NovelToon NovelToon
Beginning And End Season 3

Beginning And End Season 3

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Dark Romance / Time Travel / Balas Dendam / Sci-Fi / Cintapertama
Popularitas:143
Nilai: 5
Nama Author: raffa zahran dio

Lanjutan Beginning And End Season 2.

Setelah mengalahkan Tenka Mutan, Catalina Rombert berdiri sendirian di reruntuhan Tokyo—saksi terakhir dunia yang hancur, penuh kesedihan dan kelelahan. Saat dia terbenam dalam keputusasaan, bayangan anak kecil yang mirip dirinya muncul dan memberinya kesempatan: kembali ke masa lalu.

Tanpa sadar, Catalina terlempar ke masa dia berusia lima tahun—semua memori masa depan hilang, tapi dia tahu dia ada untuk menyelamatkan keluarga dan umat manusia. Setiap malam, mimpi membawakan potongan-potongan memori dan petunjuk misinya. Tanpa gambaran penuh, dia harus menyusun potongan-potongan itu untuk mencegah tragedi dan membangun dunia yang diimpikan.

Apakah potongan-potongan memori dari mimpi cukup untuk membuat Catalina mengubah takdir yang sudah ditentukan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon raffa zahran dio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 34 : Potensi Mayuri.

Shrrrsshh… shrrrsshh… Salju di halaman belakang semakin rapat berputar, membentuk gumpalan-gumpalan putih yang melayang lembut di udara. Bukan badai besar yang menimbulkan takut, tapi cukup padat untuk membuat napas terasa berat di dada—setiap hembusan nafas keluar sebagai uap putih tebal yang cepat hilang. Kristal es yang terbang memantul di permukaan barrier api–es Catalina, berbunyi pelan seperti kaca disentuh kuku—ting… ting… ting…—suara yang halus tapi terasa dalam, menyatu dengan keheningan.

Mayuri berdiri di tengah lingkaran kloning Kurumi. Kali ini… kakinya tidak gemetar separah tadi. Ia menggeser telapak kaki kirinya sedikit ke depan—gerakan kecil, masih kaku, seolah takut membuat kesalahan—lalu menyesuaikan pegangan tombak esnya. Bahunya masih tegang seperti baja, siku terlalu lurus sampai terasa nyeri, tapi matanya… oh, matanya. Matanya pink keunguan itu tajam seperti pisau, terfokus pada setiap gerakan kloning di sekitarnya, tidak lagi terkejut atau ragu.

Kurumi memperhatikan dari kejauhan, bersedekap santai dengan tangan terlipat di dada. Gaun silvernya berkibar ringan mengikuti angin, dan dia memutar satu pistolnya dengan jari-jari. “Oke~ lihat tuh,” gumamnya pelan, suaranya cukup terdengar di antara bunyi salju. “Posturmu masih kaku… tapi niatmu udah nggak goyah. Itu yang paling penting.”

FSHHK!

Satu kloning Kurumi menghilang dalam kilatan hijau kehitaman yang cepat, muncul tepat di udara atas—badannya menukik ke bawah dengan gerakan seolah burung pemangsa yang mengejar mangsa. Mayuri bereaksi cepat—lebih cepat dari sebelumnya, tidak lagi memikirkan lama-lama. Ia memutar tombak esnya dengan sudut yang lebih sempit—SWISH!—ujung kristal esnya melesat melalui udara, nyaris sempurna memotong jalur serangan kloning itu.

KRAK!

Kloning Kurumi pecah menjadi ribuan partikel hijau yang melayang ke udara, menghilang seperti asap. Mayuri terkejut sendiri, mata membesar dan bibir sedikit terbuka. “H—hah…?” katanya dengan suara yang lemah, seolah tidak percaya bahwa dia bisa melakukannya.

Catalina menyipitkan mata, api pink yang berdenyut di punggungnya menjadi lebih terang seolah puas. “Itu refleks yang benar,” katanya dengan suara yang tegas tapi hangat. “Tapi bahumu masih terlalu tegang. Kalau ini pertarungan sungguhan—kamu bisa kelelahan dalam sekejap. Santai sedikit, biarkan tubuhmu bergerak sendirinya.”

