NovelToon NovelToon
Ketika Takdir Memilihku

Ketika Takdir Memilihku

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO / Pengantin Pengganti / Cinta Paksa / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:3k
Nilai: 5
Nama Author: MauraKim

Aditya Kalandra wiratmaja tidak pernah menyangka bahwa kekasihnya, Nathasya Aurrelia pergi meninggalkannya tepat di hari pernikahannya. Dalam keadaan yang kalut ia dipaksa harus menerima pengantin pengganti yang tidak lain adalah adik dari sahabatnya.

Sementara itu, Nayra Anindhira Aditama juga terpaksa harus menuruti permintaan sang kakak, Nathan Wisnu Aditama untuk menjadi pengantin pengganti bagi Aditya atas dasar balas budi.

Apakah Nayra sanggup menjalani kehidupan barunya, dan mampukah dia menakhlukkan hati Aditya.

Ataukah sebaliknya, apa Nayra akan menyerah dan pergi meninggalkan Aditya saat masalalu pria itu kembali dan mengusik kehidupan rumah tangga mereka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MauraKim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Langkah Pertama di Rumah Baru

Papa Indra dan Arsyila hanya diam, memperhatikan ekspresi Nayra yang terlihat samar.

Suasana kembali sunyi. Pagi yang seharusnya menjadi awal dari kehidupan baru bagi pasangan suami istri itu, justru di penuhi dengan jarak dan kebisuan.

Untuk mencairkan suasana Mama Hanum mengeluarkan suaranya untuk berbincang ringan dengan Nayra, "Kapan kamu mulai beraktifitas di Butik lagi, Nak?" Nayra mengangkat kepalanya dan tersenyum tipis "InsyaAllah Besok, Ma."

Setelah cukup lama terdiam, Papa Indra akhirnya mengeluarkan suaranya. "Baiklah, sebaiknya sekarang kita kembali ke kamar. Arsyila, bantu kakak iparmu membereskan barang-barangnya. Setelah itu kita kembali ke rumah." titahnya dengan nada lembut namun masih tegas.

Arsyila mengangguk menanggapi perintah dari Papanya, ia segera beranjal dari duduknya dan mengapai pergelangan tangan Nayra. "Ayo kak, aku bantu membereskan barangmu dan si Beruang kutub itu."

"Beruang kutub?" ulang Nayra karena heran dengan siapa yang di maksud Arsyila.

"Ya, kamu tidak sadar kalau kamu baru saja menikah dengan beruang kutub. Lihat saja dia persis seperti beruang kutub karena hidup di tempat yang dingin jadi dia jarang bicara." jelas Arsyila dengan entengnya.

Nayra menahan tawa saat mendengar ucapan adik ipar di hadapannya ini. Sementara Mama Hanum geleng-geleng kepala melihat kelakuan putri bungsunya itu.

"Sudah-sudah, Arsyila sana segera bantu kakak iparmu. Kamu kan juga harus membereskan barang-barangmu juga." akhirnya Mama Hanum memberikan teguran agar Putrinya itu segera beranjak.

"Baiklah Ma, Pa. Arsyila dan Kak Nayra permisi dulu."

Nayra mengikuti langkah Adik iparnya itu, setelah sebelumnya juga berpamitan kepada kedua mertuanya.

Beberapa waktu kemudian, mobil yang di tumpangi keluarga Wiratmadja berhenti di depan banggunan megah berlantai dua yang merupakan kediaman keluarga Wiratmadja.

Nayra turun dan mengamati suasana di hadapannya sembari menunggu kopernya di turunkan oleh sopir keluarga Wiratmadja.

"Selamat datang di rumah kami Kak. Ayo, aku akan mengajakmu berkeliling di rumah ini. Hari ini aku akan menjadi pemandu terbaik untukmu." Arsyila tiba-tiba menghampirinya dan dengan nada bicaranya yang ceria ia menawarkan untuk menjadi pemandu untuk Nayra.

