Ingin melihat Tim Nasional Indonesia bermain di panggung Piala Dunia? Simaklah! Jalu akan membawa kalian ke dunia yang tidak pernah kalian bayangkan sama sekali.
Di saat karirnya sebagai presenter sedang naik daun, Jalu harus menerima pil pahit yaitu pemecatan kerja tanpa alasan yang jelas dari pihak perusahaan, hal ini membuat Jalu sangat frustasi dan mengalami kemunduran dalam hidup.
Jalu memutuskan untuk menjadi seorang agen sepak bola dan perjalanan karirnya sebagai agen sepak bola akhirnya berjalan sangat baik tapi suatu ketika, semuanya mulai berubah dengan dimulainya penolakan perpanjangan kontrak agen - pemain dan pemutusan kontrak dari para pemainnya.
Pil pahit kedua Jalu telan kembali dan membuat hidupnya hampir hancur tapi pertolongan dari sang Ibu membuat karir Jalu sebagai agen sepak bola mulai bangkit kembali sampai Jalu di kenal sebagai seorang legenda.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon c a i n, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
3.
Dengan rasa ingin tahu yang amat besar, Jalu segera berkomunikasi dengan sistem untuk mengetahui cara kerja dari sistem yang terutama agar lebih mengetahui manfaat terpenting dari sistem agen sepak bola ini.
Menurut penjelasan sistem, cara kerja dan manfaat terpenting sistem agen sepak bola ini berada pada poin potensial itu sendiri dan cara penggunaannya.
Mengenai cara penggunaan poin potensial, 100 poin potensial dapat di gunakan untuk meningkatkan 10 nilai potensi atau bisa di bilang 10 poin potensial bisa di gunakan untuk meningkatkan 1 nilai potensi dari pemain/pelatih.
Yang harus di ingat atau di garis bawahi adalah setiap pemain/pelatih hanya memiliki 1 kesempatan mendapatkan hadiah dan itu adalah hadiah pertamanya saja. Jadi jika di kemudian hari atau masa depan pemain/pelatih berpindah klub atau menandatangani kontrak sponsor baru, hadiah tidak akan di berikan lagi.
Mengenai penggunaan poin potensial, sistem menerapkan peraturan yang sangat adil. Poin potensial hanya bisa di gunakan pada pemain/pelatih yang bersangkutan.
Pemain/pelatih A mendapatkan hadiah poin potensial, maka poin potensial itu harus di gunakan untuk pemain/pelatih A dan tidak bisa digunakan untuk pemain/pelatih B,C ataupun D.
Selain itu, sistem telah memberikan pencegahan untuk kekhawatiran yang Jalu pikirkan yaitu poin potensial bisa di tarik kembali jika pemain/pelatih berkhianat atau tidak berniat menandatangani kontrak agen lagi dengan Jalu.
Hal ini tentu membuat Jalu yang awalnya cemas dan khawatir langsung lega. Jalu paling tidak ingin melihat ini karena dia tidak ingin usaha awalnya sia sia apalagi Jalu tidak ingin lagi merasakan kekecewaan karena di buang.
Jadi, untuk mendapatkan poin potensial dan koin yang dimana adalah mata uang sistem, Jalu hanya bisa mendapatkannya dengan cara menyelesaikan misi saja yaitu menandatangani kontrak agen - pemain/pelatih, menandatangani kontrak klub - pemain/pelatih, menandatangani kontrak sponsor - pemain/pelatih.
Informasi pemain muda/pelatih ini yang ada pada toko sistem sebenarnya sangat menguntungkan karena jika di hitung dengan hadiah yang di dapatkan setiap pemain/pelatihnya, maka setiap pemain/pelatih akan mendapatkan 100 poin potensial yang sama saja dengan peningkatan 10 nilai potensi.
Pemain muda/pelatih bintang 1 dengan potensi 60 - 65 akan menjadi 70 - 75.
Pemain muda/pelatih bintang 2 dengan potensi 66 - 71 akan menjadi 76 - 81.
Pemain muda/pelatih bintang 3 dengan potensi 72 - 77 akan menjadi 82 - 87.
Pemain muda/pelatih bintang 4 dengan potensi 78 - 83 akan menjadi 88 - 93.
Pemain muda/pelatih bintang 5 dengan potensi 84 - 89 akan menjadi 94 - 99.
.....
"Sungguh! Sudah di pastikan bahwa aku akan bangkit dan mencapai ketinggian yang tak pernah ku pikirkan!"
"Dengan bantuan sistem ini, aku yakin sekali bahwa ambisi ku juga bisa terwujudkan dan masa depanku sangat terjamin."
"Untuk kalian yang sebelumnya membuang ku, aku pastikan kalian akan menyesal dan kecewa dengan keputusan yang telah kalian buat sebelumnya!"
"Mau kalian memohon sambil berlutut dan menangis darah pun, aku pastikan takkan menerima kalian lagi."
Dengan tekad yang bergelora, Jalu sudah menetapkan hukuman mati kepada para pemain yang sebelumnya telah membuang dirinya.
