Istri Kedua Tuan Mafia

"Lepaskan, bajingan !!" teriak Merry saat pria yang baru saja menjadi suaminya itu mengungkung paksa dirinya.

Tubuh Merry yang kecil begitu tak kuasa melawan badan besar William yang kini berada di atasnya.

"Kamu tahu? semakin kamu berteriak membuat saya semakin ingin menyentuhmu." lirih William seraya mengusap lembut rahang istri kecilnya itu dengan punggung tangannya.

"Apa kamu seorang pedofil? bisa-bisanya menikahi gadis di bawah umur ?" sungut Merry yang langsung membuat William melebarkan matanya.

Tatapan pria itu nampak menajam hingga membuat Merry langsung menelan ludahnya, ingin sekali gadis itu menarik kata-katanya kembali.

"Mati aku, tapi bukannya dia memang seorang pedofil ?" gumamnya meyakini ucapannya sendiri.

William langsung beranjak dari tubuh istri kecilnya itu, kemudian melangkah pergi meninggalkan kamarnya lalu menutupnya dengan keras hingga membuat Merry terlonjak kaget.

"Syukurlah aku aman malam ini dari bajingan tua itu." umpat Merry seraya menarik selimut untuk menutupi tubuh setengah polosnya.

Meski Merry akui William seorang pria yang sangat tampan tapi tetap saja usianya terpaut jauh di atasnya, belum lagi perbuatan pria itu yang tidak akan ia maafkan sepanjang hidupnya.

Sementara itu William yang sedang berada di ruang kerjanya, nampak menyesap segelas whiskey yang ada di tangannya itu.

"Tuan, anda belum beristirahat? kenapa masih di sini, bukankah harusnya anda menikmati malam pertama anda ?" ucap James saat melihat tuannya sedang duduk sendirian di ruang kerjanya.

"James, apa aku salah menikahinya ?" ujar William kemudian.

"Tidak tuan, bukannya anda sudah lama menginginkannya ?" sahut James meyakinkan.

"Dia bilang saya pedofil." rahang William nampak mengeras saat mengatakan dan itu membuat James menggeleng pelan.

"Itu hanya umpatan seorang gadis yang sedang emosi tuan, saya yakin jika anda memperlakukannya dengan lembut cepat atau lambat nona Merry akan takluk pada anda." nasihat James yang mencoba meredam amarah tuannya.

Hampir seluruh hidup James di habiskan bersama tuannya itu jadi pria itu sangat paham bagaimana sosok seorang William.

William sosok pria yang tidak bisa mengendalikan emosinya, pria itu akan menghabisi siapapun bahkan akan menyakiti dirinya sendiri jika emosinya mulai tak terbendung.

Tak menanggapi ucapan asistennya, William nampak beranjak dari duduknya dengan membawa gelas berisi minuman berakohol tersebut.

"Anda baik-baik saja, tuan ?" James mulai khawatir.

"Apa kamu takut saya akan membunuhnya ?" sahut William dengan tersenyum sinis.

James mengangguk pelan menatap tuannya tersebut.

"Tidurlah James, bukannya kamu yang menyuruhku malam ini untuk bersenang-senang !!" perintah William seraya melangkah pergi meninggalkan asistennya itu.

"Saya harap nona Merry bisa menyembuhkan anda tuan dan saat itu mari kita akhiri semuanya." gumam James.

Sementara itu Merry yang tak bisa tidur nampak mencoba membuka kamar William yang ternyata di kunci dari luar.

Kemudian ia mengintip jendela dari celah horden dan nampak banyak sekali bodyguard yang sedang berjaga di bawah sana.

"Ah sial, bagaimana aku bisa kabur dari sini." umpat Merry seraya mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan tersebut, ia berharap ada jalan untuk kabur tapi sepertinya tidak mungkin.

"Dasar bajingan tua, teganya mengurungku di sini. Bisa-bisa aku ikutan tua juga." umpat Merry lagi namun kali ini dengan lantang.

"Siapa yang kau sebut tua, hm ?" tiba-tiba William berucap tepat dibelakang telinga Merry hingga membuat gadis itu terlonjak kaget lalu berbalik badan.

Merry menatap William yang nampak sedang menatapnya juga, tak ada amarah di wajah tampan pria di depannya itu, namun hanya tatapan dingin dan datar.

