Mampukah janda muda menahan diri saat godaan datang dari pria yang paling tabu? Setelah kepergian suaminya, Ayana (26) berjuang membesarkan anaknya sendirian. Takdir membawanya bekerja di perusahaan milik keluarga suaminya. Di sana, pesona Arfan (38), paman direktur yang berkarisma, mulai menggoyahkan hatinya. Arfan, duda mapan dengan masa lalu kelam, melihat Ayana bukan hanya sebagai menantu mendiang kakaknya, melainkan wanita memikat yang membangkitkan gairah terpendam. Di antara tatapan curiga dan bisikan sumbang keluarga, mereka terjerat dalam tarik-ulur cinta terlarang. Bagaimana Ayana akan memilih antara kesetiaan pada masa lalu dan gairah yang tak terbendung, di tengah tuntutan etika yang menguji batas?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bangjoe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 19: Cacat Pernikahan: Fondasi yang Rapuh
Kata 'tsunami' terasa sangat tepat. Gelombang kejut itu menghantam Ayana tanpa ampun, merenggut napas, mengikis kesadaran. Ia merasakan dunia berputar, tubuhnya limbung. Hampir saja ia terjatuh jika Arfan tidak sigap menahan lengannya, menariknya mendekat.
"Ayana…" Suara Arfan terdengar jauh, dipenuhi kekhawatiran. Kedua tangannya mencengkeram erat bahu Ayana, mencoba menstabilkan wanita itu.
Namun, Ayana hanya bisa menggelengkan kepala, air mata yang tadi tertahan kini tumpah ruah, mengaburkan pandangannya. "Tidak… ini tidak mungkin. Aditya… dia tidak mungkin melakukan itu." Suaranya tercekat, penuh kesakitan.
Arfan menariknya ke sofa terdekat, mendudukkannya dengan lembut. Ia berlutut di hadapan Ayana, menatap mata yang memerah itu dengan tatapan pilu. "Aku tahu ini sulit diterima, Ayana. Tapi aku punya buktinya." Arfan merogoh saku jasnya, mengeluarkan sebuah map tipis.
Dengan tangan gemetar, Ayana menerima map itu. Isinya adalah salinan akta pernikahan dari luar negeri, lengkap dengan nama Aditya Pramudya dan seorang wanita bernama Sarah Miller. Tanggalnya… tanggalnya jauh sebelum pernikahannya dengan Aditya.
"Dan… dokumen pembatalan pernikahan itu tidak pernah ada," tambah Arfan, suaranya berat. "Aku sudah meminta tim hukum terbaikku untuk mencari tahu. Pernikahan itu masih tercatat secara resmi di negara sana."
Napas Ayana tercekat. Helaian kertas di tangannya terasa membakar. Selama ini, seluruh hidupnya adalah sebuah kebohongan? Pernikahannya dengan Aditya, statusnya sebagai istri sah, bahkan… bahkan status Axel?
"Axel…" bisiknya, seolah nama putranya adalah pisau yang menusuk hatinya. "Bagaimana dengan Axel? Dia… dia tidak sah?"
Arfan mengusap lembut punggung tangan Ayana. "Secara hukum, di mata negara tempat pernikahan pertama Aditya berlangsung, mungkin akan ada kerumitan. Tapi di Indonesia, pernikahanmu dengan Aditya tetap sah secara agama, dan Axel adalah putramu. Aku akan pastikan itu, Ayana. Aku bersumpah."
Namun, jaminan Arfan tidak mampu menghapus kekacauan dalam benak Ayana. Rasa dikhianati mencabik-cabik hatinya. Aditya, pria yang ia cintai, ayah dari putranya, telah menyembunyikan rahasia sekeji ini. Bagaimana bisa? Mengapa?
"Bagaimana kamu bisa tahu semua ini, Arfan?" tanya Ayana, suaranya serak, air mata masih mengalir deras. "Selama ini, tidak ada satu pun keluarga yang tahu?"
Arfan menghela napas panjang. "Ini… ini adalah rahasia keluarga, Ayana. Aku menemukan ini saat mengurus beberapa aset Aditya yang rumit. Ada aset yang tercatat atas nama Sarah Miller, dan setelah diselidiki, terungkaplah semua ini." Wajah Arfan mengeras. "Vina… dia juga tahu, Ayana."
Kalimat terakhir itu seperti sengatan listrik. Vina? Wanita yang selalu memandangnya dengan sinis, yang seolah selalu ingin menjatuhkannya? Ia tahu ini? Dan selama ini dia diam saja?
"Vina tahu? Kenapa dia tidak pernah memberitahuku?" Rasa marah yang baru kini muncul, menumpuk di atas kekecewaan dan kesedihan yang sudah membuncah. "Kenapa kalian semua menyembunyikannya dariku?"
