Bayu. Seorang mahasiswa berusia 23 tahun yang berkuliah di Universitas ternama yang ada di Indonesia meninggal setelah kejatuhan pohon besar yang tersambar petir saat dia pulang dari kerja paruh waktunya.
Dia kira dirinya sudah benar-benar mati. namun alangkah terkejutnya dirinya saat menyadari jika dia belum mati dan kembali terlahir di tubuh seorang bocah berusia 10 tahun yang namanya sama dengan dirinya yaitu Bayu. parahnya lagi dia terlempar sangat jauh di tahun 1980. Anehnya Dia memiliki ingatannya di kehidupan sebelumnya di tahun 2025. berdasarkan ingatan Itu Bayu mulai menjalani kehidupan barunya dengan penuh semangat. jika di kehidupan sebelumnya dirinya sangat kesulitan mencari uang di kehidupan ini dia bersumpah akan berusaha menjadi orang kaya dan berdiri di puncak.
Hanya dengan menjadi kaya baru bisa berkecukupan!
Hanya dengan menjadi kaya batu bisa membeli apapun yang diinginkan!
Hanya dengan menjadi kaya aku bisa membahagiakan orang-orang yang aku sayangi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jin kazama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29. Menitipkan Jajanan Telur Gulung Bagian 2
Bab 29. Menitipkan Jajanan Telur Gulung Bagian 2
"Sebenarnya tujuan kamu itu mau ke mana, Nak?"
"Anu, Pak, begini... Tujuan saya itu sebenarnya mau ke 9 sekolah yang ada di sekitar sini. Tiga sekolah SD, tiga SMP, dan tiga SMA. Saya mau nitipin jajanan yang saya buat ke kantin-kantin sekolah itu. Nanti kalau sudah selesai, sepedanya akan langsung saya kembalikan ke sini," kata Bayu dengan jujur.
Mendengar itu, Pak Tarjo pun menghela napas.
Pria paruh baya itu sedikit berpikir sebelum akhirnya mengambil sebuah keputusan.
"Baiklah kalau begitu, nggak perlu pakai fotokopi KTP, nggak apa-apa. Tapi nanti langsung dikembalikan ya?" kata pria paruh baya itu.
Seketika Bayu langsung merasa senang. Ternyata benar apa yang dikatakan oleh Malik, asalkan ia berkata dengan jujur, Pak Tarjo pasti akan menyewakan sepedanya.
Dia sangat bersyukur karena bisa bertemu dengan orang-orang baik yang ada di sekitarnya.
Sementara itu, Pak Tarjo sendiri juga punya pertimbangan lain. Alasan dia mau menyewakan sepedanya kepada Bayu adalah karena dari sorot matanya, dia bisa melihat adanya tekad dan kejujuran. Berkat pengalaman hidupnya, Pak Tarjo sendiri adalah orang yang sangat pandai mengamati wajah seseorang. Hanya dengan mengajaknya berbicara saja, dia bisa mengetahui orang tersebut jujur atau tidak. Dan saat memperhatikan Bayu, Pak Tarjo melihat adanya kejujuran di mata anak itu. Itulah alasannya Pak Tarjo membiarkan Bayu menyewa sepedanya tanpa fotokopi KTP.
Alasan lainnya, Pak Tarjo cukup salut dengan semangat dan kegiatan Bayu. Dalam bekerja, mengayuh sepeda ke sembilan sekolah bukanlah perkara yang mudah. Tapi, anak muda di depannya nampak enerjik dan penuh semangat.
Singkat cerita, akhirnya Bayu pun membayar biaya sekitar Rp100. Namun, Pak Tarjo menolaknya dan berkata,
"Bayar Rp50 saja, Nak. Toh nanti setelah selesai, sepedanya juga kamu kembalikan ke sini kan."
Mendengar itu, Bayu pun mengangguk dan akhirnya ia membayar dengan biaya Rp50.
Setelah berhasil menyewa sepeda, akhirnya ia pun mulai mengayuhnya dengan penuh semangat menuju ke Sekolah SD Pasar Turi 1.
Dari rumah Pak Tarjo ke SD Pasar Turi 1 menempuh jarak sekitar 3,5 km.
