku tidak ingin mempercayai apa yang baru saja aku lihat. Namun semua ini kenyataan, bagaimana mungkin aku bisa berpura-pura baik-baik saja.
"Kamu jangan bikin keributan di kampung orang, Ketty! Cepat pulang!" Mas Chris mengabaikan tuduhanku.
"Jawab aku, Mas!" Kedua bola mataku memanas, air mata sudah mengenang dipelupuk mata dan hampir tumpah.
"Ada apa, ini? Kalian kenapa?" tegur salah seorang warga lewat. Tidak hanya itu, orang-orang di pos ronda juga berjalan ke arah kami. Nampaknya mereka penasaran karena kami berdebat di tengah jalan.
Mas Chris merasa malu, ia menyeret tanganku dan membawaku kembali ke pos ronda.
"Pulang, sekarang!" perintahnya. Kilat kemarahan terlihat jelas dimatanya. Mas Chris mendorongku ke arah motor. Ia benar-benar terlihat marah, terlebih orang-orang di sekitar memperhatikan kami penuh tanda tanya.
"Baik, aku akan pulang. Kamu juga harus pulang, kita selesaikan semuanya, Mas!"
Bagaikan sebuah cermin yang sudah retak sejak awal, kini hatiku hancur berkeping-keping, tak menyisakan sedikitpun harapan.
Aku mengendarai motorku dengan pandangan kabur oleh derasnya air mata yang tak habis-habis. Seluruh tubuhku gemetar heat. Aku tidak menyangka niatku untuk mencari udara segar justru memberiku sebuah rahasia besar.
Saat tiba di halaman rumah, aku memarkirkan motorku dan berlari masuk.
"Mbak, ada apa? Dari mana?" tanya Andra. Ia duduk di teras depan seorang diri. Ia terkejut melihatku datang dalam keadaan berantakan.