Di larang Menjiplak apalagi mengubah dalam dalam bentuk AU ataupun POV ceritaku. Karya ini dilindungi undang-undang!
Ketika sebuah kesalah pahaman membuat gadis 18 tahun yang masih duduk di bangku SMA terikat pernikahan dengan guru baru di sekolahnya. Begitu banyak drama dalam pernikahan mereka berdua yang jauh dari kata akur. Namun di balik itu semua mereka berdua saling membutuhkan satu sama lain.
"Bagaimana malam ini kita buat anak." Senyuman jahat terukir di wajah Zidan dan mendadak wajah Zila langsung pucat.
Gadis itu menggeleng cepat."Jangan Om. Aku masih dibawah umur. Badannya aku juga krempeng, Om juga nggak akan suka," ucap Zila memelas.
Azila yang manja dan Zidan yang galak bersanding dalam sebuah pernikahan yang tak terduga. Mampukah Zidan membina rumah tangga dengan gadis yang terpaut jauh lebih muda darinya? Dan bisakah Zila menjadi istri dari pria dewasa berusia 28 tahun saat teman-teman tengah menikmati kebebasannya sebagai remaja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon windanor, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
A & Z: Pria Psiko
Zavieer mendorong Zila hingga punggung wanita itu membentur tembok cukup keras dan menciptakan rintihan kesakitan.
"Tiga tahun aku terpenjara dan itu karnamu. Aku benar-benar tersiksa di sana Zila. Tersiksa ingin menyentuh dan..." Zavieer mel*mat telinga Zila yang membuat wanita itu menjerit.
"Akh..."
Wajah Zila langsung memerah kala mendapatkan cengkraman cukup di lehernya membuat ia kesulitan bernapas. Zavieer benar-benar gila.
"Le-lepas..." Zila berusaha melepaskan cengkraman tangan Zavieer di lehernya. Ia tidak ingin mati konyol di sini apalagi harus mati di tangan bajingan ini.
Bukannya melepaskan Zavieer semakin menekan kedua tangannya memperkuat cekikannya di leher Zila. Katakan saja ia gila, tapi otaknya saat ini ingin menghabisi Zila. Jika wanita ini tidak bisa bertekuk lutut padanya maka kematiannya lebih baik.
Wajah Zila yang awalnya memerah kini berubah memucat, matanya melotot dengan pasokan oksigen yang mulai menipis. Apakah ia akan mati? Kenapa harus di tangan Zavieer. Pandangan mata Zila hampir meredup sampai...
Brak!
Pintu kamar yang terkunci kini sudah terbuka lebar akibat dobrakan seseorang. Badan Zavieer langsung terpental kala seorang pria langsung menerjangnya. Zila langsung meluruh ke lantai setelah cekikan Zavieer terlepas. Wanita itu menghirup udara dengan rakus disertai tangisan karna rasa sakit yang teramat di lehernya.
Zidan, pria itu menghajar Zavieer yang berusaha melawan dan menahan pukulannya. Dua pria itu bergelung di lantai, dan mendaratkan pukulan satu sama lain. Zidan menindih tubuh Zavieer dan memberikan pukulan bertubi-tubi pada pria itu dan meninggalkan luka memar yang tercetak di wajah Zavieer. Tetesan darah di lantai dan suara pukulan mengisi kamar yang kini terasa memanas. Meskipun begitu, Zavieer berusaha membalas pukulan Zidan, hingga pria jatuh ke lantai.
Kedua pria itu bangkit dari lantai, mengatur napas yang sudah tak beraturan lagi. Zavieer mengusap darah yang terus mengalir dari pelipisnya yang robek. Sedangkan Zidan semakin mengeratkan rahangnya dengan amarah yang berkobar. Seolah pasokan tenaga yang begitu banyak Zidan kembali memberikan pukulan pada Zavieer. Emosi yang tak terkendali membuat Zidan tidak bisa mengendalikan dirinya.
"Aku tidak akan melepaskanmu!!" teriak Zidan yang kembali memberikan tendangan tepat di perut Zavieer, yang membuat pria itu jatuh ke kasur.
Zavieer meringis memegangi bagian perutnya. Darah di pelipisnya semakin mengalir dengan bagian wajah yang begitu banyak meninggalkan memar. Zidan kembali melangkah hendak mendekati Zavieer, namun suara Zila mengurungkan niatnya. Ia berbalik badan menatap ke arah istrinya yang menatap dirinya dengan kedua mata yang semakin deras mengucurkan air mata.
"Zila..."
"Om sakit. Aku mau pulang." Zila berucap tersendat-sendat seraya merentangkan kedua tangannya.
Zidan menatap tubuh wanita itu bergetar dengan beberapa luka lecet di wajahnya terutama leher. Amarah yang perlahan mulai padam kini kembali menyala melihat kondisi menyedihkan Zila saat ini. Dadanya bukan hanya panas tapi juga pedih. Tapi ini bukan waktunya untuk kembali memberikan pukulan pada Zavieer, karna saat ini kondisi istrinya sangat penting.
Zidan menarik Zila dalam pelukannya. Wanita itu memeluk erat suaminya. Beribu-ribu syukur Zila panjatkan atas pertolongan yang Tuhan berikan melalui Zidan.
"Jangan takut, saya ada di sini," bisik Zidan tepat di telinga Zila yang semakin memeluk tubuhnya.
Namun, itu tidak bertahan lama hingga sebuah benda tajam menusuk bagian perut Zidan. Zila yang merasakan tubuh tegang suaminya mendongak dan matanya langsung melebar mendapati Zavieer di belakang Zidan.
"Zavieer!!" Zila melepaskan pelukan suaminya lalu mendorong Zavieer sekuat tenaga membuat pria itu mundur beberapa langkah hingga menjatuhkan pisau tajam penuh darah yang ia tusukan di bagian sisi perut Zidan.
Zidan langsung jatuh tersungkur ke lantai memegangi bagian sisi perutnya yang penuh darah hingga mengotori kemeja putih yang ia kenakan.
"Apa tidak puas kamu membuatku seperti ini? Dan sekarang kamu melukai suamiku!" Zila melempar pot bunga plastik pada Zavieer yang tiba-tiba diam mematung.
Ucapan terakhir Zila membuat jantung Zavieer berhenti berdetak seperkian detik. Suami? Pria itu suami Zila? Zavieer langsung mengepalkan kedua tangannya, matanya menyorot tajam ke arah Zidan.
"Om..." Zila kembali menghampiri Zidan yang memegangi bagian sisi perutnya. Lukanya memang tidak terlalu dalam tapi rasanya sakit sekali.
"Ayo bangun Om. Kita ke rumah sakit," ucap Zila seraya memapah Zidan untuk keluar dari kamar tanpa memperdulikan Zavieer yang sudah kebakaran jenggot melihat pemandangan di hadapannya.
Pria itu kembali mengambil pisau penuh darah tersebut di lantai dan hendak kembali melakukan penyerangannya pada Zidan, tapi...
"Jangan bergerak!"
_______
Hai semuanya! Terima kasih sudah mampir
Jangan lupa tinggalkan jejak dengan memberikan like dan komen.
See you di part selanjutnya:)