Merry akui William memang seorang pria yang sangat tampan tampan dan berkharisma, tapi tetap saja di matanya tetap seorang pria tua yang usianya pasti terpaut jauh di atasnya.

Harapan Merry yang ingin mempunyai suami seorang pria Asia seperti ayahnya kini pupus sudah.

"Ten-tentu saja yang ku maksud kamu paman, memang di sini ada siapa lagi ?" sewot Merry dengan mengalihkan pandangannya, sangat berbahaya jika terus menerus menatap pria di depannya itu.

Bisa saja ia nanti akan mengagumi ketampanan pria itu dan pada akhirnya akan jatuh cinta.

Memikirkan hal itu Merry langsung menggeleng cepat, ia harus membangun tembok tinggi dan tetap pada satu tujuannya yaitu membalas dendam kematian kedua orangtuanya.

"Jadi kamu menganggap saya tua ?" William nampak meraih dagu istri kecilnya itu lalu membawa menghadap padanya, kini pandangan mereka nampak bersatu.

"Percayalah, pria tua inilah yang akan membuatmu kelelahan sepanjang malam honey." lirih William dengan suara beratnya yang langsung membuat Merry menelan ludahnya.

William nampak mengangkat gelas yang ia bawa tadi, kemudian meneguknya hingga tandas dan tanpa Merry duga suaminya itu langsung mencengkeram rahangnya lalu menciumnya dengan paksa hingga cairan yang rasanya seperti api itu kini berpindah ke tenggorokannya.

Merry nampak tersengal namun William terus membungkam bibirnya hingga cairan tersebut ia telan semua.

Setelah memastikan istrinya meminum seluruh whiskey tersebut, William nampak menjauhkan wajahnya dengan senyuman puas di bibirnya.

Di lihatnya gadis itu nampak mulai tak berdaya karena pengaruh alkohol, namun pria itu yakin istri kecilnya itu dalam kesadaran penuh.

"Dasar bajingan, apa kamu terlalu lemah hingga harus membuatku mabuk dulu." Merry nampak tertawa sinis saat suaminya itu mulai melucuti pakaian dalamnya, tubuhnya yang terasa lemas membuatnya tak berdaya untuk melawannya.

Setelah membuat istrinya polos, William langsung menghempaskan gadis itu ke atas ranjangnya.

"Kamu yang membuatku harus melakukan ini honey." ucapnya seraya melepaskan kemejanya, lalu melemparnya ke sembarang arah.

Merry nampak menjerit pasrah saat lidah panjang itu mendarat tepat di puncak gundukan indah miliknya, memainkannya lalu menghisapnya dengan lembut hingga membuat gadis itu menggeliat tak karuan.

Dan itu membuat seorang William nampak tersenyum kecil, kemudian ia melakukan hal sama pada yang lainnya.

Merry rasanya ingin sekali menampar mulutnya sendiri saat d3s4h4n indah tak sengaja keluar dari bibirnya.

Sensasi luar biasa yang baru pertama kali gadis itu rasakan membuatnya lupa sejenak akan dendam di hatinya.

Sungguh di balik aura gelap pria itu, Merry merasakan sebuah kelembutan di setiap sentuhannya hingga membuat kewarasaannya mulai terusik.

"Tolong jangan lakukan itu !!" Merry berusaha menarik tubuhnya menjauh saat wajah William kini berada tepat di depan miliknya.

Namun tenaganya yang lemah karena pengaruh alkohol serta cengkeraman kuat tangan William, membuat gadis itu pasrah saat suaminya itu dengan gila menikmati miliknya di bawah sana.

"Jangan tolak reaksi tubuhmu honey, bukankah ini nikmat ?" William nampak tersenyum puas saat melihat istri kecilnya itu menggeliat tak karuan karena sentuhan kecilnya.

"Aahhh, kamu benar-benar bajingan." umpat Merry saat pria di bawahnya itu dengan rakus menikmati miliknya.

Hingga sebuah sensasi aneh namun terasa nikmat melanda tubuhnya yang tak pernah gadis itu rasakan sebelumnya.

Kenikmatan melakukan hal dewasa yang Merry rasakan di saat usianya yang baru mengerti arti perjuangan meraih cita-cita.

"Akan ku tunjukkan bagaimana nikmat yang sesungguhnya, honey." William nampak berdiri lalu melepaskan kait celananya hingga menampakkan sebuah kebanggaan miliknya yang besar dan berotot yang sontak membuat Merry menggeleng cepat.