NovelToon NovelToon
JATUH CINTA PADA PENCULIKKU

JATUH CINTA PADA PENCULIKKU

Status: sedang berlangsung
Genre:Gangster / Kriminal dan Bidadari
Popularitas:6.5k
Nilai: 5
Nama Author: julius caezar

Lahir dari pasangan milyuner Amerika-Perancis, Jeane Isabelle Richmond memiliki semua yang didambakan wanita di seluruh dunia. Dikaruniai wajah cantik, tubuh yang sempurna serta kekayaan orang tuanya membuat Jeane selalu memperoleh apa yang diinginkannya dalam hidup. Tapi dia justru mendambakan cinta seorang pria yang diluar jangkauannya. Dan diluar nalarnya.
Nun jauh di sana adalah Baltasar, seorang lelaki yang kenyang dengan pergulatan hidup, pelanggar hukum, pemimpin para gangster dan penuh kekerasan namun penuh karisma. Lelaki yang bagaikan seekor singa muda yang perkasa dan menguasai belantara, telah menyandera Jeane demi memperoleh uang tebusan. Lelaki yang mau menukarkan Jeane untuk memperoleh harta.

Catatan. Cerita ini berlatar belakang tahun 1900-an dan hanya fiktif belaka. Kesamaan nama dan tempat hanya merupakan sebuah kebetulan. Demikian juga mohon dimaklumi bila ada kesalahan atau ketidaksesuaian tempat dengan keadaan yang sebenarnya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon julius caezar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

EPISODE 29

Tetapi, permainan baru itupun tidak berlangsung lama. Jeane merasa bosan. Menjelang malam ke tiga, umpatan umpatan dalam bahasa Inggris yang dibungkus dengan wajah bermanis manis itu tidak lagi memberi kepuasan kepada Jeane. Sebaiknya malah meninggalkan rasa getir karena tidak mempan, Tidak mampu membuat Baltasar bereaksi. Wajah misterius dan mata hitam kelam itu tetap tidak menunjukkan reaksi apapun. Jeane akhirnya sadar bahwa kelakuannya itu hanya peragaan pemberontakan yang kekanak kanakan. Dan hanya Antonio yang mengerti.

    Apapun yang dilakukannya tidak dapat mengubah keadaan. Faktanya, ia tetap merupakan seorang tawanan yang tidak semenit pun ditinggal sendirian. Di dapur, Estela tidak reda juga kecemburuannya terhadap Jeane. Bagi Jeane cuma ada dua pilihan: menganggur sepanjang hari atau menebalkan telinga mendengar gerutuan gerutuan perempuan berambut coklat kekasih Baltasar itu.

    Hujan yang berganti dari gerimis menjadi hujan sangat deras menjebak dan mengurung Jeane di dalam rumah itu. Suara halilintar bersahut sahutan seakan merobek robek langit. Kelompok kelompok awan hitam membuat langit menjadi gelap, menambah muramnya kamar tidur Jeane.

    Di  dalam deru hujan dan petir itu, Jeane mendengar suara kaki kuda mendekati rumah itu. Suara itu berhenti di luar rumah, lalu terdengar seseorang mengetuk ngetuk pintu. Jeane tidak habis pikir,  bertanya kepada dirinya sendiri, siapa gerangan yang masih mau keluar dalam hujan dan cuaca badai seperti ini.

    Rasa ingin tahu Jeane bertambah besar ketika ia mendengar Baltasar memberikan perintah dalam bahasa Spanyol kepada penjaga yang berjaga di depan rumah itu. Penjaga itu meninggalkan tempat berteduhnya dan di bawah siraman air hujan lebat itu, ia pergi ke deretan gubuk gubuk yang agak terpisah jauh dari gubuk utama yang ditinggali Baltasar dan Jeane.

    Selama beberapa menit kemudian hanya terdengar suara pelan di ruang utama, tempat Baltasar dan tamunya berada. Jeane mengangkat gordin di depan jendela kamarnya dan melihat situasi di luar. Tidak ada yang menjaga pintu depan seperti biasanya karena penjaga itu sedang menjalankan perintah Baltasar. Semua orang sedang berada di dalam rumah,mencari tempat berteduh terhadap badai dahsyat itu.

    Cuma orang tolol yang mau berkeliaran di luar rumah dalam cuaca seperti ini, pikir Jeane. Ya seorang tolol atau........... seorang yang melarikan diri dengan dilindungi oleh hujan lebat itu. Cepat cepat Jeane naik ke atas bingkai jendela itu dan mulai mengeluarkan ke dua kakinya serta melompat turun.

    Dengan tangan berpegangan pada dinding gubuk untuk menjaga keseimbangannya agar tidak jatuh, Jeane melihat situasi sekelilingnya. Halilintar memecah langit ketika Jeane berlari ke arah pepohonan di belakang rumah gubuk itu.

    Sebelum sampai di rerimbunan pohon itu, Jeane sudah basah kuyup, membuat rambutnya lengket pada kepalanya, air hujan memasuki matanya serta mengaburkan pandangannya. Setiap tarikan napasnya memuat kelembaban.

    Ranting ranting dan dedaunan lebat pohon pohon di situ agak mengurangi derasnya curahan air hujan. Jeane berhenti sejenak, menoleh dan melihat ke arah rumah yang baru saja ditinggalkannya.

