Mengetahui suaminya telah menikah lagi dan mempunyai seorang anak dari perempuan lain, adalah sebuah kehancuran bagi Yumna yang sedang hamil. Namun, seolah takdir terus mengujinya, anak dalam kandungannya pun ikut pergi meninggalkannya.
Yumna hampir gila, hampir tidak punya lagi semangat hidup dan hampir mengakhiri hidupnya yang seolah tidak ada artinya.
Namun, Yumna sadar dia harus bangkit dan hidup tetap harus berjalan. Dia harus menunjukan jika dia bisa hidup lebih baik pada orang-orang yang menyakitinya. Hingga Yumna bertemu dengan pria bernama Davin yang menjadi atasannya, pria dengan sebutan sang cassanova. Yumna harus bersabar menghadapi bos yang seperti itu.
Davin, hanya seorang pria yang terlanjur nyaman dengan dunia malam. Dunia yang membuatnya tidak terikat, hanya menikmati semalam dan bayar, lalu pergi tanpa keterikatan. Namun, setelah hadir Sekretaris baru yang cukup ketat karena perintah ayahnya, dia mulai memandang dunia dengan cara berbeda.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita.P, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rasa Nyaman Dan Tenang
Malam hari setelah pulang kerja, Yumna pergi ke pusat perbelanjaan untuk membeli beberapa kebutuhannya sendiri. Meyusuri setiap rak-rak yang berjejer menyimpan setiap barang sesuai jenisnya. Yumna mendorong kereta belanja sambil melihat-lihat apa saja yang perlu dia beli.
Fokus pada sebuah barang, sampai Yumna tidak sadar ada kereta belanja lain dari seberang dan menabrak kereta belanja miliknya. Pegangan kereta belanja menghantam perutnya hingga terasa sakit. Yumna mengaduh kesakitan.
"Sorry, kirain tidak ada yang sedang belanja juga"
Yumna mendongak dengan tangan masih mengusap-ngusap bagian perutnya yang sakit. Melihat orang yang berdiri di depannya, membuat Yumna ingin marah.
"Wajar saja kalau tidak terlihat, namanya juga orang buta" ketus Yumna yang mendorong kereta belanjanya melewati Salsa yang ada disana. Meliriknya dengan tajam. "Aku hanya berharap kalian masih bisa tertawa di depanku, setelah kehancuran menghampiri. Karena aku yakin, kalian akan lebih hancur dari apa yang pernah aku rasakan!"
Yumna berlalu meninggalkan Salsa disana, pergi menuju kasir dan segera membayar barang-barang yang dia beli. Yumna keluar dari Supermarket dan menunggu taksi online datang menjemputnya. Setelah jam kerja, Yumna juga tidak berani menggunakan mobil Davin yang kuncinya selalu ada padanya selama ini.
"Kau tidak akan bisa menghancurkan kami, karena sekarang kami sedang hidup bahagia. Anak kami juga sedang lucu-lucunya, jadi jangan harap kau akan melihat kami hancur"
Yumna menoleh pada sumber suara yang tidak dia harapkan itu. Menatap Salsa dengan sinis. "Aku juga tidak peduli dengan kehidupan kalian. Hanya satu saja, semoga anakmu tidak menyesal saat dia besar nanti dan tahu kalau dia hanya anak dari hasil perselingkuhan!"
"Kurang ajar kau!" Salsa kehilangan kendali, dia menjambak rambut Yumna dan mendorongnya hingga jatuh ke tanah. "Harusnya kamu yang sadar diri, suamimu bisa selingkuh sudah pasti ada yang salah padamu!"
Yumna menatap tangan dan lututnya yang terluka. Mendongak dan menatap Salsa dengan tajam. Yumna bangun dan mendorong tubuh Salsa, tidak sampai membuat dia terjatuh, tapi cukup membuatnya terkejut karena perlawanan Yumna.
"Kenapa setiap kasus suami yang selingkuh, maka yang di salahkan istrinya. Hei, pelakor! Tahu apa kamu tentang aku? TAHU APA?!" teriak Yumna yang mulai tidak bisa mengendalikan dirinya. "Aku yang menemaninya dari nol, dari dia belum punya pekerjaan. Aku yang menemaninya, aku tidak pergi hanya karena dia tidak punya pekerjaan. Tapi, dia dengan mudah berpaling saat sudah merasa lebih dari sebelumnya. Kalian berdua memang cocok, sama-sama sampah!"
Yumna mengambil kantong belanjaannya, dan berlalu pergi dari sana. Mengusap air mata yang meluncur begitu saja. Luka yang sudah lama dia pendam, kini terbuka kembali. Bukan karena perasaan cinta yang masih ada, tapi sebuah kecewa dan trauma yang belum reda.
Yumna naik ke dalam taksi online yang sudah sampai. Segera kembali ke Apartemen. Dalam mobil pun, dia hanya menatap keluar jendela dengan air mata yang mengalir tanpa henti. Rasa sakitnya masih sama, bahkan dia menyesal karena pernah bertemu dengan pria bernama Rio dan mencintainya dengan tulus. Bahkan rela di ajak hidup pas-pasan, keluar dari kerja hanya untuk jadi istri berbakti pada suaminya. Namun pada akhirnya semuanya hanya tentang waktu, dimana pria akan merasa bosan dan akhirnya berkhianat.