"Karena ini sangat sensitif, Ayana," Arfan menjelaskan, ekspresinya dipenuhi rasa bersalah. "Pernikahan pertama Aditya dilakukan di luar negeri saat dia masih kuliah. Hubungan itu putus, tapi entah mengapa proses perceraiannya tidak pernah diselesaikan secara hukum. Keluarga berharap masalah ini bisa terkubur, agar tidak merusak reputasi Aditya, terutama setelah dia mulai mengambil alih perusahaan. Mereka tidak ingin ada skandal. Mereka berjanji padaku, mereka akan membereskan ini sebelum pernikahanmu dengan Aditya, tapi…" Arfan menggelengkan kepala. "Tapi entah mengapa, itu tidak pernah terjadi."
Ayana merasa muak. Sebuah kebohongan yang sistematis, menutupi kecacatan fatal yang kini mengancam untuk menghancurkan segalanya. Reputasi, nama baik, masa depan Axel… semuanya terancam.
"Jadi… aku ini apa, Arfan?" Ayana menatapnya kosong. "Seorang janda yang pernikahannya tidak sah? Ibu dari anak yang statusnya dipertanyakan?" Suaranya bergetar hebat. "Semua yang aku perjuangkan selama ini, semuanya hancur, bukan?"
Arfan meraih kedua tangan Ayana, menggenggamnya erat. "Tidak, Ayana. Tidak akan. Aku tidak akan membiarkannya hancur." Matanya memancarkan tekad yang kuat. "Aku akan melindungimu dan Axel. Aku akan memastikan tidak ada yang bisa menyakitimu."
Ayana menatapnya, mencari kekuatan di mata pria itu. Di tengah badai ini, hanya Arfan yang berdiri di sisinya. Hanya dia yang mengetahui jurang dalam yang kini menganga di bawah kakinya. Dan untuk sesaat, di tengah keputusasaan itu, Ayana merasakan secercah harapan yang rapuh, lahir dari kedalaman koneksi mereka yang semakin terjalin.
"Apa yang harus kita lakukan?" bisik Ayana, menyerahkan segalanya pada pria di hadapannya.
Arfan menghela napas. "Pertama, kita harus pastikan ini tidak bocor ke publik, Ayana. Reputasi perusahaan, dan yang terpenting, masa depan Axel, sangat bergantung pada itu. Kita butuh waktu untuk merumuskan langkah hukum dan strategi terbaik." Ia menarik Ayana ke dalam pelukannya, mendekapnya erat. "Aku tidak akan membiarkanmu menghadapi ini sendirian."
Dalam dekapan Arfan, Ayana merasakan kehangatan yang kontradiktif dengan dinginnya kenyataan yang baru ia telan. Namun, pikiran tentang Vina yang mengetahui rahasia ini, dan fakta bahwa keluarga Aditya ikut menyembunyikannya, terasa seperti bara api yang membakar.
Bagaimana jika Vina sudah berencana untuk menggunakan rahasia ini? Apa motifnya selama ini? Dan bagaimana dengan harta warisan? Jika pernikahan Ayana tidak sah, apakah ia masih berhak atas apa pun? Apakah Axel masih berhak atas warisan ayahnya?
Pikiran-pikiran itu membanjiri Ayana. Di satu sisi, ia menemukan kenyamanan dan kekuatan dalam pelukan Arfan, sebuah janji perlindungan. Di sisi lain, bayangan Vina yang tersenyum sinis dan implikasi hukum yang mengerikan mulai menari-nari di benaknya. Ia merasa terjebak, terancam dari berbagai arah.
"Ada satu hal lagi, Ayana," suara Arfan memecah keheningan. "Seseorang dari tim hukumku menerima email misterius pagi ini. Sebuah lampiran. Itu adalah… foto-foto Aditya bersama Sarah Miller, yang diambil beberapa tahun lalu. Dan di bawahnya, ada pesan singkat yang tidak kalah mengerikan." Arfan menarik nafasnya dan menatap Ayana dengan ekspresi tegang. "Pesan itu berbunyi: 'Permainan akan segera dimulai. Saksikan kebenaran terbongkar.'"
Jantung Ayana berdebar kencang. Ini bukan lagi sekadar rahasia yang terkuak, tapi sebuah ancaman. Seseorang di luar sana, seseorang yang mungkin tahu segalanya, sedang bersiap untuk menyerang. Dan Ayana tahu, ia dan Arfan baru saja melangkah masuk ke medan perang yang sesungguhnya. Pertanyaan besarnya: Siapa orang itu, dan sejauh mana ia akan menghancurkan hidup Ayana?
Benar2 membingungkan & bikin gw jd malas utk membaca novel ini lg
Jgn membingungkan pembaca yg berminat utk membaca novel ini