Ongoing
Lady Anastasia Zylph, seorang gadis muda yang dulu polos dan mudah dipercaya, bangkit kembali dari kematian yang direncanakan oleh saudaranya sendiri. Dengan kekuatan magis kehidupan yang baru muncul, Anastasia memutuskan untuk meninggalkan keluarganya yang jahat dan memulai hidup sederhana.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon frj_nyt, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
7.
Hujan salju turun lebat saat kereta memasuki halaman utama Kastil Silas. Para prajurit membungkuk memberi hormat, langkah-langkah mereka menimbulkan suara lembut di atas salju yang tebal. Anastasia turun lebih dulu, jubahnya terseret angin malam. Setelahnya, dua ksatria mengangkat Duke Aloric Silas perlahan dari kereta.
“Bawa dia ke ruang medis,” perintah Anastasia, suaranya lebih tegas dari biasanya. Prajurit saling pandang. Tidak pernah ada yang memberi perintah selain Duke. Namun malam itu, tidak ada keberatan. Anastasia meski baru dikenal ia telah menyelamatkan nyawa orang yang mereka semua hormati dan takuti.
Anastasia mengikuti mereka dari belakang. Setiap langkah yang ia ambil terasa seperti menekan napasnya sendiri. Luka Aloric sudah sembuh, tapi tubuhnya masih lemah. Ia butuh istirahat. Dan… ia butuh penjelasan yang tadi tertunda.
Begitu pintu kamar besar Duke terbuka, prajurit segera memindahkan Aloric ke ranjang besar yang terbuat dari kayu ebony gelap. Lilin-lilin dinyalakan. Aroma herbal memenuhi ruangan. Aloric membuka mata, menatap Anastasia dari sela-sela rambut hitamnya yang berantakan. “Keluar,” katanya pendek pada para prajurit.
Mereka patuh tanpa suara. Perlahan, pintu ditutup. Keheningan menyerbu ruangan. Anastasia berdiri tidak jauh dari ranjang. Tangan kecilnya masih bergetar sisa dari penggunaan kekuatan besar itu. Aloric memiringkan kepala, mempelajari wajahnya. “Kenapa kau tampak seperti baru kehilangan nyawa?”
“Aku hampir… kehilangan nyawamu,” jawab Anastasia ketus namun suaranya getir. Sebuah dengusan napas keluar dari hidung Aloric—entah tawa kecil atau sekadar napas lelah. “Aku tidak mudah mati.”
“Kau hampir mati dua kali semenjak aku bertemu denganmu,” bantah Anastasia.
“Mungkin itu kebetulan.”
“Mungkin itu kamu yang ceroboh.”
Aloric mendadak terbatuk, tapi bukan karena luka—karena terkejut dengan keberanian Anastasia. Mata hitamnya menajam. “Kau benar-benar tidak takut padaku, ya?” Anastasia mengangkat dagu. “Untuk apa takut? Kau sudah aku hidupkan dua kali. Jika kau mati lagi, itu menyusahkan bagiku.”
“Terserah kau menganggapnya apa.”
“Memang begitu.”
Aloric memejam mata sebentar, menahan diri agar tidak tertawa. Pria yang terkenal dingin itu terjebak di antara rasa frustrasi dan… entah apa yang ia rasakan. “Duduk,” perintahnya.
“Aku tidak—”
“Anastasia.” Nada suaranya berubah. Lebih pelan. Lebih… dalam. Anastasia diam, lalu mendekat dan duduk di kursi dekat ranjang. Aloric menatapnya lama sebelum akhirnya berkata “Kau bertanya… kenapa pemberontak itu memburu kita.”
Anastasia mengangguk. Aloric menarik napas panjang. “Karena sihir kegelapan yang mereka gunakan… membutuhkan tumbal berjiwa kuat. Dan darahku… adalah salah satu yang paling mereka inginkan.” Anastasia menegakkan tubuh. “Kenapa?”
“Karena aku keturunan Silas. Magic tempur keluargaku berasal dari ‘Darah Hitam Utara’. Bagi mereka, darahku bisa melipatgandakan kekuatan sihir terlarang.”
Anastasia terdiam. Jadi Duke bukan hanya kuat dia adalah sumber kekuatan yang bernilai bagi musuh. Namun satu hal tidak masuk akal. “Lalu kenapa aku?” tanya Anastasia cepat. Aloric menunduk, memandangi tangannya yang besar. “Karena kau menghidupkanku.” Jantung Anastasia berdegup keras.