Nayra tersenyum melihat tingkah Arsyila. Dalam hati ia sangat bersyukur, karena meskipun Aditya belum bisa menerimanya dengan baik, akan tetapi keluarga ini begitu baik padanya.

"Nanti saja Syila, biarkan kakak iparmu istirahat dulu." tegur Mama Hanum dengan halus.

"Tidak apa-apa, Ma. Nayra bisa istirahat nanti setelah berkeliling bersama Arsyila." sahut Nayra menanggapi ucapan Mama Hanum.

"Baiklah kalau begitu, Arsyila temani kakak iparmu berkeliling. Setelah itu segera istirahat ya. Dan untuk Nayra, mama tidak bosan-bosan mengingatkan. Kalau ada sesuatu yang kamu butuhkan, jangan sungkan untuk bilang. Mama ingin kamu merasa seperti berada di rumah sendiri."

Arsyila yang berdiri di sebelah Nayra, tersenyum jahil. "Tentu saja butuh waktu untuk terbiasa, Ma. Rumah ini kan besar dan sedikit terlalu,, serius, kalau menurutku."

Mama Hanum menggeleng sambil tersenyum, lalu menatap Nayra lagi. "Aditya memang bukan orang yang mudah di dekati, tapi dia adalah pria yang bertanggung jawab. Jika ada sesuatu yang menganggumu, kau bisa bicara pada Mama atau Papa."

Papa Indra melangkah menghampiri Nayra, "Benar kata Mama, kalau butuh sesuatu atau ada sesuatu yang menganggumu jangan sungkan berbicara pada Mama atau Papa, Nak. Karena mulai sekarang kami juga keluargamu."

Nayra mengangguk sopan." Terima Kasih Ma, Pa."

Mama Hanum kembali berbicara, "Yasudah Mama dan Papa masuk dulu ya."

"Baik, Ma." sahut Nayra.

Setelah kedua orang tuanya pergi, Arsyila langsung menarik tangan Nayra dengan semangat.

"Ayo Kak! Aku akan menunjukkan tempat-tempat terbaik di rumah ini."

Nayra mengikuti langkah kaki Arsyila, ia merasa setidaknya hari ini akan terlewati dengan mudah.

Arsyila mengandeng tangan Nayra dengan semangat, membawanya masuk ke dalam rumah yang luas.

Mereka memulai tur dari ruang keluarga, sebuah area luas dengan nuansa hangat yang berbeda dari kesan kaku di ruangan lain. Sofa besar berwarna krem tertara rapi di sekeliling meja kaca, sementara rak buku tinggi berdiri di salah satu sudut ruangan.

"Ini tempat favoritku," kata Arsyila sambil.menjatuhkan diri di salah satu sofa. "Biasanya kalau aku pulang ke rumah, aku menghabiskan waktu di sini sambil menonton drama atau membaca buku."

Nayra mengamati sekeliling. "Ruangannya nyaman."

Arsyila tertawa kecil. "Tentu saja! Kalau kakak mulai merasa bosan di kamar, datang saja ke sisi. Aku dengan senang hati akan menemanimu!"

Mereka kemudian berjalan ke bagian lain rumah, melewati lorong panjang dengan jendela besar yang menghadap taman belakang angin sepoi-sepoi masuk melalui celah jendela yang sedikit terbuka, membawa aroma segar dari bunga-bunga yang tumbuh rapi di taman.

"Taman belakang ini juga tempat yang menyenangkan," ujar Arsyila. "Kalau Mama sedang sengang, biasanya beliau duduk di sana sambil membaca atau merawat tanaman."

Nayra memandangi taman itu sejenak. Meski hari masih pagi, sinar matahari sudah cukup terang menyinari dedaunan hijau dan bunga-bunga yang sedang mekar.

Mereka melanjutkan perjalanan, melewati beberapa ruangan lainnya hingga akhirnya tiba di perpustakaan rumah.