Jalu tidak ingin lagi memikirkan mereka dan segera memfokuskan kembali pada apa yang dirinya miliki saat ini.
"Sistem sebelumnya memberikan hadiah informasi pemain muda dengan potensi ★★★★☆ di tambah 1000 koin yang juga bisa di belikan untuk membeli informasi pemain muda/pelatih dengan potensi ★★★★☆."
"Dengan apa yang kumiliki saat ini, maka sudah di pastikan bahwa 2 pemain muda dengan potensi ★★★★☆ bisa di kantongi dengan segera."
"Mengandalkan hadiah dari penyelesaian misi 2 pemain muda ini dan pelatih sebelumnya, maka aku bisa mengumpulkan banyak koin lagi."
"Sebelum itu, haruskah aku membuka dulu hadiah informasi pemain muda dengan potensi ★★★★☆ ini?"
Dalam kamar, Jalu memegangi dagunya sambil berpikir.
Meski sangat penasaran dan sudah tidak sabar, Jalu tetap harus tenang dan memikirkan nya terlebih dulu mengenai keputusan yang akan di ambilnya ini.
Sebelum bisa memutuskan apa yang akan di putuskan nya, ponsel Jalu yang tersimpan di atas meja berdering tanda adanya panggilan masuk.
Uhh!
Dengan sedikit desahan kesal, Jalu segera beranjak dari posisi nya untuk mengambil ponsel yang tersimpan di atas meja.
Melihat nama yang tertera di layar ponselnya, Jalu segera mengangkat kedua alisnya tanda bingung dan juga penasaran.
"Halo!"
"Jalu, bagaimana kabarmu?"
Baru saja panggilan masuk itu di terima, suara yang begitu keras dan bersemangat langsung keluar dari speaker ponsel Jalu.
Dengan penuh kekagetan dan dahi nya yang juga berkerut, Jalu segera menjauhkan ponselnya.
"Aku baik baik saja, tapi bisakah kamu melemahkan suaramu itu? Aku kaget!"
Orang yang menghubungi Jalu ini tidak lain adalah salah satu teman Jalu saat Jalu berkuliah di Jakarta dan sebenarnya, komunikasi antara Jalu dan teman temannya itu sudah terputus cukup lama.
Hal ini jugalah yang membuat Jalu cukup bingung dan penasaran mengenai kenapa temannya tiba tiba menghubungi dirinya.
"Oke oke maaf!"
"Ya ya! Beritahu aku ada apa kamu menghubungiku, Amir?"
"Begini, kudengar kamu sekarang menjadi seorang agen sepak bola bukan?"
"Itu benar, sekarang aku menjadi seorang agen sepak bola dan apa hubungannya dengan panggilan ini?"
"Begini, salah satu kenalanku baru saja membeli sebuah klub sepak bola di Liga 2 Indonesia dan baru beberapa hari yang lalu aku di tunjuk untuk menjadi Presiden Klub."
"Apa?!" Jalu merespon cepat atas perkataan Amir dengan penuh rasa kaget karena Jalu tak menyangka temannya justru memiliki pekerjaan dengan jabatan tinggi seperti ini.
"Apakah yang kamu katakan itu benar?"
Jalu kembali bertanya dengan otaknya yang segera bekerja dengan kecepatan tinggi untuk memikirkan segala keuntungan yang bisa di dapatkan di situasi seperti ini.
"Itu benar, sekarang aku menjadi Presiden Klub dan baru malam tadi, aku menyelesaikan tanda tangan kontrak kerja dengan temanku yang memiliki klub ini."
Obrolan antara Jalu dan Amir terus berlanjut dengan Amir yang menceritakan terlebih dulu seluk beluk dari temannya yang memiliki klub itu dan klub apa yang di belinya.
Amir juga menjelaskan ambisi dan keinginan dari pemilik klub itu yang tidak lain adalah klubnya bermain di Liga 1 Indonesia pada musim depan.
Klub yang di belinya itu tidak lain adalah klub PSG Gresik karena klub tersebut mengalami kesulitan finansial sehingga segera di beli oleh teman Amir yang bernama Benjamin Rajasa.
Benjamin Rajasa sendiri adalah seorang pria kaya raya yang saat ini umur nya sama persis dengan Jalu sendiri.
Jalu bahkan tertegun ketika mendengar bahwa pemilik klub tersebut adalah Benjamin Rajasa. Jalu bisa seperti itu karena nama belakang Benjamin sendiri yaitu Rajasa yang merupakan salah satu keluarga besar dan terpandang di Indonesia.
"Bisakah kita bertemu? Aku ingin meminta bantuanmu!"
"Oke, datanglah ke Bandung karena aku sudah pulang ke Bandung dan mari bertemu di sini untuk mengobrol lebih detail lagi."
Dengan permintaan dari Amir, tentu Jalu tidak akan menolaknya bahkan Jalu segera mengajukan pertemuan agar semuanya bisa di bahas lebih detail lagi.
Jalu sudah memikirkan bahwa ini adalah jalan pertama dan kesempatannya untuk bangkit.
"Oke, sore ini aku akan berangkat dan mari bertemu!"