Mayuri mengangguk cepat, nafasnya masih terengah tapi sudah lebih teratur. “I—iya… aku sadar…” Dia mencoba melepaskan ketegangan di bahunya, membuat gerakan sedikit lebih lembut, meskipun masih merasa kaku.

Tiba-tiba, dua kloning lain muncul—satu dari kanan dengan gerakan cepat, satu dari belakang dengan gerakan lebih diam-diam—fshkk! fshkk! Mayuri berputar—sedikit terlambat, tubuhnya miring ke samping—dan mengangkat tombak esnya untuk menahan serangan dari kloning kanan. KLANG! Benturan keras membuat lengannya bergetar sampai ke bahu, dan dia merasakan rasa nyeri yang menyakitkan.

“A—agh…!” Ia mundur setengah langkah, sepatu esnya menggores tanah berpasir yang sudah dibalut salju—krrtt—tetapi gerakannya benar. Dia berhasil menahan serangan itu. Hanya saja… terlalu dipaksa. Terlalu kaku.

Kurumi menatap itu lama, matanya hijau cerah menjadi lebih dalam. Senyum mengejaknya yang tadinya ada perlahan menghilang, digantikan ekspresi yang serius dan penuh pemikiran. “Hmm…” nada suaranya berubah—lebih dalam, lebih serius. “Udah cukup pemanasan. Waktu untuk yang sebenarnya.”

Kelima kloning Kurumi yang tersisa berhenti bergerak, berdiri diam di tempatnya seperti patung. Udara… membeku. Suhu turun lagi, dan embun di permukaan batu menjadi lapisan es tipis.

Kurumi melangkah maju dari tengah kloning-kloningnya, langkahnya lembut tapi penuh kekuatan. Dan untuk pertama kalinya—Kurumi asli mengangkat satu pistolnya ke udara, telapak tangannya menghadap ke atas. “Skill change,” bisiknya ringan, suaranya terdengar seperti bisikan angin.

VOOOM—KRRSHH!!

Aura hijau kehitaman berputar liar di tangan kanannya, seperti ular yang marah. Pistol itu memanjang, logamnya melar dan berubah bentuk dengan bunyi CLANG!—menjadi pedang silver ramping yang panjang, bilahnya memancarkan aura gelap yang berdenyut seperti napas makhluk hidup. Nama pedang itu terdengar di udara—“Voon.”

Mayuri membeku. Bukan karena dingin yang membanjiri tubuhnya—tapi karena tekanan aura Kurumi yang berubah total. Semua kesan bermain-mainnya lenyap, digantikan oleh kehadiran yang kuat dan menakutkan, seperti prajurit yang siap bertarung sampai mati.

Catalina refleks melangkah setengah maju, tangannya siap mengaktifkan kekuatan lebih banyak. “Kurumi—”

“Aku tau batasnya,” potong Kurumi singkat, tanpa menoleh ke arah Catalina. Matanya tetap terfokus pada Mayuri. “Ini uji refleks. Bukan hukuman. Aku nggak akan menyakitinya.”

FSHHK!

Kurumi menghilang dalam kilatan hijau kehitaman.

Mayuri tersentak, mata membesar. “H—hah?!”

TSHH!

Kurumi muncul di belakangnya—pedang Voon sudah turun dengan kecepatan yang luar biasa.

Mayuri tidak sempat berpikir. Tubuhnya bergerak lebih dulu, seolah terlatih secara alami. Ia memutar badan dengan kecepatan yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya, tombak esnya naik menyilang di depan punggungnya—KRAAANG!!

Benturan keras mengguncang lengan Mayuri sampai ke tulang belakang. Ia merasakan rasa nyeri yang menyakitkan, tapi tidak melepaskan pegangan tombaknya. “A—GH!!”

Kurumi tidak berhenti. FSHHK—TSHH—FSHHK! Dia teleport dari satu tempat ke tempat lain dengan cepat, tebasan pedangnya datang dari sudut yang mustahil—atas, bawah, kiri, kanan—semua dalam sekejap. Mayuri terseret mundur, menahan, menghindar, kadang terlalu lambat—ujung gaun esnya tergores oleh bilah pedang, membuat bunyi krkk—bahkan satu tebasan nyaris menyentuh pipinya, membuat bulu kuduknya merinding.