Saat bertemu dengan satpam sekolah, Bayu menyapanya dengan sopan, mengucapkan salam, dan menyampaikan niatnya jika dia ingin menitipkan jajanan di kantin sekolah.
"Assalamualaikum, Pak. Selamat pagi," sapa Bayu dengan ramah.
"Waalaikumsalam, Dek. Selamat pagi. Ada keperluan apa ya?" tanya satpam tersebut.
Satpam itu sendiri adalah pria paruh baya berusia sekitar 50 tahunan.
Dengan senyum dan percaya diri, Bayu menjawab,
"Begini, Pak. Saya mau menemui Ibu Kantin. Mau menitipkan jajanan," kata Bayu sambil mengangkat kantong kreseknya yang lumayan besar.
Mendengar itu, satpam tersebut kemudian tersenyum dan mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Oh, mau titip, ya? Ya sudah, silakan masuk. Kamu tinggal lurus aja, nanti dari jarak sekitar 600 meter kamu belok ke kanan," kata satpam itu dengan ramah.
Seketika mata Bayu berbinar, ia tak perlu kesulitan mencari di mana lokasinya karena satpam itu sudah memberi tahunya tanpa ia bertanya terlebih dahulu.
"Baik, Pak. Terima kasih. Assalamualaikum," kata Bayu sambil membungkukkan badan.
Satpam tersebut hanya mengangguk sambil tersenyum simpul.
Saat Bayu tiba di sana, terdengar suara keramaian dari anak-anak yang berada di dalam kelas maupun luar kelas. Namun, saat guru mulai datang, suasana ramai itu segera berubah menjadi lebih tenang.
Melihat itu semua, Bayu hanya tersenyum, seolah ia tenggelam pada nostalgia saat ia di Desa Cipayung. Saat yang masih memakai seragam putih merah, duduk di bangku sekolah, bercanda dan tertawa bersama dengan teman-temannya. Ia sama sekali tak menyangka jika di hari menjelang hari kelulusan akan menjadi hari di mana segalanya berubah.
Namun, Bayu juga tidak menyesali keputusannya sedikitpun. Membunuh Rio sudah merupakan tindakan yang paling tepat baginya. Karena hukum tidak adil, maka dialah yang turun tangan untuk menjadi algojo bagi keadilan itu sendiri.
Siapa pun yang berani menyentuh keluarganya akan mati. Itu adalah sesuatu yang tidak akan pernah berubah sampai kapan pun.
Kemudian Bayu sedikit menggelengkan kepalanya, berusaha untuk menghilangkan segala pikiran-pikiran yang mengganggu dan berfokus pada apa yang ada di depannya.
Ia pun berjalan ke arah tertentu, sesuai instruksi dari satpam sebelumnya. Benar saja, setelah berjalan sekitar 600 meter kemudian belok kanan, ada sebuah ruangan yang dikhususkan untuk dijadikan kantin sekolah. Dari kejauhan, Bayu bisa melihat ada seorang ibu-ibu berusia 45 tahunan yang sedang sibuk menata jajanan yang ia jual.
Tanpa ragu, Bayu pun segera melangkah, mengetuk pintu dan mengucapkan salam.
"Tok! Tok! Tok! Assalamualaikum."
Mendengar suara ketukan pintu dan suara seorang pemuda yang mengucapkan salam, ibu kantin yang ada di dalam pun menjawab.
"Waalaikumsalam. Ada apa ya, Nak? Apa ada yang bisa Ibu bantu?" kata Ibu Kantin sambil tersenyum.
"Begini, Bu. Perkenalkan, nama saya Bayu. Kedatangan saya kemari mau menitipkan jajanan yang saya buat, yaitu telur gulung. Apakah saya bisa menitipkannya di sini?"
"Telur gulung, kah?" kata Ibu Kantin dengan sedikit keterkejutan di matanya.
Ia tak menyangka jika pemuda yang ada di depannya akan menitipkan jajanan telur gulung. Karena jajanan ini merupakan jajanan yang cukup sulit untuk dibuat.
Hal ini menandakan jika Ibu Kantin tersebut bukan pertama kali ini mendengar nama telur gulung ini.
Dan faktanya memang seperti itu. Saat ia berkunjung ke rumah kerabatnya yang ada di Kota Bandung, ia pernah mencicipi jajanan ini. Rasanya sangat enak, dan jajanan itu sangat laris di sana. Ia tidak menyangka akan menemui jajanan telur gulung itu di sini.