"Ini adalah tempat yang sering di kunjungi Kak Aditya," ucap Arsyila sambil mendorong pintu besar yang terbuat dari kayu mahoni.

Nayra melangkah masuk mengamti rak-rak tinggi yang penuh dengan buku. Ruangan itu memiliki suasana tenang dan elegan, mencerminkan karakter Aditya yang dingin dan serius.

"Apa Mas Aditya sering menghabiskan waktu di sini?" tanya Nayra pelan.

Arsyila mengangguk, "Ya, terutama saat dia butuh ketenangan atau sedang ingin menyelesaikan sesuatu."

Nayra menyentuh salah satu buku di rak, merasa seolah sedang sisi lain dari pria yang baru saja menjadi suaminya.

"Bagaimana?" tanya Arsyila tersenyum usil. "Apa Kakak mulai terbiasa dengan rumah ini?"

Nayra menarik napas pelan, lalu mengangguk, "Aku rasa,,, Ya."

Arsyila tertawa kecil. "Bagus! Kalau begitu, tur kita berhasil!"

Nayra ikut tersenyum. Setidaknya, hari ini ia merasa lebih di terima di rumah ini.

Sementara di tempat lain, Aditya duduk di belakang meja kerjanya. Tatapannya terpaku pada layar laptop, tetapi pikirannya melayang entah kemana. Semalaman ia menghabiskan waktu di luar mencari jejak Natasya, dan kini laporan anak buahnya terpampang di depan matanya.

Natasya menghilang tanpa jejak. Tidak ada catatan penerbangan atas namanya, tidak ada informasi keberadaannya di hotel manapun. Seolah-olah wanita itu lenyap begitu saja dari dunia ini.

Aditya mengetuk ujung jarinya ke meja, ekspresinya tetap dingin, tetapi matanya menggelap. Natasya tidak mungkin pergi begitu saja tanpa meninggalkan jejak apapun.

Sebuah ketukan pelan di pintu membuyarkan lamunannya. "Masuk," ucapnya tanpa mengalihkan pandangannya dari layar.

Seorang pria bertubuh tegap masuk. "Tuan, kami masih melanjutkan pencarian. Beberapa orang mengatakan melihat seseorang mirip dengan Nona Natasya di daerah perbatasan kota, tapi belum ada bukti kuat."

Aditya mengangguk pelan. "Terus selidiki. Aku ingin secepatnya tahu kemana dia pergi melarikan diri."

"Baik, Tuan."

Saat anak buahnya pergi, Aditya menyandarkan punggungnya ke kursi sembari memijit pelipisnya. Pikirannya berkecamuk. Bukan hanya tentang Natasya, tetapi juga tentang wanita yang kini menjadi istrinya.

Ia ingat tatapan Nayra tadi pagi, seolah ingin bertanya tapi menahan diri. Sejak semalam ia tidak kembali hingga menjelang subuh. Mungkin Nayra menyadari, mungkin juga tidak.

Aditya menarik napas dalam. Pernikahan ini terjadi bukan karena keinginannya, dan ia tidak bisa serta-merta bersikap seolah semuanya baik-baik saja. Namun ada hala yang mengusik dirinya, Nayra sama sekali tidak mengeluh, tidak bertanya apapun bahkan tidak sedikitpun meminta penjelasan darinya.

Gadis itu hanya diam.

Entah mengapa, sikap diamnya justru terasa lebih menusuk daripada seribu pertanyaan.

"Apa sikapku pada Nayra sudah keterlaluan?"

1
Hiang Ardiati
bagus saya suka
JAM
luar biasa
MauraKim: Terima kasih sudah mau membaca novel saya🙏
total 1 replies
November
lanjut
MauraKim: terima kasih sudah mau membaca novel saya🙏
total 1 replies
Farldetenc
Ada karya menarik nih, IT’S MY DEVIAN, sudah End 😵 by farldetenc
Izin yaa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!