NovelToon NovelToon
Sistem Game Uang Gratis

Sistem Game Uang Gratis

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Sistem / Kebangkitan pecundang / Harem / Anak Lelaki/Pria Miskin / Dikelilingi wanita cantik
Popularitas:4.2k
Nilai: 5
Nama Author: Quesi_Nue

Alvan hanyalah seorang anak petani yang baru lulus kuliah.

Hidup sederhana di desa, membantu orang tuanya di sawah sambil mencari arah hidup yang belum pasti.

Satu kalimat dari gurunya dulu selalu terngiang:

“Nak, ibu sarankan kamu lanjut kuliah"

Namun dunia Alvan berubah bukan karena gelar tinggi, melainkan karena satu tindakan kecil, menolong seorang anak yang terjatuh di sawah.

Ding!

[Sistem berhasil terikat]

Sejak hari itu, kehidupannya tak lagi sama.
Setiap kebaikan kecil memberinya “misi,” setiap tindakan membawa “hadiah”
dan setiap bibit yang ia tanam… bisa muncul nyata di hadapannya.

Namun, seiring waktu berjalan, Alvan menyadari sesuatu, bahwa selain hal-hal baik yang ia dapatkan, hal-hal buruk pun perlahan mulai menghampiri dirinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Quesi_Nue, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 11 - Reality

Beberapa detik kemudian, cahaya itu memudar… meninggalkan satu kantong plastik agak besar berisi wortel segar, lengkap dengan embun di permukaannya.

Alvan menatapnya tak percaya.

Udara di sekitarnya masih terasa hangat akibat sisa kilatan cahaya tadi, dan aroma sayur segar mulai memenuhi ruangan.

“Lho…?” ujarnya pelan, matanya membesar.

Ia berjongkok, menyentuh plastik itu hati-hati. Suhu wortelnya dingin, nyata bukan ilusi, bukan mimpi.

Sesaat, jantungnya berdetak cepat.

Ia menatap ponselnya, lalu menatap kembali kantong itu.

“…Jadi, semua yang di game itu… bisa juga keluar ke dunia nyata?” gumamnya dengan nada tercampur antara kagum, takut dan kegirangan.

“Kalau wortel aja bisa keluar…” ucapnya setengah berbisik, matanya masih terpaku pada benda nyata yang baru saja muncul dari kilatan cahaya. “Berarti item lain juga bisa dong?”

Alvan teringat masih tersisa 6 diamond yang belum di tukarkan.

Segera Alvan mengambil hp dan secara cepat membuka kembali inventory dan menekan gambar..

[Inventory]

[Diamond ×6]

Ding!

Suara notifikasi tiba-tiba terdengar lagi dari ponselnya.

[Anda ingin menukarkan Diamond dengan uang tunai?]

[Rasio Konversi 1 : 500]

[Setiap 1 Diamond setara dengan 500 Rupiah!]

Alvan spontan mematung.

“Lho… uang tunai?

Kirain beneran diamond haha" ucap Alvan setengah bercanda.

Ia mulai menghitung pelan sambil menatap layar, jari telunjuknya sampai ikut menunjuk angka itu, seolah memastikan sendiri hasilnya.

“Hmm... enam dikali lima ratus... tiga ribu rupiah,” gumamnya, lalu tertawa kecil.

“Serius nih? Cuma nanem wortel sepuluh detik bisa dapet segini?!”

Ia menatap layar itu lagi dengan senyum makin lebar.

Dengan semangat, ia mengetuk menu [Tarik] dan mengatur jumlah nya menjadi 6 Diamond.

Namun, sebelum proses berjalan, layar ponselnya kembali bergetar.

Ding!

[Diamond minimal yang tersisa: 1]

[Disarankan menyisakan untuk dana darurat - kehabisan bibit]

Alvan menatap layar itu lama, lalu perlahan mengangguk kan kepala tanpa mengerti.

