Ratu Esme Coventina Vasilica dieksekusi oleh suaminya sendiri, Raja Stefan Vasilica karena dituduh membunuh anak raja.
Anak raja yang berasal dari selir Jenna itu akan jadi putra mahkota dan akan duduk di tahta selanjutnya. Keputusan itu diambil karena Ratu Esme dinyatakan oleh tabib tidak akan bisa mengandung selamanya alias mandul.
Karena dianggap membunuh keturunan raja, Esme yang merupakan seorang ratu tetap tidak lepas dari hukuman.
Namun ketika ekseskusi akan dimulai, sebuah senyum licik dari Jenna membuat Esme merasa bahwa semua ini tidak lah benar. Dia sendiri tidak pernah merasa membunuh anak dari suaminya itu.
" Jika aku diberi kesempatan untuk hidup kembali, maka akan ku balas semua rasa sakit dan penghinaan ini."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reyarui, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Queen 34
Kerajaan Vasilica
Jenna sungguh sangat kesal karena sehari-harinya hanya dihabiskan di ruang kerja Stefan. Dia mengerjakan banyak hal saat ini. Yang mana itu sama sekali tidak pernah ia bayangkan sebelumnya.
Niat hati masuk ke ke istana sebagi Selir untuk hidup enak dan nyaman, tapi siapa sangka dia akan mengalami sesuatu yang penuh dengan kesibukan ini.
Bluk!
"Ughhh aku lelah sekali," keluhnya. Jenna menelungkupkan kepalanya di meja. Dia sungguh merasa sangat lelah. Bukan pesta dansa, bukan pesta teh dan juga bukan acara amal yang penuh dengan kegembiraan serta berbagai jamuan lezat, namun yang dia lakukan saat ini adalah bekerja memutar otak.
"Kenapaa Jenna?"
"Ah maaf Baginda, saya lelah. Apa Baginda tidak lelah? Bisakah kita beristirahat?"
Sudah lama juga Jenna tidak disentuh oleh Stefan. Dan dia sedikit khawatir karena jatah bulanan yang seharusnya hadir, kini belum. Ini berarti dia harus cepat-cepat tidur dengan Stefan.
Bukannya apa-apa, Jenna khawatir apa yang ia lakukan dengan budak itu benar-benar membuahkan hasil.
"Baginda, saya merindukan Anda."
Jenna bangkit dari tempat duduknya, dia kemudian menghampiri Stefan. Dengan memberanikan diri, Jenna duduk dipangkuan pria itu. Ia juga mengusap dada bidang milik Stefan.
Tak hanya itu, Jenna juga mencium leher Stefan. Ia sengaja melakukan semuanya karena ingin membangkitkan hasrat dari sang raja. Apapun itu caranya, dia ingin kali ini berhasil.
"Kau ingin melakukannya? Sekarang? Di tempat ini?"
"Tidak ada salahnya bukan? Mungkin akan ada sensasi yang berbeda."
Jenna tersenyum nakal, dia mulai meraba paha Stefan dan juga mengusap lembut milik Stefan.
Eughhh
Stefan melenguh. Sudah lama memang dia tidak bergumul dengan Jenna. Dia sendiri lupa kapan terakhir mereka menghabiskan malam bersama. Semua itu karena kesibukannya dalam menyelesaikan pekerjaan.
Leih dulu Jenna berjalan menuju ke pintu untuk memeringati penjaga agar tidak ada yang mengganggu. Lalu, ia mengunci pintunya. Setelah itu dengan berani, Jenna melepaskan gaun luarannya. Ia berjalan dengan melenggak-lenggok tubuhnya ke arah Stefan berada.
Gluph!
Stefan menelan saliva nya. Kali ini tampilan Jenna sungguh bisa membangkitkan hasratnya. Stefan yang lama tak menjamah wanita itu, tentu saja memiliki keinginan untuk menyalurkan hasrat.
"Kau benar-benar mengujiku."
Bak disuguhi makanan, Stefan langung menyantap dengan lahap. Ya dia langsung menyerang Jenna. Menciumnya, mencumbunya dan pad akhirnya menyatukan tubuh.
Stefan terus menggerakkan tubuhnya di atas tubuh Jenna dengan berbagai gaya. Dari gaya terlentang hingga gaya mendorong. Apapun itu dilakukan untuk bisa memuaskan hasratnya yang sudah terpendam beberapa hari.
Peluh melumuri tubuh keduanya. Erangann dan desahan juga menggema di ruang kerja itu.
Eughhhh
Aaahhh
Keduanya saling bersautan dalam mengeluarkan desahann. Baik Stefan maupun Jenna sungguh menikmati apa yang mereka lakukan.
Stefan mejadi lupa kalau beberapa hari yang lalu dia masih mengharapkan Esme kembali. Lalu sekarang apa, dia begitu menikmati tubuh Jenna bahkan hingga berkali-kali melakukannya.
"Aah ini sungguh sangat nikmat Baginda."
"Apa benar begitu? Tapi aku belum bisa keluar ini. Masih bekum sepenuhnya bisa keluar jadi mari lakukan lagi.
Eughhhh
Stefan kembali menggerakkan tubuhnya. Dia menghunuskan miliknya lebih dalam lagi sehingga tak berjarak antara dirinya dan Jenna.
