Maira salah masuk kamar hotel, setelah dia dijual paman dan bibinya pada pengusaha kaya untuk jadi istri simpanan. Akibatnya, dia malah tidur dengan seorang pria yang merupakan dosen di kampusnya. Jack, Jackson Romero yang ternyata sedang di jebak seorang wanita yang menyukainya.
Merasa ini bukan salahnya, Maira yang memang tidak mungkin kembali ke rumah paman dan bibinya, minta tanggung jawab pada Jackson.
Pernikahan itu terjadi, namun Maira harus tanda tangan kontrak dimana dia hanya bisa menjadi istri rahasia Jack selama satu tahun.
"Oke! tidak masalah? jadi bapak pura-pura saja tidak kenal aku saat kita bertemu ya! awas kalau menegurku lebih dulu!" ujar Maira menyipitkan matanya ke arah Jack.
"Siapa bapakmu? siapa juga yang tertarik untuk menegurmu? disini kamu numpang ya! panggil tuan. Di kampus, baru panggil seperti itu!" balas Jack menatap Maira tajam.
'Duh, galak bener. Tahan Maira, seenggaknya kamu gak perlu jadi istri simpanan bandot tua itu!' batin Maira.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon noerazzura, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33. Cemburu
Maira melangkahkan kakinya ke luar dari kampus.
"Maira, bagaimana kalau aku juga tidak usah masuk..."
Maira memegang tangan Jihan.
"Jihan, setidaknya kamu harus masuk. Supaya aku tetap tidak ketinggalan materi. Benarkan?" Maira tersenyum.
Dia rasa dia juga harus segera menerima keadaan ini. Kalau dia terus sedih di depan Jihan. Mungkin sahabatnya itu malah akan tidak tenang. Dan terus menerus merasa sedih untuknya. Tidak bisa begini, dia harus menunjukkan pada Jihan. Kalau semuanya baik-baik saja.
"Oh ya, karena libur. Aku bisa ambil pekerjaan tambahan kan? aku akan coba jadi delivery order saja! itu pasti seru!" kata Maira mencoba terlihat ceria dan melupakan masalah skorsingnya tadi.
Jihan tersenyum. Itulah kenapa dia suka sekali berteman dengan Maira. Meski keduanya punya latar belakang yang cukup sama-sama menyedihkan. Keduanya selalu berusaha berpikir baik, positif thinking saja terhadap apa yang terjadi pada mereka.
"Ide bagus!" sahut Jihan.
Keduanya tersenyum, sampai ojek online Jihan datang. Maira melambaikan tangannya pada Jihan ketika temannya itu menjauh bersama dengan tukang ojek online-nya.
Maira menghela nafas berat, dia melangkah dengan kaki yang berat. Kalau skorsing itu, paling tidak poin yang akan berkurang satu harinya adalah 30, tiga hari artinya dia akan kehilangan 90 poin. Itu banyak sekali. Nilainya bisa habis.
Maira terus berjalan, dia bahkan belum memesan taksi online, atau ojek online. Dia bahkan enggan pulang ke apartemen. Mungkin sekarang Jack sudah ada disana. Rasanya dia bahkan tidak tahu harus bagaimana saat berhadapan dengan Jack.
Sejujurnya, ada sedikit rasa kesal di hatinya. Bukankah dia sudah mengerjakan tugasnya dengan baik, dia menyiapkan apapun untuk Jack dengan baik. Bahkan tadi pagi, pria itu tampak sangat baik padanya. Entah ada angin apa? tiba-tiba saja Jack seolah tak pernah mengenal Maira. Tidak punya hubungan sama sekali padanya. Ya, meskipun memang Maira berpikir, Jack hanya anggap dia pelayan.
Tapi kan yang namanya pelayan juga, setidaknya Jack berikan dia kesempatan. Tinggal di letakkan saja loh itu kertas di tumpukan kertas yang lain. Kenapa di tepis sih? Sebenarnya hal itu masih cukup mengganjall di dalam hati Maira. Meski dia tidak menunjukkannya pada siapapun, termasuk Jihan. Dan termasuk pada Jack juga.
Sampai ketika Maira jalan cukup jauh meninggalkan kampus. Sebuah motor berhenti di dekatnya.
"Maira!" panggil Toby yang membuat Maira berhenti dan menoleh.
"Toby"
"Maira, aku antar ya!" kata Toby menawarkan untuk mengantar Maira. Dari tatapan mata pria itu, jelas sekali ada harapan yang besar, agar Maira mau menerima tawarannya itu.
Maira menghela nafas panjang. Dia tidak mau menambah masalah. Memangnya dia bisa menerima tawaran Toby itu? masa iya dia bilang dia tinggal di apartemen! memangnya akan ada yang percaya.
Sementara sebuah mobil tampak berhenti tak jauh dari Maira dan Toby. Memperhatikan dengan seksama interaksi antara Maira dan Toby.
"Tidak usah Toby, aku mau membeli sesuatu. Tidak langsung pulang..."
"Tidak masalah, aku akan antar kemana kamu mau pergi. Siapa tahu aku bisa membantu membawakan barang, aku juga tidak keberatan membelikan apapun yang kamu ingin beli!" Toby sangat bersemangat.
Pemuda itu sungguh sangat bertekad ingin mengantar Maira. Bahkan akan membayar semua belanjaan gadis itu nanti kalau dia mau di antar olehnya.
Maira mengernyitkan keningnya. Dia tidak mau beli apapun, dia hanya beralasan untuk menolak Toby. Dia juga tidak ingin memanfaatkan kebaikan siapapun. Dia selalu berusaha mendapatkan apapun dengan usahanya sendiri.