“Berarti.. beli bibit harus make diamond juga."

“Ya udah kalo gitu, gapapa deh... langsung tarik aja 5 diamond.”

Alvan mengatur jumlah diamond jadi 5, lalu menekan tombol [Tarik] dengan penuh semangat.

Ding!

[Minimum penarikan 20 DM untuk penarikan via tunai]

[Minimum penarikan 1 DM untuk via Bank, E-Wallet, dan Serba Digital]

“Yah... berarti harus sabar kalau mau tunai, nih,” gumamnya sambil menopang dagu.

Ia menatap layar sebentar, lalu matanya melirik ke atas, seolah berpikir keras.

“Hm... buat e-wallet aja, gak sih?” katanya pada diri sendiri.

Pikirannya langsung menampilkan potongan adegan di sekolah adiknya pagi tadi:

“Pak, saya pembayaran lewat e-wallet ya,” ujar seorang siswi.

“Baik, Neng. Silakan scan QRIS aja,” jawab penjual gorengan santai.

Alvan mendengus pelan.

“Sekarang mah semua serba digital ya... petani aja harus pakai e-wallet haha,” ujarnya sambil tertawa kecil.

“Yaudah deh… e-wallet sepertinya menarik,” gumam Alvan sambil menggulir layar ponselnya.

“Coba cari dulu di mesin pencarian…”

Ia mengetik cepat: “E-wallet yang bagus.”

Beberapa detik kemudian, muncul sederet hasil pencarian.

Salah satu situs paling atas menampilkan tulisan besar:

“E-Wallet yang Dijamin Aman 100%! Berikut Daftarnya…”

Alvan mengangguk kecil.

“Hm… yaudah, pilih yang paling atas aja deh.”

Jarinya menekan tautan pertama.

Setelah memuat sebentar, muncul logo berwarna biru muda dengan tulisan tegas di bawahnya :

“Instant Pay - Cepat, Aman, dan Terpercaya.”

“Heh… namanya aja udah Instant, berarti harusnya gak ribet,” ucap Alvan setengah yakin, setengah males mikir.

Tanpa pikir panjang, ia langsung menekan tombol [Unduh Sekarang].

Setelah persentase 100%, Sistem kembali berbunyi,

Ding!

[Menyinkronkan No HP anda dengan e-wallet...]

[Berhasil menonaktifkan fitur wajib premium untuk transfer & tarik tunai!]

[Menyinkronkan E-wallet dengan sistem...]

[20%... 40%... 90%... 100%...]

[Penyinkronan berhasil!]

Ding!

[Penarikan Game Farm Reality & Simulator: 5 Diamond Berhasil!]

Layar ponsel Alvan bergetar sebentar.

Setelah deretan notifikasi itu berhenti, aplikasi yang barusan ia unduh terbuka otomatis.

Tampilan depannya berwarna hijau terang, sederhana, dan di sudut kiri atas terpampang angka kecil tapi jelas,

Saldo: Rp 2.500

Alvan tersenyum kecil sambil menggeser layar dengan santai.

“Lumayan juga… kalau nanam tiga bibit aja bisa dapat segini, gimana kalau ladangku nanti udah penuh semua?”

Jemarinya menelusuri fitur-fitur dalam aplikasi Instant Pay itu. Ada menu “Top Up”, “Transfer”, bahkan “Belanja Online”.

Semuanya terlihat normal, tapi di bagian bawah ada ikon berwarna putih yang berkedip berbeda dari menu lain, menandakan fitur itu aktif.

“Hm? Apa ini...” pikir Alvan.

Ia mengetuk ikon itu.

Layar berubah.

Tulisan kecil di bawah logo Instant Pay mulai menampilkan baris teks:

[Sinkronisasi Sistem Farm Reality Aktif.]

[Mode Transaksi Real - Time: Dinyalakan.]

[Setiap penarikan atau pembelian dalam game akan muncul di saldo ini secara otomatis.]

