Fiona Amartha Dawson, hidup berdua dengan kakak perempuan seibu di sebuah kota provinsi pulau Sumatera yaitu kota Jambi.
Jemima Amelia Putri sang kakak adalah seorang ibu tunggal yang bercerai dengan suaminya yang tukang judi dan suka melakukan kekerasan jika sedang marah.
Fiona terpaksa menikah dengan seorang laki-laki yang tidak ia kenal secara mendadak karena suatu insiden guna menyelamatkan harga dirinya sebagai seorang perempuan lajang.
AKBP Laksamana Zion Nugraha tidak menyangka akan menikahi gadis gemoy yang tidak ia kenal karena ketidakadilan yang dialami gadis itu. Niatnya untuk liburan dikampung kakak iparnya menjadi melenceng dengan menjadi seorang suami dalam sekejap.
Bagaimana reaksi Fiona saat mengetahui jika suami yang ia kira laki-laki biasa ternyata adalah seorang kapolres muda di kota Medan?
Akankah ia bisa berbaur pada kehidupan baru dikalangan ibu-ibu anggota bhayangkari bawahan suaminya dengan tubuhnya yang gemoy itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nurhikmah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Merasa bersalah
Fiona dan Maudy terkejut dengan kedatangan Zion di bagian belakang dengan beberapa anggota polisi di daerah itu.
Fiona tanpa malu mengakui kesalahannya dan meminta maaf pada laki-laki yang terkena tumpahan sop panas.
"Beginilah Pak resiko jika jalan pintu dapur berpapasan dengan pintu toilet yang kapan saja bisa bertabrakan dengan orang yang masuk dari pintu belakang. Karena hari ini suasananya ramai maka mau tidak mau pintu belakang harus dibuka untuk jalan umum agar pihak catering tidak kesulitan lewat pintu depan jika akan mengambil makanan cadangan," ucap salah satu istri polisi yang mengerti ribetnya kondisi rumah yang seperti ini.
"Benar itu Pak, Bu, saya minta maaf karena kecerobohan anak buah saya membuat Ibu Kapolres tidak nyaman," sahut pemilik catering yang kebetulan mencari pegawainya kenapa belum juga datang.
"Saya minta maaf karena kejadian ini salah satu makanan yang disajikan berkurang dan tumpah," ucap Fiona pada pemilik catering.
"Ya Ampun, tidak apa-apa Ibu. Sudah menjadi resiko kami jika terjadi kecelakaan yang tidak kita inginkan. lagi pula hanya sebaskom yang tumpah bukan semuanya. Saya jamin jamuannya tidak akan ada yang kekurangan makanan," sahut pemilik catering itu lagi dengan ramah.
Karena itu kecelakaan, Fiona dengan berat hati kembali kedepan dengan perasaan yang masih sedih karena sudah menumpahkan sebaskom sop. Maudy ikut menenangkan Fiona karena masih melihat ekspresi murung istri sang Kapolres.
"Sayang, kalau kamu masih merasa tidak enak juga, lebih baik kita pulang! Mas gak mau kamu kepikiran padahal ini hanya kecelakaan kecil akibat ketidaksengajaan," ucap Zion ikut menenangkan istrinya.
Akibat insiden itu Fiona tidak lagi dibiarkan Zion duduk bersama Ibu-ibu lainnya dan mereka duduk berdampingan selama acara ramah tamah berakhir. Fiona bahkan tidak berselera makan karena masih teringat sop yang terbuang sia-sia.
Begitu acara selesai, Zion dengan cepat pamit undur diri dengan alasan masih ada tugas yang menunggu di kantornya. Mereka berpamitan dengan membawa banyak buah tangan dari kader bhayangkari kota Kisaran yang membuat Fiona semakin berat untuk menerimanya.
"Ndan, kami sudah bertemu laki-laki yang terkena insiden kuah sop panas tadi. Tetapi saudaranya menolak saat kami berniat untuk membawanya ke rumah sakit terdekat. Alasannya jika lukanya tidak terlalu parah dan masih bisa diobati dengan obat biasa," lapor Bima saat mereka berada didalam mobil.
"Loh, kok gitu? Kalian bilang kan kalau itu sebagai pertanggungjawaban atas nama saya?" protes Fiona terkejut mendengar laporan Bima.
"Sudah saya bilang, Nyonya Madam! Tapi ya gitu, saudara nya tetap bersikeras jika itu tidak perlu! Kita kan gak mungkin maksa sambil marah-marah kalau orangnya gak mau!" jawab Bima menyakinkan Fiona jika ia melakukan semua sesuai permintaan istri Komandan nya itu.
"Betul itu Nyonya Madam! Pria itu bahkan langsung dibawa saudaranya pulang tanpa basa basi atau menoleh kearah kita!" tambah Satria ikut membenarkan.
