NovelToon NovelToon
Basmara

Basmara

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Playboy / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Romansa
Popularitas:124
Nilai: 5
Nama Author: keisar

Basmara, dalam bahasa sansekerta yang berarti cinta dan tertarik. Seperti Irma Nurairini di mata Gervasius Andara Germanota, sebagai siswa anak kelas 11 yang terkenal Playboy menjadi sebuah keajaiban dimana ia bisa tertarik dan penuh kecintaan.

Namun apalah daya, untuk pertama kalinya Andra kalah dalam mendapatkan hati seseorang, Irma sudah ada kekasih, Andrew, seorang ketua OSIS yang terkenal sempurna, pintar, kaya, dan berbakat dalam non akademi.

Saat terpuruk, Andra mendapat fakta, bahwa Irma menjalani hubungan itu tanpa kemauannya sendiri. Andra bangkit dan memerjuangkan Irma agar sang kakak kelas dapat bahagia kembali.

Apakah Andra berhasil memerjuangkan Irma atau malah perjuangan ini sia-sia?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon keisar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 21: Rahasia

Malam telah tiba, kini Andra dan yang lain berkumpul dengan baju tidurnya. "Jadi, siapa yang nentuin pembagian kamar?" tanya Indra memecah keheningan.

Mereka saling menatap, Farel baru saja ingin membuka mulut tapi Andra menyela. "Gambreng aja."

Farel menatap Andra kaget. "Anjing, ngatur nentuin kamar seenak jidat lu."

"Emang napa?" Andra menaikkan satu alisnya. "Kan yang punya villa ini kakek Rohmat, bukan lu."

Farel menggaruk kepala belakangnya yang tidak terasa gatal. "Bangsat, gua selalu gagal debat sama lu."

"Udah udah!" lerai Mora. "Ayo buruan, gua udah ngantuk nih."

Setelah gambreng beberapa kali mereka sudah menentukan, Andra bersama Bagas, Janeth bersama Indra, dan Mora bersama Debrong.

.........

Andra, remaja itu berada di balkon, ia terduduk menatap rembulan yang menurutnya indah. "Lu masih mikirin Irma?" Bagas datang dan duduk disampingnya.

Bagas mengeluarkan sebungkus rokoknya dan membakar sebatang. "Bingung? Mau tinggalin atau tetep perjuangin?"

Andra menyodorkan tangannya, seakan meminta sebatang rokok milik Bagas, dan Bagas memberikannya, Andra membakar dan menghisapnya. "Gua bukan lagi merjuangin hati Irma, gua cuma... mau Irma bebas."

"Yakin?" satu kata dari Bagas membuat Andra terdiam seribu bahasa. "Dra, gua sahabatan sama lu lebih dari 10 tahun, gak mungkin gua nggak tau sifat lu."

"Sekalinya seseorang bernama Gervasius Andara Germanota suka sesuatu, dia akan ngelakuin apapun  untuk dapetin hal itu," ucap Bagas. "Bener nggak?"

Bagas mematikan rokok di asbak, ia berdiri dan hendak pergi. "Kalo mau dapetin, yang bener, jangan bimbang," ia menepuk bahu Andra sebelum akhirnya masuk ke dalam kamar.

Andra bangkit dan masuk kembali ke kamar, saat ke dalam, ia tak mendapati keberadaan Bagas namun terdengar samar-samar suara air dari kamar mandi. "Gas! Lu didalem?"

"Iya!" bales Bagas dari dalam dengan suara kencang agar tidak terhalang air. "Lu tunggu aja! Masih lama gua selesainya."

Tok...tok

Pintu kamar di ketuk perlahan, Andra pun membuka pintu, Janeth, gadis dengan hoodie hitam oversize yang membuat celana pendeknya tak terlihat.

Andra terdiam, Janeth terlihat yang biasanya tomboy dan memiliki tatapan dingin, kini ia imut dan tatapannya hangat.

...............

Mora, matanya yang cokelat itu menatap langit-langit kamar, hiasan khas Jawa itu benar-benar membosankan.

"Brong" panggil Mora tanpa mengalihkan pandangannya, Debrong diam tak merespon.

"Brong, brong," Mora memanggil kembali, namun Debrong masih tak merespon. Mora menengok ke ranjang diseberangnya, terlihat punggung berlemak milik Debrong.

"Brong, lu mati?" tanya Mora yang memancing emosi.

Debrong membalikkan badannya, ia menatap Mora tajam. "Apa? Ganggu aku lagi tidur aja kau!"

Mora menatap Debrong dengan wajah penuh tanya. "Perasaan dulu lu pinter, tapi kok sekarang tolol ya?"

"Ngapain aku tetap pintar? Toh gak di hargai sama mamak ku," alis tebal Debrong menurun, bibirnya yang tebal mengerucut, tanda ia sedang kesal. "Daripada buang-buang waktu buat belajar, mending bareng kalian."