"Halo, Bu. Bagaimana? Apakah bisa?" tanya Bayu memecah lamunan Ibu Kantin.
Dan saat itulah, Ibu Kantin menyadari jika dia melamun dan sedikit linglung saat mendengar kata-kata telur gulung. Dengan senyum canggung, ia pun berkata meminta maaf kepada Bayu.
"Hehehe, maafkan Ibu, Nak, sedikit melamun. Jajanan telur gulung ini mengingatkan Ibu saat berkunjung ke Kota Bandung. Dulu Ibu pernah mencobanya dan rasanya memang sangat enak, dan jajanan ini juga sangat laris di sana. Dan kalau kamu ingin menitipkannya di sini tentu saja boleh."
Mendapatkan izin untuk menitipkan telur gulungnya, Bayu merasa sangat senang. Ia mulai membuka toplesnya dan mengambil beberapa tusuk untuk dicicipi oleh Ibu Kantin.
"Terima kasih, Bu. Kalau begitu, tolong Ibu cicipi jajanan telur gulung saya ini. Kebetulan saya membuat lebih, yang memang disediakan khusus untuk Ibu kalau ingin mencobanya. Tenang saja, ini gratis, nggak perlu bayar, hehehe."
Ibu Kantin tersebut hanya tersenyum sambil menggeleng-gelengkan kepalanya, merasa jika anak muda yang ada di depannya cukup menarik.
Karena sudah ditawari, Ibu Kantin pun akhirnya menerima telur gulung yang diberikan oleh Bayu. Saat mencobanya, matanya pun berbinar.
Rasa gurih dan lembut langsung menyebar dalam mulutnya di setiap gigitannya. Bahkan ia merasa telur gulung ini lebih enak daripada yang pernah ia makan di Kota Bandung waktu itu.
"Ini sangat enak, Nak Bayu. Apakah kamu sendiri yang membuatnya?" tanya Ibu Kantin.
"Hehehe, iya Bu. Terima kasih. Alhamdulillah kalau Ibu suka."
Ibu Kantin tersebut mengangguk, kemudian ia bertanya kepada Bayu.
"Lalu, untuk harganya kamu mau jual berapa, Nak?"
Inilah pertanyaan yang Bayu tunggu-tunggu.
Telah menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya secara perlahan, ia mulai menjawab,
"Per tusuknya dari saya Rp28, nanti Ibu jual Rp30. Jadi, per tusuknya nanti Ibu mendapat keuntungan sebesar Rp2," kata Bayu.
Itu harga yang cukup wajar dan bisa dimaklumi.
"Baiklah, tidak masalah. Kamu mau titip berapa banyak?"
"Untuk awalan saya mau titip 200 tusuk, Bu. Apakah bisa?" tanya Bayu agak gugup.
"200 tusuk ya? Tidak masalah, tentu saja bisa. Kebetulan di SD ini siswanya sangat banyak. Bahkan mungkin untuk ke depannya 200 tusuk akan kurang, mengingat rasanya yang enak dan harganya cukup murah," kata Ibu Kantin sambil tersenyum.
Mendengar itu, Bayu pun tersenyum lebar.
"Hehehe, kalau kurang itu masalah gampang, Bu. Saya bisa bikin sebanyak apa pun yang mereka mau," kata Bayu sambil nyengir.
Sekali lagi, Ibu Kantin tak kuasa menahan tawa mendengar candaan Bayu.
Singkat cerita, akhirnya Bayu pun berhasil.
Dan begitulah saat ia menitipkan di SD lainnya, bahkan saat ia menitipkannya di tiga sekolah SMP dan tiga sekolah SMA, semuanya menyambut dengan senang hati.
Ditambah, Bayu orangnya sangat ramah dan mudah berkomunikasi. Ia juga menawarkan telur gulung gratis yang semakin mempermudah jalannya untuk menitipkan jajanan telur gulungnya.
Akhirnya, hari itu 3000 tusuk telur gulung benar-benar berhasil ia titipkan di 9 sekolah.
"Alhamdulillah, akhirnya selesai juga," ucapnya setelah berhasil menitipkan toples terakhirnya di SMA Negeri Kristen Petra.
terus berkarya.