Jiwanya tidak terima di saat semua orang yang dia sayangi dan dia percaya secara bersama-sama mengkhianatinya. Di malam pertama salju turun, Helena harus mati di tangan anak asuhnya sendiri.
Julian, pemuda tampan yang berpendidikan dibesarkan Helena dengan penuh cinta dan kasih sayang. Tega menghunuskan belati ke jantungnya.
Namun, Tuhan mendengar jeritan hatinya, ia diberi kesempatan untuk hidup dan memperbaiki kesalahannya.
Bagaimana kisah perjalanan Helena?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aisy hilyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertemuan
Helena berjalan bersamaan dengan Lusiana yang berlawanan arah. Ferdinan menatap mereka tanpa berkedip, hatinya membandingkan dengan gelisah.
"Apa dia benar-benar masih Helena? Kenapa rasanya berbeda sekali?" gumam Ferdinan ragu.
"Apakah itu benar istrimu? Kenapa terlihat berbeda? Dia berkelas tidak seperti Helena yang biasanya," ujar Jo yang penasaran dengan sosok wanita itu.
"Aku juga tidak tahu apa yang terjadi. Rasanya dia bukan Helena yang ku kenal," sahut Ferdinan dengan rasa tak percaya di hati, matanya tak berkedip menatap betapa anggunnya wanita yang sudah satu tahun tak pernah ia sentuh itu.
"Sepertinya Helena telah menyihir semua orang di sini, terutama laki-laki." Jo menggerakkan dagunya menunjuk para laki-laki yang memandang Helena tanpa berkedip.
Sial! Apakah dia sengaja datang untuk membuatku marah!
Ferdinan mengepalkan tangan erat-erat, gejolak amarah membuncah di dalam hatinya. Cemburu, tapi dia menolak karena gengsi. Menikahi Helena secara terpaksa hanya karena statusnya yang terhormat. Memeras, memintanya untuk memenuhi semua keinginan. Memanfaatkan kepolosan Helena yang tergila-gila padanya. Itulah mengapa selama satu tahun menikah, dia tidak pernah menyentuh Helena.
Di tengah keramaian, Helena berjalan tergesa-gesa. Ia melirik Lusiana yang mendatanginya. Senyum jahat terbit di bibir mereka, terutama Lusiana yang memiliki niat jahat.
Aku tahu apa yang akan kau lakukan. Tunggu saja! Siapa yang akan mempermalukan diri sendiri.
Helena teringat pada kehidupan sebelumnya, Lusiana dengan sengaja menabrakkan diri pada Helena hingga membuatnya terjatuh dan menimpa meja minuman. Pesta menjadi kacau, Ferdinan marah besar dan mengusirnya tanpa perasaan. Kali ini pun dia akan melakukannya.
Sesuai ingatan di kehidupan sebelumnya, Lusiana benar-benar menabrakkan diri pada tubuh Helena. Namun, kali ini wanita itu dengan sengaja berjalan menyamping, menghindari pertemuan.
"Argh!"
Brak!
Prang!
Helena tiba di hadapan Tania tepat saat tubuh Lusiana menimpa meja minuman dan menumpahkan semuanya. Ia terjerembab di lantai, beberapa minuman bewarna menghujani kepalanya. Tawa pun menggelegak, Ferdinan berlari karena terkejut.
"Apa yang terjadi?" Ia membantu Lusiana bangkit di saat tak satu orang pun dari mereka menolongnya.
Helena menoleh, tersenyum sinis melihat keadaan Lusiana yang berantakan. Wajah cantik yang menjadi kebanggaannya itu, tak lagi terlihat sempurna. Tania menatap tak senang pada suami temannya itu.
"Dia ... istri Anda yang menabrak saya, Pak. Saya hanya ingin mengambil minuman saja, tapi entah mengapa dia justru sengaja menyenggol saya," adu Lusiana sembari menangis.
Malu sekaligus kesal karena tak berhasil dengan rencananya. Ferdinan menatap Helena dengan tajam, seolah-olah ingin mencabik-cabik nya hingga tak bersisa. Di tempatnya, Helena menuding diri sendiri menatap Tania tak percaya mendengar fitnah dari Lusiana.
"Helena, sepertinya Ferdinan marah kepadamu," bisik Tania saat melihat laki-laki itu mendatangi mereka.