"Sudahlah sayang! Kita sudah mau tanggungjawab, tapi kalau mereka gak mau kita bisa apa! Yang penting kita sudah ada niat baik sama mereka! Yuk, kita cari rumah makan dulu sebelum masuk tol! Mas gak mau kamu sakit akibat menahan lapar karena tadi kamu gak ikut makan," ucap Zion dengan mengusap lembut punggung tangan Fiona.
Fiona mengangguk kecil, Bima yang memegang kemudi langsung mencari rumah makan untuk mereka karena rata-rata mereka belum kenyang makan ditempat acara tadi.
"Huh, perasaan semenjak makan masakan Nyonya Madam semua masakan gak ada yang enak! Yang hambar lah, kurang garam lah, terlalu asin lah, gak ada gurihnya lah," celetuk Satria saat mereka selesai makan.
"Iya, bener banget omongan kamu! Masakan Nyonya Madam memang top banget! Meskipun cuma masakan rumahan rasanya mengalahkan restoran bintang lima!" sahut Bima ikut membenarkan.
"Alah, kayak kalian pernah makan di restoran bintang lima saja!" sindir Zion pada ajudannya.
"Lah, kemarin siapa waktu di Bali bilang kalau masakan Nyonya Madam memang gak ada tandingannya? Komandan malah bilang gak semangat makan karena rasanya gak sesuai selera! Waktu itu kita makan di restoran hotel yang terkenal di sana!" balas Bima membeberkan kejadian saat mereka ke Bali beberapa waktu lalu.
"Hhhfffftttt," Satria dan Fiona menahan tawa melihat Zion mendelik sebel pada Bima yang mulai berani banyak bicara.
"Sudah, sudah! Lebih baik kita pulang dan lain kali kita coba makan di restoran yang bintangnya banyak biar bisa bandingin dengan masakan aku!" ucap Fiona yang senang jika masakannya disukai suami dan bawahannya.
"Emoh!" teriak Satria dan Bima dengan kompak.
"Sok nolak kalian berdua!" cibir Zion pada keduanya.
"Jelas nolak lah, Ndan! Meskipun saya belum pernah makan di tempat mewah seperti itu, tapi melihat dari tivi saja saya sudah gak minat. Apaan makan secuil harganya selangit, mendingan makan masakan Nyonya Madam, udah enak, puas lagi sampai kenyang!" jawab Satria dengan jujur.
"Iya, Kemarin aja Komandan protes karena makanan nya cuma nyempil di gigi, kagak berasa!" sahut Bima sambil mengangguk.
"Huahahaha," gelak tawa Fiona pecah mendengar ucapan polos ajudan suaminya akan porsi makan di restoran mahal.
"Lah, itu emang benar! Makanan sebesar buah jambu ya mana kenyang dimakan!" ujar Zion membela diri.
"Nah, Komandan tau itu! Jadi, untuk selanjutnya mendingan makan makanan Nyonya Madam saja daripada makan di restoran atau rumah makan!" celetuk Satria tanpa tau malu.
"Itu sih maunya kamu!!" seru Zion sama Bima barengan.
Fiona terkekeh geli melihat kedekatan ketiganya meskipun jabatan mereka berbeda. Ia sangat terhibur dengan ulah absurb ajudan suaminya yang sekarang menjadi sopir pribadinya saat bepergian.
🌺🌺🌺
"Mbak, persiapan untuk Jaka udah belom?" tanya Dewi saat memasuki kontrakan Amel.
"Udah semalam Wi. Mbak lagi siapin barang-barangnya Mbak, sama oleh-oleh yang mau dibawa kesana!" jawab Jeje sambil mengepak dus-dus berisi oleh-oleh yang akan mereka bawa ke Jogja.
Zion sengaja menyewakan mobil untuk mereka karena mereka menolak untuk naik pesawat terutama Wak Misnah yang mengaku mabuk naik pesawat. Padahal perempuan paruh baya itu belum pernah sekali pun naik pesawat terbang.
Wak Misnah ikut bersama Suami dan anaknya Dewi, tetangga sebelah yang ikut cuma Ayuk Linda dan anaknya yang baru masuk Tk. Yang lainnya tidak bisa ikut karena ada halangan lain termasuk teman kerja Jeje yang juga ia ajak tetapi menolak karena suaminya tidak mengizinkan.
Arimbi beserta suami dan anaknya pergi naik pesawat dua hari lebih awal dari hari H. Kedatangan mereka membuat Mama Widuri bahagia karena suasana ramai oleh kedua cucunya.
Begitu juga dengan mereka yang ada di Medan. Bude Sumirah berangkat barengan bersama Fiona dan Zion, sementara Pakde Dody berangkat satu hari menjelang hari H karena menunggu Aditya yang masih ujian semester.
"Gimana semuanya? Sudah gak ada yang ketinggalan?" tanya Zion saat mereka hendak masuk kedalam mobil.
"InsyaAllah siap, Komandan!" jawab Satria dengan penuh semangat.
"Huh, yang mau pesta siapa, yang semangat siapa!" celetuk Bima yang mulai keluar bibit julid nya.
Bersambung...