Baru kali ini Stefan merasakan nikmatnya dalam bercintaa. Dan itu ternyata adalah Jenna.
"Ayo lakukan di kamar. Di sini kurang nyaman."
"Baiklah Baginda, dengan senang hati."
Jenna menerbitkan sebuah seringai. Dia berhasil membuat Stefan bertekuk lutut dengan menggunakan tubuhnya.
Posisi Ratu, tidak lama lagi pasti akan berada dalam genggamannya ia yakin itu. Dan dia yakin bahwa dirinya saat ini pasti akan mengandung. Itu semakin membuatnya yakin atas apa yang akan dia dapatkan.
*
*
*
Kekaisaran Ravenlof
Kali ini yang datang ke kamar Esme adalah Evelyn. Dia nampak terharu dan mengucapkan syukur ketika mengetahui Esme sudah bangun dari tidurnya yang panjang.
Satu minggu bukan waktu yang singkat untuk seseorang tidur. Semua orang khawatir, semua orang merasa kebingungan.
"Aku sungguh sangat senang melihat ku baik-baik saja, Lady."
"Semu berkat perhatian Anda dan juga seluruh yang ada di istana ini. Mohon maaf karena telah membuat keributan"
Evelyn menggelengkan kepalanya, dia juga menggenggam tangan Esme. Saat ini keduanya tengah duduk bersama. Padahal Evelyn menyuruh Esme untuk berada di ranjang saja namun Esme menolak. Dia mengatakan bahwa sudah lelah berbaring dan ingin menggerakkan tubuh.
"Apa sekiranya kamu ingat ada yang aneh terjadi di perjalanan. Aku mendengar itu dari Baginda dan juga Count Paul."
"Belum Duchess, saya belum menemukan hal yang mencurigakan. Entahlah ada apa tidak. Perjalanan saya kemari sperti perjalanan biasa. Saya menginap di penginapan, makan makanan di restoran. Dan sesekali mampir di warung teh untuk menikmati teh di daerah yang kami singgahi sembari beristirahat. Serangan pencuri pada waktu itu juga bukanlah apa-apa. Semua terasa begitu normal. Dan ... ."
Esme menggantungkan ucapannya, ia merasa ada sesuatu yang mengganjal. Bukan hanya itu, dia merasa seolah ada sebuah peristiwa yang harusnya diingatnya. Itu bukan peristiwa yang luar biasa.
"Apa mungkin waktu itu ya?"
"Ada apa Lady? Apa kau mengingat sesuatu yang aneh?"
"Tidak aneh Duchess. Tidak ada hal yang aneh atau luar biasa. Hanya saja waktu itu, ketika saya berada di sebuah kota, kami mampir ke pasar untuk membeli perbekalan yang habis. Ada seorang wanita tua yang menawarkan anggur. Dia berkata bahwa anggur itu dibuatnya sendiri. Karena kasihan, saya membelinya satu botol."
Klap
Evelyn menangkupkan kedua tangannya, itu mungkin saja bisa menjadi sebuah petunjuk.
"Apa Anda meminumnya?"
" Ya aku meminumnya, tapi semuanya juga minum bukan hanya saya."
Evelyn terdiam, pun dengan Esme. Keduanya sama-sama sedang berpikir. Kalau anggur itu memang mengandung sesuatu yang berbahaya, entah racun apa sihir, pasti bukan hanya Esme yang kena karena semua ikut meminumnya.
"Maaf Yang Mulia Duchess dan Lady, bukan saya mau ikut campur. Hanya saja waktu itu bukankah Lady yang memberikan sendiri koin emas kepada wanita tua itu?"
Esme mengangguk. Ucapan Daria memang benar adanya, dia yang memberi koin emas kepada wanita tua itu.
Esme kemudian memeriksa tangannya, meskipun samar, ternyata ada bekas tusukan benda kecil di telapak tangannya.
"Ini, dia mengambil darah ku melalui benda kecil. Karena saking kecilnya aku tidak merasa sama sekali."
"Sekarang kita bisa tahu. Kita datangi saja kota itu dan cari wanita tua itu. Sebentar Lady, aku akan melaporkan ini kepada Bagi!nda."
"Duchess."
Evelyn langsung pergi begitu saja. Padahal Evelyn belum tahu kota mana tempat Esme singgah itu.
"Duchess juga pribadi yang aneh, tapi dia menyenangkan. Haah, lalu siapa kira-kira yang menyuruhnya ya? Tidak mungkin wanita tua itu bertindak sendiri."
TBC
padahal mah sang kaisar g pernah lirik sedikitpun /Slight/
ya ampun eve, mentang-mentang bangsawan ketawa aja harus ja'im, boleh kali guling-guling, biar nular ke reader /Smirk/
yang penting sah dulu...
baru bawa pulang ke kaisaran....
biar tu para pejabat toxic ga berkutik lagi..
Kalau udah sampai di kekaisaran...
baru adakan pesta pernikahan....🤗
sekarang daku malah tidak sabar nungguin kebenaran tentang dirinya yang mandul, dan si jenong hamil mungut kecebong seorang budak /Sly//Smirk/