WHOOOSH!! Angin berdesing liar di halaman, menyapu salju ke segala arah. “Jangan lihat pedangnya!” teriak Catalina dengan suara yang kuat, mencoba membantu Mayuri. “Lihat niatnya! Rasakan aura dia!”

Mayuri terengah-engah, mata berair karena nyeri dan kelelahan. Tapi… dia masih berdiri. Ia tidak jatuh. Ia tidak lari. Ia memejamkan mata sepersekian detik—merasakan aliran dingin Rhapiel yang berdenyut di dada—thrum… thrum…—seolah kekuatan itu memberinya kekuatan tambahan.

Saat Kurumi teleport lagi—menuju kiri Mayuri, pedang sudah siap menebas—

Mayuri bergerak lebih dulu. Ia memutar tombak esnya ke arah kosong—tempat yang ia rasa Kurumi akan muncul—dan—

KLANG!!!

Pedang Voon tertahan tepat di udara, di blok oleh tombak es Mayuri.

Untuk sesaat… waktu terasa berhenti. Mata mereka bertemu dari jarak sangat dekat—matanya Kurumi yang hijau cerah terkejut, matanya Mayuri yang pink keunguan terisi tekad dan kelelahan.

Kurumi terkejut. Bukan karena kekuatan Mayuri yang mengalahkan dia—tapi karena waktu. Mayuri berhasil membaca gerakannya.

“…Oh,” gumam Kurumi pelan, suara yang penuh kejutan dan rasa hormat. Sudut bibirnya terangkat sedikit menjadi senyum. “Kamu mulai membaca. Benar-benar membaca.”

Mayuri menggertakkan gigi, tubuhnya goyah tapi tetap berdiri. “A—aku… nggak mau… cuma jadi beban… bagi kamu dan Catalina…!” suaranya bergetar tapi tegas, penuh keinginan untuk kuat.

Kurumi melompat mundur dengan gerakan cepat—FSHHK!—mendarat beberapa meter jauhnya. Pedang Voonnya bergetar sebentar—lalu menyusut kembali dengan bunyi CLIK—menjadi pistol silver seperti semula. Aura hijau kehitaman di sekitarnya mereda perlahan, kembali menjadi lembut seperti semula.

Salju perlahan turun lebih lembut—shrrsshh…—seolah menyadari bahwa latihan sudah berakhir. Kurumi memutar pistolnya dengan jari-jari, lalu menyarungkannya santai di pinggangnya. “Itu cukup,” katanya dengan suara yang tenang. “Kamu sudah cukup bagus untuk hari ini.”

Mayuri terhuyung-huyung, nyaris jatuh—tapi berhasil menahan diri dengan menekan tombak esnya ke tanah. Keringat dingin bercampur salju menetes di pelipisnya, dan tubuhnya gemetar karena kelelahan.

Catalina segera mendekat, menepuk bahu Mayuri dengan lembut. “Kamu hebat,” katanya dengan suara yang lembut dan penuh bangga. “Untuk pemula… itu luar biasa. Kamu berhasil membaca gerakan Kurumi—itu hal yang sulit bahkan untuk orang yang sudah latihan lama.”

Mayuri menunduk, napas tersengal. “A—aku… masih kaku… masih lambat…”

Kurumi tersenyum kecil, kali ini jujur dan penuh hormat. “Tapi potensimu jelas, Mayuri. Cukup latihan lagi, kamu akan semakin baik.” Ia melangkah mundur sedikit, dan tubuhnya mulai memudar perlahan—fshhh…—seolah dicerna oleh udara.

“Kita lanjut lain waktu,” katanya ringan, suaranya semakin lembut. “Latihan refleks kayak gini… jangan kebanyakan. Kelelahan bisa merusak tubuhmu yang masih kecil.”

Dan dengan satu kilatan halus hijau kehitaman—Kurumi menghilang, menjauh dari halaman Miyamoto.

Salju mereda lebih lanjut, sampai akhirnya berhenti. Barrier api–es Catalina tetap berdiri kokoh, melindungi halaman dari dunia luar. Mayuri berdiri di tengah halaman—lelah, gemetar, penuh nyeri—tapi dengan mata yang tidak lagi ragu. Matanya terlihat lebih cerah, lebih penuh harapan.

Latihan pertama… berakhir di sana.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!