“Aku…”
“Energi kehidupanmu terdeteksi. Bangkitnya kekuatanmu memancing mereka.” Anastasia menggenggam rok gaunnya. Jadi… kehidupannya yang dimulai kembali membuatnya menjadi mangsa? “Jika begitu…” suaranya hampir tidak terdengar, “aku membawa masalah kepadamu.”
“Tidak,” jawab Aloric tegas. “Masalah itu sudah ada bahkan sebelum kau muncul. Kau hanya… membuka mata mereka.”
“Bagus sekali,” gumam Anastasia. “Jadi aku benar-benar magnet masalah.”
“Kau lebih seperti api di tengah hutan yang membeku.” Mata Aloric menggelap. “Dan masalah selalu tertarik pada api.”.Anastasia menggigit bibir. “Terima kasih atas pujiannya yang mengerikan.”
“Aku tidak memuji.”
“Aku tahu.”
Hening merayap lagi. Namun kali ini, hening itu berbeda. Lebih berat. Seperti udara di ruangan menjadi lebih rapat. Anastasia bangkit berdiri. “Aku akan pergi agar kau bisa istirahat.” Saat ia berbalik, tangan Aloric secara tiba-tiba menangkap pergelangan tangannya.
Anastasia membeku. Kulit hangat pria itu membakar kulitnya yang dingin. “Jangan pergi.” Suara itu… bukan perintah. Bukan ancaman. Lebih seperti… permintaan samar dari seseorang yang tidak pernah meminta apa pun seumur hidupnya.
“Kenapa?” Anastasia mencoba menjaga suaranya datar. “Karena malam ini…” mata Aloric melunak, “…aku merasa sesuatu akan terjadi.”
“Ancaman besar?” tanya Anastasia cepat. “Entah ancaman atau… sesuatu yang lain.” Aloric menarik tangannya pelan, menuntun Anastasia mendekat ke tepi ranjang. “Tetaplah di ruangan ini.”
Anastasia menunduk. “Aku… bukan pelayanmu.”
“Benar.”
Pegangan Aloric mengendur, tapi tidak melepaskan. “Kau—adalah alasan aku hidup.” Dadanya mengencang. Kata-kata itu menusuknya seperti panah. Anastasia menarik tangan perlahan, dan Aloric membiarkannya. Ia duduk kembali dengan wajah yang sulit dibaca. “Aku akan tidur di sofa,” kata Anastasia akhirnya.
“Kasur ini cukup besar.”
“Apa maksudmu?”
“Maksudku aku tidak akan memakanmu.”
Anastasia melotot. “Duke!”
“Itu fakta.”
“Aku tidak akan tidur di satu kasur denganmu!”
“Terserah.” Aloric memejam mata. “Tapi jika terjadi sesuatu, aku bisa melindungimu lebih cepat jika kau dekat.” Anastasia terdiam. Menyebalkan, Tapi ia benar.
Ruangan ini sangat besar. Sofa berada jauh dari ranjang. Jika seseorang masuk untuk menyerang, Aloric memang akan lebih sulit menjangkau Anastasia. Ia mendesah. “Baik. Tapi aku tidur di tepi.”
“Seperti yang kau mau.” Anastasia naik ke kasur perlahan, menjaga jarak sejauh mungkin dari pria itu, hampir terjatuh dari tepian. Aloric membuka satu mata melihat posisi konyol itu. “Jika kau jatuh, aku tidak akan menolong.”
“Aku tidak akan jatuh.”
“Baik.”
Hening kembali turun. Tapi kali ini, hening itu lembut… anehnya. Beberapa menit berlalu. Anastasia berpikir Aloric sudah tertidur, sampai suara berat itu terdengar lagi dalam gelap.
“Anastasia.”
“Ya?”
“Jangan pernah gunakan kekuatanmu sembarangan.”
“…Kenapa?”
“Karena itu mengambil sebagian hidupmu.”
Anastasia memutar tubuh dengan cepat. “Apa?”
“Sihir kehidupan adalah sihir paling murni… dan paling mahal.” Mata Aloric terbuka menatap langit-langit. “Setiap kali kau menyembuhkan seseorang… umurmu berkurang.” Anastasia membeku seketika.
“Aku berhutang nyawa padamu,” lanjut Aloric, “dua kali lipat.” Ia memalingkan wajah… seolah menyembunyikan sesuatu. “Aku tidak akan membiarkan kau mati sebelum aku membayar hutang itu.” Anastasia menatap punggung besar pria itu dengan campuran marah, bingung, tersentuh, dan… takut. Karena ia tahu…Sejak malam itu, hidup mereka berdua berubah. Dan bayangan besar yang memburu mereka… semakin dekat.