Di pertengahan tahun 2010, kerasnya kehidupan wanita bernama Sekar Nabila Putri dimulai. Tak ada dalam benak Sekar jika hidupnya setelah selesai kuliah berubah menjadi generasi Sandwich.
Setiap anak tentu tak bisa memilih di keluarga mana mereka dilahirkan. Ibunya lebih menyayangi sang kakak daripada Sekar. Alasannya sepele, hanya karena kakaknya adalah laki-laki dan menjadi anak pertama. Sedangkan Sekar adalah anak perempuan, si bungsu dari dua bersaudara.
Impiannya menjadi seorang akuntan yang sukses. Untuk menggapai sebuah impian, tak semudah membalikkan telapak tangan. Sekar harus terseok-seok menjalani kehidupannya.
Aku butuh rumah yang sebenarnya. Tapi, saat ini rumahku cuma antidepressant ~ Sekar Nabila Putri.
Akan tetapi sederet cobaan yang mendera hidupnya itu, Sekar akhirnya menemukan jalan masa depannya.
Apakah Sekar mampu meraih impiannya atau justru takdir memberikan mimpi lain yang jauh berbeda dari ekspektasinya?
Simak kisahnya.
Mohon dukungannya.💋
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Safira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29 - Kakak vs Adik
"Sudah bangun?" sapa Winda santai. Angga seketika keluar dari kamarnya dengan menyenggol kencang lengan sang kakak.
"Aku sudah melek gini kok. Ya artinya sudah bangun lah!" seru Angga.
Kini keduanya duduk saling berhadapan di ruang keluarga. Angga menatap tajam ke arah Winda.
"Kembalikan ponselku!"
"Nih," Winda pun memberikan ponsel pribadi Angga.
"Aku tadi habis bertemu Sekar di Kafe Betawi," cicit Winda.
"APA !!" Angga seketika syok mendengar pengakuan jujur dari sang kakak perihal segalanya.
Mulai dari Winda menyelidiki siapa sosok Sekar, keluarga dan pekerjaan wanita muda itu. Bahkan urusan drama sepatu miliknya yang dibawa Sekar pun juga diceritakan secara apa adanya pada Angga.
"Maaf, kakak sengaja berbuat seperti ini. Kakak hanya ingin tahu siapa wanita itu. Kakak gak pengin kamu salah pilih wanita lagi, Ga." Terlihat jelas perhatian Winda yang tulus untuk Angga.
"Kakak lancang banget sih! Janjianku sama Sekar malam ini jadi gagal total gara-gara kakak kepo!" sungut Angga.
"Kakak lihat, Sekar wanita yang berbeda. Satu yang pasti dia tidak mata duitan," ucap Winda mengutarakan penilaiannya tentang Sekar.
"Arrghh !! Kakak sudah membuat semuanya runyam!" pekik Angga yang terlihat marah. Ia bahkan menjambak rambutnya sendiri terlihat seperti orang frustasi.
"Ya sudah tinggal kamu bereskan sisanya. Kalau memang kamu sudah yakin, lamar dia saja atau mau langsung ke KUA?" goda Winda.
"Tidak semudah itu Dokter Winda Anggiya!"
"Lah memangnya kenapa?" tanya Winda heran.
Angga menghela napas beratnya. Pada akhirnya ia pun menceritakan pada Winda jika Sekar adalah gadis yang punya rasa antipati cukup tinggi pada cowok berseragam. Alhasil tidak semudah itu Angga untuk mendekati Sekar.
"Ya sudah, kamu PDKT ke dia gak perlu pakai seragam polisi. Beres kan?" usul Winda. "Kamu bisa pakai baju batik atau baju olahraga," sambungnya asal ceplos.
"Kenapa kakak gak sekalian kasih ide biar aku PDKT ke Sekar gak perlu pakai baju sekalian ?!" sungut Angga.
"Yang ada Sekar malah banyak istighfar sambil nutup matanya kalau kamu gak pakai baju depan dia," jawab Winda seraya memutar bola matanya jengah pada Angga. "Memangnya level gantengmu setingkat apa sampai berani pamer gak pakai baju depan Sekar?"
"Setingkat jagad raya dong, Kak."
"Halah, ganteng setingkat RT saja bangganya kayak selangit. Masih gantengan Mas Bagus setingkat kecamatan,"
"Loh, kalian ini lagi bahas apa toh? Kok aku denger nyebut tingkat RT, tingkat kecamatan. Tingkat kota dan kabupaten sudah disebut apa belum? Nanti mereka iri loh," sahut Bagus dengan nada sedikit bercanda guna mencairkan suasana yang sedang bersitegang antara kakak-adik tersebut. Bagus berjalan ke tempat duduk Winda.
