Bagaimana jadinya jika seorang dokter cantik yang selalu ceria dan petakilan bertemu dengan seorang tentara yang memiliki sifat dingin dan juga galak? akankah mereka bisa bersatu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon poppy susan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 9 Cinta Yang Ramah Dan Baik Hati
Waktu hampir menunjukan pukul 12.00 siang dan pasien terus saja berdatangan. "Astaga, aku lelah," keluh Lucy.
"Ini pasien apa tidak bisa di pending dulu, aku lapar," sambung Hugo.
"Sudah jangan banyak ngeluh, kita cepat-cepat selesaikan biar bisa makan," seru Cinta.
"Kapten, para dokter itu belum makan kasihan," seru Tara.
Reynold melihat jam tangannya dan benar saja sudah hampir jam 12.00 siang. Reynold memperhatikan satu persatu dokter itu dan terlihat sekali wajah mereka sudah dipenuhi dengan keringat. Reynold pun segera menghampiri semuanya.
"Ini sudah hampir tengah siang, kalian belum makan sama sekali lebih baik sekarang kalian istirahat dulu dan makan," seru Kapten Reynold.
"Kalian makan saja duluan, aku selesaikan dua pasien ini dulu soalnya kalau tidak segera ditangani lukanya bisa infeksi," ucap Cinta.
"Ya, sudah kita tunggu kamu saja sampai selesai," sahut Lucy.
"Jangan, sudah kalian makan dulu sana. Nanti 'kan bisa gantian," titah Cinta.
"Tapi kamu gak apa-apa jika kita tinggal?" seru Hugo.
"Tidak apa-apa, sudah sana kalian makan dulu," sahut Cinta.
Akhirnya semuanya pun segera pergi ke dapur umum untuk makan siang. Sedangkan Cinta masih sibuk mengobati dua korban yang tangannya sobek terkena benda tajam. "Apa ada yang bisa aku bantu?" tawar Kapten Reynold.
"Kapten bisa ambilkan aku perban itu," ucap Cinta.
"Oke."
Reynold membantu Cinta yang sedang mengobati korban luka-luka itu. Reynold sempat curi-curi pandang kepada Cinta yang wajahnya sudah penuh dengan keringat. Dari pagi sampai sekarang, Cinta memang belum istirahat sama sekali dia lebih mementingkan kesehatan para korban dibandingkan perutnya sendiri.
"Alhamdulillah, akhirnya selesai juga," ucap Cinta.
Reynold yang dari tadi memperhatikan Cinta langsung memalingkan wajahnya karena takut ketahuan. "Kapten, semua korban saat ini sedang istirahat biarkan mereka istirahat yang cukup supaya cepat sembuh," ucap Cinta.
"Oke."
Reynold memerintahkan para anak buahnya untuk menjaga para korban. Cinta mencuci tangannya lalu segera pergi ke dapur umum. Terlihat semuanya sedang istirahat dan selesai makan, sedangkan Cinta baru mau mengambil makanan.
Setelah mengambil makanan, Cinta pun duduk di bawah pohon sembari makan. Pemandangan indah menjadi background waktu makan siang dia. Walaupun menu makannya seadanya, tapi Cinta tidak banyak mengeluh karena dia tahu di sana itu sulit sekali untuk mendapatkan bahan makanan.
"Bu dokter, aku punya buah-buahan dari kebun bisa ditukar sama jajanan tidak?" Tiba-tiba seorang anak laki-laki berusia 6 tahun menghampiri Cinta yang sedang makan.
"Kamu mau apa, Dek?" tanya Cinta ramah.
"Apa saja Bu dokter, asalkan jajanan," sahut anak laki-laki itu.
Cinta kebingungan. "Dek, tas Bu dokternya ada di atas bagaimana kalau sore adek datang ke tempat Bu dokter nanti Bu dokter kasih jajanan buat adek," ucap Cinta.
"Baiklah, ini Bu buat Bu dokter." Anak itu memberikan satu kantong kresek buah mangga yang sudah matang dan harum.
"Gak apa-apa, buah mangganya kamu bawa pulang saja buat kamu makan," tolak Cinta.
Anak laki-laki itu menggelengkan kepalanya. "Tidak Bu dokter, kata orang tuaku kalau minta sama orang itu harus ada timbal baliknya jangan sampai aku mengemis setidaknya aku harus bawa sesuatu sebagai ucapan terima kasih," sahutnya.
Cinta tersenyum dan mengusap pundak si anak. "Nama kamu siapa?" tanya Cinta.
"Duma, Bu dokter."