Ah, ternyata sama saja. Aku atau pun dia, laki-laki itu tetap akan marah kepadaku, tapi setidaknya bukan aku yang menjadi bahan tertawaan semua orang.
Helena tersenyum sendiri.
"Pergi dan gantilah dulu pakaianmu, aku akan memberinya pelajaran," ucap Ferdinan kepada Lusiana sebelum mendatangi istrinya.
Mereka berhadapan, saling melayangkan tatapan tajam. Manik yang biasanya teduh dan selalu berkaca-kaca itu, kini terlihat tajam dan penuh kebencian. Tak ada lagi cinta, tak ada tatapan manja yang merayu, memohon agar terbebas dari hukuman.
Betapa bodohnya aku dulu, mengiba padanya memohon belas kasih. Merendahkan diri sendiri. Kini, jangan harap kau masih bisa menindas ku.
"Kenapa kau melakukan itu terhadap Lusiana? Apa yang dia lakukan terhadapmu hingga kau bertindak jahat seperti itu?" sengit Ferdinan dengan kedua tangan mengepal, menahan diri agar tidak menampar Helena.
"Kenapa? Apa kau ingin menamparku?" Helena melirik kepalan tangannya, tersenyum mencibir membuat Ferdinan semakin kesal.
"Semua orang bisa melihat, aku tidak melakukan apapun terhadap wanita itu. Dia sendiri yang menabrakkan dirinya," ucap Helena sembari melipat kedua tangan di perut dan menghindari tatapan Ferdinan.
"Jangan mengelak, Helena. Aku tahu kau cemburu, padahal kau juga tahu siapa dia. Dia sekretaris ku yang selalu membantu menyelesaikan pekerjaan di kantor. Kau ... kau adalah istriku. Jangan merendahkan diri sendiri dengan melakukan sesuatu yang memalukan," ucap Ferdinan tak mengendurkan urat-urat di wajahnya.
Helena tertawa kecil, tatapan matanya jelas meremehkan laki-laki yang berstatus sebagai suaminya itu.
"Apapun status kalian aku tidak peduli, tapi perlu kau tahu aku tidak melakukan apapun terhadapnya. Meski kau memaksaku, aku akan tetap mengatakan seperti itu," sahut Helena dengan berani.
Dari mana perempuan ini mendapatkan keberanian melawan kata-kataku? Biasanya dia menurut dan akan meminta maaf kepada Lusiana meskipun tidak melakukan kesalahan.
"Minta maaf kepadanya!" tekan Ferdinan semakin geram.
"Aku?" Helena menunjuk hidungnya sendiri.
"Ya, kau harus meminta maaf kepada Lusiana. Aku tidak akan mengusirmu dari sini," jawab Ferdinan menurunkan emosinya.
Lagi-lagi Helena tertawa, menertawakan dirinya sendiri yang menjadi seorang pecundang.
"Konyol!" Dia menatap tajam Ferdinan, kemudian berkata dengan tegas, "Jangan harap aku akan meminta maaf padanya. Aku tidak bersalah, untuk apa aku meminta maaf?"
Helena menghendikan bahu tak acuh, tak lagi lemah seperti biasanya.
Jika tidak salah ingat, malam ini ibu mertua membawa Julian. Dia akan merayuku dan memintaku untuk mengasuh anak itu.
"HELENA!" teriak Ferdinan menggema di dalam ruangan.
"Ferdinan!" Sebuah suara yang turut menggema menghentikan Ferdinan yang hendak menampar Helena.
Ini dia! Bintang utama yang tak tahu berterimakasih.
Helena tersenyum sinis melihat kedatangan ibu mertuanya bersama seorang bocah laki-laki berusia lima tahun. Dia Julian, anak yang diasuh dan dibesarkan oleh Helena dengan penuh cinta dan kasih sayang. Lalu, berkhianat.
Pantas dulu aku sangat terpikat olehnya dan langsung mengiyakan permintaan ibu mertua untuk mengasuhnya. Wajah itu polos sekali, tapi hatinya begitu jahat.
dan kekuatan sekali jika itu adalah ayah kandungnya si Keano 👍😁
Tapi kamu juga harus lrbih berhati” ya takutnya mereka akan melakukan sesuatu sama kamu dan Keano 🫢🫢🫢