Mora beranjak dari tidurnya dan duduk melipat kedua kakinya. "Gua baru nyadar, diantara yang lain, cuma kita yang keluarganya berantakan."

Debrong ikut duduk, ia tersenyum ironis. "Tidak, hanya aku yang keluarganya berantakan. Kau masih punya Alesha setelah mamak kau pergi dan bapakmu bundir, lah aku, punya ibu nggak ada gunanya."

"Nanya kabar aku aja nggak, tiba-tiba datang dan minta aku balik ke Medan," Debrong tampak murung. "Nasib hidup seorang diri."

Mora beranjak dari tempatnya, merangkulnya dan mencekik Debrong. "Siapa yang bilang lu sendirian Brong?" ia menjatuhkan tubuh bersama ke ranjang sembari menggelitik Debrong.

..............

Andra berdiri di tengah-tengah ruang tamu yang terlihat seperti di rumah lamanya, dihadapannya terdapat jasad seseorang yang ditutupi kain batik, jasad itu dikelilingi orang-orang yang membaca Yasin.

"Ini... waktu papa meninggal, dan itu..." Andra mengedarkan pandangannya ke segala arah. "Itu gua kecil," anak laki-laki dengan pakaian serba hitam duduk, memeluk lututnya, matanya membengkak.

Andra berjalan menghampiri anak itu, ia menjongkok dan berniat untuk mengelus rambutnya, namun nihil karena tangannya tembus. "Kak Chika, kakak beneran mau ngambil Andra?" Andra berbalik badan, terlihat Rachel berjalan beriringan dengan seorang wanita asing diingatannya.

Rachel menggendong Andra kecil. "Setelah Fahri meninggal, emosi Andra jadi nggak kekontrol, takutnya makin-makin kalo nggak ada aku."

Wanita yang dipanggil Chika itu mengelus rambut Andra, perlahan anak laki-laki itu menutup mata dan tertidur. "Tenang aja, aku nggak akan ambil dia untuk sementara waktu, setelah Alex menikah lagi, istri barunya ngincar aku, takutnya ini membahayakan dia."

Rachel memasang wajah bingung. "Bukannya Alex sayang ya sama kakak?"

Chika menghela napasnya. "Nggak, alesan dia jaga aku segala macem karena Andra, dia pengen jadiin Andra sebagai penerus perusahaan.”

“Tapikan istri barunya punya anak, Andrew namanya,” lanjut Chika. “Udahlah pinter terjamin untuk memimpin perusahaan, berbeda dari Andra yang biasa-biasa aja.”

Chika menatap Andra teduh. "Lagian sebagai seorang ibu, melihat anaknya ketawa dan bahagia lebih dari cukup."

Andra terdiam, menelan ludahnya yang sangat kesusahan. "Ini cewek yang di foto dari gubuk deket curug, jadi... dia ibu kandung gua."

Andra berlari keluar rumah. "Gua harus cepet-cepet ba--" tiba-tiba perutnya terasa sakit, ia menunduk terlihat pisau yang sudah berlumuran darah menembus perutnya.

...........

Andra terbangun dari tidurnya, rasa sakit di tusuk ini benar-benar terasa nyata, tubuhnya berkeringat dan jantungnya berdetak sangat kencang. Ini pertama kalinya... Andra takut mati. 

Andra melirik meja belajar di samping ranjang. “Gua harus tulis buru-buru tulis biar nggak lupa!” ia beranjak dari ranjangnya ke meja belajar, terpampang foto Chika dari gubuk tadi, mengambil pulpen dari tempat pensil. “untung gua bawa buat ngerjain pr kalo ada,” Andra menulis di belakang foto itu 'Cewek ini ibu kandung gua.'

“Dra, lu ngapain?” Andra menengok, Bagas berdiri dengan wajah penuh rasa kantuk sebelum akhirnya menjatuhkan tubuhnya keatas ranjang.

Andra berlari menghampiri Bagas yang memunggungi. “Gas, ternyata i--”

“Ceritanya nanti aja,” potong Bagas tanpa membalikkan badannya. “Ngantuk gua.”

“Cewek yang ada di foto dari gubuk itu ibu kandung gua,” ucap Andra.

Bagas sedikit membalikkan badannya. “Lu tau dari mana?”

Andra terdiam sejenak. “Dari mimpi.”

Bagas kembali tiduran dan menarik selimut untuk membungkus tubuhnya. “Kalo dari mimpi mah, Catherine Zeta-Jones emak kandung gua.”

Andra tampak kesal. “Gas dengerin gua dulu!”

“Udah entar aja ah!” kesal Bagas. “Ngantuk gua anjing!”

“Tai,” Andra menjatuhkan tubuhnya ke ranjang.

Andra mencoba menutup mata dan kembali ke alam tidur, tapi sudah beberapa kali tidak tertidur, ia membalikkan badannya, menutup wajahnya dengan bantal dan... “Kontool!”

To be continue

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!