[Apakah ini menonaktifkan?]

Alvan tersenyum tipis, menatap layar.

“Berarti, setiap panen bisa langsung cair… keren juga,” gumamnya.

Tapi pikirannya segera melayang ke sisi praktis.

“Tapi… kalau bibitnya lebih dari 1 Diamond, aku nggak bakal bisa beli semua. Mending nonaktifkan dulu aja.”

Ia menonaktifkan fitur sinkronisasi itu, lalu bersandar santai di kursi.

Ding!

[Sinkronisasi Sistem Farm Reality Aktif.]

[Mode Transaksi Real - Time: Dimatikan.]

[Setiap penarikan atau pembelian dalam game ini tidak akan muncul di saldo ini secara otomatis.]

Alvan mengangguk puas. Sekarang ia bebas menanam tanpa khawatir saldo diamond nya menipis.

Ia membuka kembali aplikasi Game Farm Reality & Simulator, menatap ladang kecilnya.

Petak tanah ukuran 3 × 2 yang baru saja dipanen kini kosong, semua tanaman sudah hilang dari layar siap untuk bibit baru.

Alvan berpikir sejenak, menatap petak-petak itu.

“Baiklah… waktunya isi lagi,” ucapnya santai.

Alvan mengarahkan jarinya ke ikon [Toko Bibit], yang tampil dengan logo jagung berwarna kuning cerah di layar.

Sekejap saja, layar berubah, menampilkan daftar bibit yang tersedia dengan tampilan rapi dan penuh warna:

[Toko Bibit]

[Wortel x2 - 1 Diamond]

[Kentang ×1 - 2 Diamond]

[Terkunci] - Terbuka di level 10

[Terkunci] - Terbuka di level 20

[Belum Tersedia]

Setiap item disertai ikon kecil yang menunjukkan keterangan kepada pengguna.

Bibit yang bisa dibeli ditandai dengan warna cerah, sementara yang terkunci berwarna abu-abu dan tidak bisa disentuh.

Dan bibit yang belum tersedia memberi kesan bahwa permainan ini punya banyak target untuk dicapai ke depannya.

Alvan mengamati daftar itu dengan cermat.

“Wortel sama kentang, yah… oke, untuk sekarang panen wortel dulu, baru beli bibit kentang,” gumamnya pelan sambil menelusuri jumlah Diamond yang dimilikinya yang tersisa hanyalah 1.

Alvan menekan ikon Wortel ×2, dan layar menampilkan notifikasi singkat,

[Bibit berhasil dibeli]

[Silahkan cek di inventory Anda]

Ia hanya tersenyum tipis dan tanpa mengecek inventory, langsung menekan petak tanah kosong di ladangnya.

Lalu memilih ikon wortel di kedua petak kecil ladang yang berukuran 3 × 2 itu.

Sekejap, animasi bibit wortel jatuh lembut ke tanah dan menancap, siap tumbuh.

Timer panen muncul kembali di atas tanaman,

[Waktu Panen: 00:00:10]

[Kualitas Tanah: Baik]

[Cuaca Virtual: Cerah]

1
Syahrian
👍😍
black
lanjutkan thor, jangan berhenti di tengah jalan, ceritanya menarik,
ALAN: iya bener tuh Thor 👍
total 2 replies
ALAN
lanjut Thor 💪😍
ALAN
hadir Thor 😍👍
Aryanti endah
ET buset, Mak bapak adek JD transparan 🤣🤣🤣🤣
ALAN: iya, alvan tak ada malu - malu nya dengan mertua 🤣
total 1 replies
Syahrian
👍💪😍
ALAN
Bagus, lumayan
ALAN
lanjut Thor
Dewiendahsetiowati
hadir thor
Lala Kusumah
lanjuuuuuuuuut, semangat sehat ya 💪💪
Lala Kusumah
sepertinya bakal seru nih, lanjutkan 👍👍👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!