"Terima kasih ya, Duma jangan lupa nanti sore kamu datang ke tenda penginapan Bu dokter di atas sana, kamu boleh kok bawa teman-teman kamu," ucap Cinta.
"Iya, terima kasih Bu dokter, kalau begitu saya pergi dulu."
Cinta tersenyum dan melambaikan tangan kepada anak laki-laki yang bernama Duma itu. Lagi-lagi Reynold memperhatikan Cinta dan Reynold pun tampak menyunggingkan senyuman dibalik masker wajahnya.
"Roy, aku capek ingin pulang," rengek Patricia.
"Ini baru satu loh Pat, masa mau pulang padahal kita bisa berbulan-bulan di sini," sahut Roy.
"Astaga, aku gak bakalan sanggup jika harus disini terlalu lama mana pasiennya jorok-jorok dan bau seperti gak mandi berbulan-bulan," keluh Patricia sembari bergidik jijik.
"Ya, mau bagaimana lagi namanya juga tugas," sahut Roy.
Patricia menyenderkan kepalanya ke pundak Roy, kedua manusia itu sungguh tidak tahu malu. Apalagi Roy sudah punya istri, tapi masih bisa-bisanya dia menjalin hubungan dengan wanita lain. Reynold semakin sakit melihat Patricia bersikap manja kepada Roy, dia ingin marah tapi dia sadar saat ini Patricia sudah bukan miliknya lagi.
"Sepertinya aku harus benar-benar melupakan Patricia, dia sudah bahagia dengan orang yang dia cintai," batin Kapten Reynold.
***
Sore pun tiba....
Semua tenaga medis kembali ke tenda mereka, sedangkan para korban dijaga oleh para Tentara. "Akhirnya aku bisa rebahan juga, pinggang aku rasanya butuh diluruskan," seru Hugo sembari merebahkan tubuhnya.
"Gila orang-orang itu, padahal kita sama-sama saudara satu sama lain tapi malah saling serang dan akhirnya orang yang tidak tahu apa-apa menjadi korban," seru Lucy.
"Entahlah, mereka maunya apa? padahal hidup rukun 'kan lebih indah," sahut Cinta.
Cinta melihat kantong kresek hitam yang berisi mangga itu. "Lah, Duma ternyata belum ke sini," gumam Cinta sembari celingukan.
"Wuih, ada buah mangga nih, dapat dari mana kamu?" tanya Hugo.
"Tadi ada anak kecil yang memberinya kepadaku, katanya ingin dituker sama jajanan," sahut Cinta.
"Bu dokter!" teriak Duma.
Cinta menoleh, Duma ternyata membawa teman-temannya. "Bu dokter, saya bawa teman-teman saya," ucap Duma.
"Iya, gak apa-apa. Sebentar, Bu dokter ambil jajahannya dulu," sahut Cinta.
Cinta memang wanita yang suka sekali ngemil, maka dari itu Cinta membawa banyak makanan ringan untuk dia makan. Tapi, melihat anak-anak itu ingin jajanan Cinta pun akhirnya membagikan makanannya kepada mereka.
"Bu dokter hanya punya yang seperti ini, Bu dokter bagikan ya, jangan berebut," ucap Cinta.
Duma dan teman-temannya langsung berbaris rapi, Cinta pun segera membagikan makanannya kepada mereka. Terlihat sekali anak-anak itu sangat bahagia, membuat mata Cinta berkaca-kaca.
"Ya, Allah sesenang itu mereka mendapatkan makanan. Padahal itu cuma ciki dan permen," batin Cinta.
"Terima kasih, Bu dokter," ucap semuanya bersamaan.
"Sama-sama."
"Bu dokter, besok kalau kita main lagi ke sini boleh 'kan?" ucap Duma.
"Boleh dong, datang saja ke sini," sahut Cinta dengan senyumannya.
Duma dan teman-temannya sangat bahagia, mereka pun berlari pergi dari tenda penginapan itu. Cinta menyeka air matanya, begitu pun dengan Lucy dan Hugo. "Ya, Allah sedih sekali melihat mereka," ucap Lucy.
Dari kejauhan, Reynold, Dean, dan Tara melihatnya. "Memang tidak salah, Dr.Cinta itu sudah cantik, baik hati pula, kira-kira dia sudah punya calon belum ya?" seru Tara.
"Jangan berharap terlalu tinggi kamu, lihatlah Kapten kita. Kurang apa dia, sudah tampan, seorang Kapten pasukan, tapi tetap saja disakiti wanita, apalagi kamu yang pangkatnya masih rendah mana mau dia," ledek Dean.
"Ya, kali aja dia jodohku," sahut Tara.
Reynold menoyor kepala Tara. "Jangan mimpi kamu."