"Belum!" jawab Angga dan Winda kompak.
"Weleh-weleh kakak adik kompak bener euiyy," ledek Bagus yang kini sudah mendaratkan b0kongnya di sofa ruang keluarga tepatnya berada di samping Winda.
"Apa kamu mau pamerin dadamu yang kotak-kotak mirip ikan gabus itu depan Sekar?" ledek Winda.
"Enak saja! Aku gak suka ikan gabus!" desis Angga.
"Apalagi kalau kamu polosan depan Sekar, yang ada dia bisa-bisa pingsan gara-gara harus ngelihat megalodonmu yang karatan itu!"
"Mas, tolong dirujak sebentar mulut bininya biar kembali ke jalan yang lurus."
"Winda sudah makan rujak juhi di Kafe Betawi pas kita bertemu Sekar tadi," sahut Bagus dengan santai sambil tersenyum tipis.
"Beneran sial banget aku!" umpat Angga.
"Jangan lupa megalodonmu diperiksa ke dokter. Takutnya kelamaan jadi bujang lapuk yang karatan nanti pas nikah sama Sekar gak bisa naik tanjakan maupun turunan, Bro." Winda semakin meledek Angga. Ia sangat suka menggoda adiknya itu.
"Papa-Mama dulu ngidam apa sih, sampai aku bisa punya kakak modelan begini?"
"Ngidam yang baik-baik pokoknya. Bukan kayak kamu yang mau saja diplek0tho sama cah wedok matre!" balas Winda.
"Itu dulu, Kak. Sekarang aku bisa bedain. Cuma Sekar Nabila Putri yang akan jadi istriku,"
"Belum tentu Sekar mau sama bujang lapuk plus karatan kayak kamu!"
"Pasti dan harus mau pokoknya!" seru Angga. "Kalau perlu aku s3ret dia ke KUA," sambungnya.
"Heleeehh..." ejek Winda.
"Kakak wajib bantu aku pokoknya guna membersihkan nama baikku di depan Sekar,"
"Iya, aku bantu bersihkan. Di belakang banyak tuh cairan pemutih. Kalau kurang, ada pembersih lantai kamar mandi biar makin kinclong," ledek Winda.
"KAKAK !!"
Winda dan Bagus pun tertawa lepas di depan Angga yang tengah memasang mode ngambek mirip anak kecil yang tidak dibelikan es krim oleh orang tuanya.
☘️☘️
Pagi-pagi sekali Sekar berpamitan kerja dengan kedua orang tuanya.
"Ayah yang anter saja ya, Kar." Tawar Pak Tresno terdengar khawatir.
"Gak perlu, Yah. Sekar bisa berangkat kerja sendiri kok. Ayah gak perlu khawatir," ucap Sekar berusaha meyakinkan ayahnya.
"Tapi ini pagi banget, Nduk. Mana di luar masih gelap. Ayah takut kamu di jalanan ada yang gangguin,"
Pak Tresno khawatir Sekar bertemu anak-anak muda yang sedang trek-trekan di jalan raya atau tawuran antar geng. Karena seringnya terjadi di saat jam seperti ini karena jalanan masih terbilang sepi dan petugas kepolisian juga jumlahnya tak banyak ketimbang di atas jam tujuh pagi.
"Tenang saja, Yah. Pagi begini biasanya banyak pedagang sayur di jalanan. Jadi gak sepi banget kok, Yah."
"Ya sudah, hati-hati di jalan."
"Iya, Yah." Setelah itu Sekar segera tancap gas menuju kantornya.
Tak terasa seharian bekerja membuat Sekar tak sadar jika waktu berlalu begitu cepat. Jam pulang pun telah tiba. Sekar turun lift hingga ke parkiran basement, tempat motornya terparkir.
Langkah kakinya riang gembira karena hari ini pekerjaannya berjalan dengan lancar hingga selesai. Tiba-tiba saat sudah dekat dengan motornya berada, langkah kaki Sekar mendadak terhenti.
Pandangannya cukup terkejut karena saat ini ia melihat sosok laki-laki yang telah membuat hatinya dongkol semalaman. Kini laki-laki itu dengan santainya sedang duduk di atas jok motornya seakan tanpa beban.
"Ngapain kamu duduk di atas motorku?" pekik Sekar.
Bersambung...
🍁🍁🍁
*diplek0tho : dibohongi, ditipu.
*cah wedok : wanita/perempuan.