    Nampak dua orang pria bergegas berjalan menuju ke rumah itu, kepala masing masing ditundukkan melawan derasnya air hujan. Beberapa saat lamanya, Jeane seperti merasa lumpuh, menduga bahwa tidak mustahil mereka telah melihatnya, sehingga cepat cepat ia berlindung di balik sebatang pohon. Tetapi tidak seorangpun dari ke dua orang itu yang melihat ke arah Jeane berada, mereka justru mau cepat cepat sampai untuk berteduh di bawah serambi rumah itu. Yang seorang, jangkung, dikenali oleh Jeane tidak lain adalah Antonio. Yang seorang lagi, pastilah penjaga yang tadi disuruh oleh Baltasar, diperintahkan untuk memanggil Antonio.

    Setiap saat mereka pasti akan mengetahui bahwa Jeane telah menghilang dari kamarnya. Jeane mulai berlari. dengan selalu berlindung dan merapat pada pepohonan. Setelah berada di luar jangkauan pandangan dari rumah gubuk itu, barulah ia merasa lega, sehingga diperlambatnya langkah langkah kakinya.

    Halilintar tidak henti hentinya menyambar nyambar, sehingga tanah di bawah kakinya terasa seolah bergetar. Jeane tergoda untuk meninggalkan perlindungan pepohonan itu untuk mengambil jarak yang lebih pendek menyeberangi lapangan rumput lalu menuju ke pintasan lembah itu. Tetapi jatuhnya hujan yang semakin deras itu membatalkan rencana Jeane.

    Dengan menundukkan kepala untuk melawan tamparan air hujan itu, Jeane segera maju, berlari terus. Tujuannya cuma satu, mencapai pinggir ngarai itu, sebelum orang orang di rumah gubuk itu sadar telah kehilangan dirinya. Tetapi............

    "Jeane!"

    Pendengarannya yang hampir ditulikan oleh deru hujan, membuat Jeane tidak dapat memastikan bahwa ia baru saja mendengar namanya dipanggil. Tapi ia berhenti juga, melindungi matanya dengan tangannya. Terdengar seekor kuda mendengus di sebelah kirinya.

    Jeane merasa jantungnya melompat ke luar dari rongga dadanya, terkejut mendengar bunyi itu. Iapun berputar ke arah datangnya suara itu, tampak Antonio dengan seenaknya menuntun kuda.

    Pendengaran Jeane tiba tiba menjadi luar biasa tajamnya, mendengar bunyi bunyi dari jurusan lain. Matanya memandang kepada pepohonan yang menipis di sebelah kiri Antonio. Tampaklah di sana tiga orang penunggang kuda lainnya. Salah satu di antara mereka adalah Baltasar.

    Kuda kuda itu berhenti, membentuk setengah lingkaran mengelilingi Jeane. Karena sudah tidak mungkin melanjutkan pelariannya, maka Jeane bertahan di tempat ia berdiri. Dengan memiringkan kepala dan dengan sikap menantang, Jeane menolak memperlihatkan kepada mereka betapa kecewanya dia karena gagal melarikan diri. Hujan membasahi wajahnya.

    "Apa yang kau lakukan di luar sini?" Antonio sudah mengetahui jawabannya. Ucapan itu dikatakannya disertai kilatan tertawa dalam sepasang matanya yang biru.

    "Tadinya aku ingin keluar berjalan jalan, maka aku melakukannya. Malangnya, aku tidak menyadari hujannya akan menjadi sedemikian deras," sebuah alibi yang sangat lemah dikemukakan oleh Jeane.

    "Aneh juga ya?" kata Antonio. "Ketika aku melihatmu lari dari rumah ke arah pepohonan ini, yang pertama muncul dalam pikiranku adalah bahwa kau mencoba melarikan diri."

    Ah, jadi Antonio telah melihatnya tadi, kemudian segera memberitahukannya kepada Baltasar. "Kurasa itu adalah pikiran yang bodoh sekali," kata Jeane dengan ketus.

    "Tetapi kelakuanmu ini membuktikan betapa mudahnya menimbulkan kesan yang keliru," Antonio berolok olok.

    "Ya, memang benar," Jeane membenarkan tetapi ia merasakan kemarahan mendidih dalam darahnya dan berusaha keras menahan kemarahan itu.

    "Ya, bagaimanapun.......," Antonio mendekatkan kuda ke sisi Jeane. "Untunglah aku melihatmu. Bisa bisa kau terjangkit pneumonia kalau berjalan terlalu jauh dalam hujan deras seperti ini." Lengan Antonio melingkari pinggang Jeane untuk membantunya naik ke atas pelana kuda itu. Ia sendiri kemudian menyusul naik. "Seharusnya kami menyusulmu lebih cepat, tetapi kami masih harus mengenakan pelana di atas kuda dan itu memakan waktu beberapa saat. Kami harus menyusulmu dengan berkuda karena kami tidak tahu sudah seberapa jauh kau melarikan diri, dan kami tidak berniat melakuan perjalanan jauh dalam hujan badai seperti ini," Antonio menekankan kalimat 'melarikan diri' supaya Jeane menyadari bahwa usaha seperti yang barusan dilakukan akan selalu berakhir sia sia. Jeane diam saja, menahan gigilan tubuhnya yang kedinginan.

1
Atikah'na Anggit
kok keane...
julius: Barusan sudah diperbaiki kak. thx
julius: waduh... salah ketik. Mohon maaf ya kak? Terima kasih koreksinya, nanti segera diperbaiki 👌
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!