Tangan Maira melambai ke arah Toby.
"Tidak usah, aku sungguh tidak mau merepotkan. Aku, aku sudah pesan taksi online!" kata Maira kembali memberi alasan.
"Benarkah?" tanya Toby yang langsung menoleh ke sekitarnya, "masih jauh, mungkin bisa dibatalkan!" kata Toby lagi.
Pemuda itu sungguh ingin mengantarkan Maira, lebih tepatnya dia ingin lebih dekat dengan Maira.
"Tidak bisa, kamu tahu aturan para pengemudi taksi kan. Kalau dibatalkan, mereka akan kena sanksi, kasihan! sampai ketemu tiga hari lagi. Bye!" Maira melambaikan tangannya.
Sebenarnya dia sedang mengusir Toby secara halus. Toby akhirnya menyerah.
"Baiklah, kamu bisa naik taksi. Tapi, aku akan tunggu sampai taksi itu datang. Supaya kamu tidak bosan!" kata Toby lagi.
Maira menghela nafas panjang. Kalau dia masih membantah, bukankah itu sama saja menyakiti niat baik Toby. Maira hanya bisa mengangguk perlahan.
"Baiklah!" katanya terlihat bingung.
'Alasan apalagi? aku sungguh tidak ingin panggil taksi online. Aku malas pulang ke apartemen!' batin Maira yang masih kecewa pada Jack.
Saat itulah ponselnya berdering. Itu panggilan dari Paul.
"Halo..."
"Supir taksinya?" tanya Toby menyela.
Maira terdiam sebentar, tapi dia pikir. Toby mengira seperti itu juga bagus. Maira pun mengangguk cepat.
"Iya..."
[Nona, mobil tuan ada di dekatmu. Masuklah ke dalam mobil tuan sekarang! dan berikan nomer ponselmu padanya. Nona, aku sarankan cepat! sepertinya tuan tidak dalam situasi baik. Suaranya terdengar seperti sedang kesal. Aku tutup teleponnya, cepat kesana nona!]
Tut Tut Tut
Maira mencari keberadaan mobil Jack. Dan dia akhirnya melihatnya.
Tapi Maira menoleh ke arah Toby lagi. Bukankah Toby mengenali mobil Jack. Bagaimana mengatakannya.
"Toby, Taksiku sudah datang, maaf aku buru-buru. Sampai jumpa!" kata Maira yang langsung berlari meninggalkan Toby.
Masalahnya, mau menjelaskan pada Toby juga pasti tidak masuk akal.
Toby menoleh, dia melihat Maira masuk ke sebuah mobil. Tapi sepertinya mobil itu familiar, sayangnya keburu ada sebuah mobil box ukuran cukup besar lewat di depannya.
"Heh, aku mikir apa? mobil kan memang banyak yang sama!" ujarnya yang langsung memakai helmnya lagi dan segera pergi Daru tempat itu.
Sementara mobil Jack juga sudah berjalan jauh meninggalkan kampus. Maira yang sengaja masuk di bagian penumpang belakang hanya diam dan menundukkan kepalanya.
"Kamu benar-benar mengira aku supir?" tanya Jack dengan suara yang terdengar begitu datar dan dingin.
'Huh, aku masih kesal. Tapi tidak mungkin juga mengacuhkan dia. Bukannya dendanya 10 juta setiap kali melawan perintahnya. Kenapa aku gak baca semua poin di surat kontrak itu sih? ceroboh sekali aku ini!' batin Maira.
Jack menepikan mobilnya. Dan Maira paham, dia harus pindah ke kursi depan. Begitu Maira kembali ke kursi depan. Jack kembali melajukan kendaraannya itu.
"Marah?" tanya Jack.
Maira menghela nafas panjang.
"Tuan, apa tidak bisa jangan beri hukuman skorsing? tadi itu aku tidak sengaja jatuh..." Maira menjeda ucapannya. Dia ingat tadi Jack menahannya. Apa tangan pria itu sakit? makanya dia marah?
Maira melihat ke arah tangan kanan Jack.
"Apa tangan tuan sakit?" tanya Maira yang membuat Jack menoleh ke arahnya dengan tatapan yang sulit di jelaskan. Tapi hanya beberapa detik, sebelum dia kembali fokus mengemudi.
"Tidak sakit, yang sakit bukan tanganku!" kata Jack yang membuat Maira mengernyitkan keningnya.
"Kalau begitu, apa telapak tangan tuan lukanya terbuka lagi?" tanya Maira khawatir.
Jack menggelengkan kepalanya.
"Jangan dekat-dekat Toby!"
Maira tertegun heran.
'Jangan dekat-dekat Toby? memangnya kapan aku dekat-dekat dengan Toby?' batin Maira bingung.
Namun setelah berpikir beberapa saat, Maira membulatkan matanya.
'Tadi pagi dia klakson mobilnya dan hampir menabrakk Toby. Hah, apa jangan-jangan dia... tidak! tidak! tidak mungkin. Hal lain itu mungkin saja, tapi kalau cemburu. Itu tidak mungkin terjadi pada tuan. Dia menyukai Bu Tamara, ayolah Maira. Apapun boleh mungkin, asal jangan kamu mengira dia cemburu padamu! itu mustahil!' batin Maira menyangkal kecurigaannya sendiri.
***
Bersambung...
kalau bisa double up lagi thor 🤭maaf ngelunjak thor😁😁😁😁
💪💪💪💪💪💪💪