Yumna berjalan keluar dari lift, lamunannya hanya tentang masa lalu yang menyakitkan itu. Dia yang selalu disalahkan karena suaminya selingkuh, padahal orang-orang tidak pernah tahu apa yang dia lewati selama menemani pria yang pernah menjadi suaminya itu.
"Hiks... Mereka tidak pernah tahu lukanya sebesar apa, tidak pernah paham apa yang aku rasakan. Semua pengorbanan yang sudah aku lakukan, bahkan tidak ada artinya dimana pria berengsek itu.. hiks.."
Ketika sampai di depan pintu Apartemennya, Yumna jatuh terduduk di lantai. Tidak mampu menahan tubuhnya lagi, tubuh dan tangannya bergetar hebat, tangisnya semakin pecah dengan dada yang sesak. Berulang kali Yumna memukul dadanya sendiri untuk menghilangkan rasa sesak dan rasa takut itu. Takut akan pengkhianatan yang sama.
Bayangan kehamilannya, ruang operasi, dan ucapan Dokter pada saat itu jika anaknya tidak selamat. Semuanya berputar-putar dalam ingatan Yumna, membuat tangisnya semakin keras dan tubuhnya semakin bergetar.
"Anakku pergi juga gara-gara dia... Hiks"
Pintu di sebrangnya yang tiba-tiba terbuka, Davin muncul disana dan terkejut melihat keadaan Yumna. Dia menghampirinya, tapi Yumna langsung menghindar tanpa sadar.
"Ada apa? Kenapa kau seperti ini?" tanya Davin, nada khawatir jelas terdengar dari cara bicaranya.
Yumna menatap Davin, isak tangisnya semakin kencang. Tanpa sadar Yumna menghambur ke pelukan Davin, menangis dalam pelukannya.
"Semua orang jahat padaku, kenapa dia harus mengatakan tentang hal yang aku ingin lupakan. Pengkhianatan itu mereka yang lakukan, tapi ... hiks.. kenapa aku yang harus di salahkan? Suamiku yang selingkuh, kenapa istri yang harus disalahkan?"
Tangan Davin mengepal di sisi tubuhnya, matanya nyalang penuh amarah saat mendengar cerita Yumna barusan. Meski belum sepenuhnya tahu apa yang terjadi padanya hingga dia menanti seperti ini di depan pintu Apartemennya, tapi Davin yakin orang-orang itu yang telah membuat Yumna menangis seperti ini.
"Aku sudah berusaha untuk melupakan semuanya, tapi dia datang dan mengingatkan kembali luka yang ada. Hiks..."
Davin merasakan tubuh Yumna yang bergetar, membuatnya memeluk erat. Mengecup puncak kepala wanita itu dengan lembut. "Tenanglah, semuanya akan berbalas lebih kejam pada mereka. Kau tidak perlu menangis karena mereka"
Davin menghembuskan napasnya, mendengar tangisan Yumna benar-benar membuat amarahnya sulit di kendalikan. Air mata kesedihan dari Yumna, berhasil membuat Davin lemah. Davin menggendong tubuh Yumna dan membawanya ke dalam Apartemen miliknya. Mendudukan Yumna di sofa, dan mengambilkan minum untuknya. Lalu dia keluar sebentar untuk mengambil barang belanjaan milik Yumna.
Davin berjongkok di depan Yumna sekarang, memegang kedua tangannya yang bergetar, dan dia melihat luka goresan di telapak tangannya. Membuat mata Davin semakin nyalang, amarah menguasai dirinya. Ketika melihat lutut Yumna yang juga berdarah.
"Kenapa ini bisa terluka?" tanya Davin dengan nada dingin.
Yumna terdiam, mulai menenangkan dirinya yang hampir kehilangan kendali juga. Beruntung ada Davin yang langsung menenangkannya.
"Tadi aku tidak sengaja bertemu Salsa, dan dia mendorongku jatuh"
"Siapa Salsa?" Bahkan Davin tidak mengingat nama istri dari Rio, dia malas untuk mengingat nama yang tidak penting. "Berani sekali dia membuatmu terluka"
Dan kau menangis juga karenanya? Sial, aku ingin membunuhnya.
"Dia istri dari Rio, mantan suamiku"
Mendengar itu membuat Davin semakin dibuat marah. Tangannya memegang tangan Yumna lebih erat lagi. "Baiklah, sepertinya aku akan bertindak lebih cepat. Dia bisa bersenang-senang sekarang sebelum aku menghancurkan mereka sehancur-hancurnya!"
Yumna menatap Davin dengan lekat, tangan kekar yang memegang tangannya, dan tadi juga memeluknya dan membuatnya tenang. Yumna bisa merasakan ketenangan saat bersamanya, dan itu .. belum pernah dia temukan dimana pun, meski dulu dia bersama Rio bertahun-tahun. Pria itu tidak benar-benar bisa membuat Yumna tenang.
"Pak Davin, terima kasih sudah membuatku tenang"
Davin menghela napas pelan, dia menatap tangan Yumna yang terluka. Mengecup bagian luka goresan itu dengan lembut. "Kita obati lukamu sekarang"
Yumna menatap punggung lebar Davin yang berlalu untuk mengambil kotak obat, ada rasa nyaman dan tenang yang tidak bisa dia jelaskan saat ini.
Bersambung
Berharap kerja samanya ya, jangan pada nabung bab.. Atau gue santet online😌