Terjerat Gairah Sang Pembantu

Acara pesta yang melelahkan akhirnya selesai juga dengan sangat lancar. Para tamu penting juga sudah kembali, sekarang tinggal rasa lelah saja yang menyerang Zoya dan Lucas. Mom Tika sudah pamit dulu masuk kedalam kamar, katanya sangat ingin rebahan. 

Zoya melepaskan sepatu mahalnya, rasa kakinya sangat pegal mungkin karena kebanyakan berdiri untuk menyambut tamu. Lucas duduk disamping Zoya, ia membawa kedua kaki sang istri menuju pangkuannya. 

“Sudah berulang kali aku katakan bukan, pakailah sesuatu yang nyaman, Zoya. Bukan yang penting mahal,” ucap Lucas sambil memijat kaki wanita yang telah menemani dirinya lebih dari tiga tahun itu. 

“Mas, masa iya aku nyambut tamu penting tadi pakai sendal jepit?”

“Ya nggak sendal jepit juga, Zoya..” Tanpa sadar Lucas memijat kaki Zoya kekencangan hingga wanita itu sedikit meringis kesakitan. 

“Sakit, Mas..” Keluhnya, Lucas tertawa saja. Pria itu menatap intens kedua kaki mulus Zoya, timbul sedikit perasaan bersalah dihati Lucas karna sudah mengkhianati pernikahan sakral mereka. 

Sebenarnya hal ini sangat tidak ingin Lucas lakukan, bahkan Lucas tidak pernah menyangka kalau dia bisa melakukan pengkhianatan sebesar ini. Hanya saja Lucas memang tidak mampu menolak godaan dari Cani yang sangat dahsyat. 

Belum lagi sekarang Lucas sudah tahu seperti apa kenikmatan tubuh Cani. Semakin membuatnya tidak akan bisa menjauh dari wanita itu, malah Lucas seakan terikat. Tapi, tidak dipungkiri kalau sebenarnya Lucas sangat menyayangi Zoya. 

“Mas..” Panggil Zoya karna sedari tadi ia melihat Lucas yang terus melamun sambil memijat kakinya. “Tadi waktu aku menemui Mas di Parkiran, sebenarnya masalah apa si kok sampai ketus banget sama aku?” tanya Zoya yang mana ia sudah penasaran sedari tadi. 

Lucas menatap kearah Zoya yang juga sama menatapnya. “Aku tersinggung karna Mas ketus banget..” ucapnya lagi. 

Timbul senyuman simpul diwajah tampan itu. “Masalah kantor saja, maafkan Mas karna tidak bisa stabil emosinya.” jelas Lucas yang mana langsung memeluk erat Zoya. 

Sungguh perasaan hati Lucas menjadi tidak enak, satu sisi ia memikirkan dimana Cani tapi disisi lain ia lebih memikirkan tentang Zoya yang selama ini ia abaikan karna ulah godaan Cani. 

“Mas.. Aku rasa selama ini kita kurang dekat dan kurang melakukan komunikasi. Hingga banyak sudah salah paham, sebaiknya kita segera atur waktu untuk berlibur,” ucap Zoya yang mana sebenarnya Lucas juga berpikir sama. 

Lucas mengangguk saja. “Atur waktunya dan katakan mau kemana,” Lucas ikut saja apapun keinginan Zoya untuk menembus rasa bersalah yang ia rasakan. 

“Oh iya, Tadi Mas sudah bilang sama Mama kalau kita tidak menginap malam ini.”

“Loh kenapa tidak menginap, Mas?” Tentu saja Zoya heran, biasanya Lucas malah tidak mau pulang kalau selesai acara pesta seperti ini. 

“Tidak ada apa-apa, hanya saja Mas tidak mau kerepotan nanti.” Alasan yang cukup masuk akal bagi Zoya, ia pun tidak menaruh rasa curiga sedikitpun. 

“Baiklah..”

Disaat Zoya mau bangkit malah tangan Lucas memaksanya untuk duduk kembali. Tentu saja Zoya heran. “Katanya mau pulang_”

“Kau sering bertemu dengan Saka?” tanya Lucas dengan ekspresi penuh curiga kepada Zoya yang sebenarnya panik mendapatkan pertanyaan seperti itu. 

“Tidak sering, Mas. Hanya saja dia kan fotografer tuh, jadi terkadang kami bertemu tanpa sengaja gitu..” jelas Zoya, ntah dari mana ia bisa mendapatkan alasan yang sangat pas itu. 

“Mas tidak suka kau dekat-dekat dengan dia, sebaiknya jaga jarak. Mengerti?” peringatan Lucas yang dari ekspresi wajah saja terlihat sekali menahan amarah dan rasa cemburu. 

“Iya, Mas iya..” Zoya mengecup bibir sang suami berulang kali, tidak hanya itu melainkan juga melumat habis bibir Lucas yang sangat membuatnya candu. 

•

Sesampainya di Mansion Lucas melihat Cani yang duduk termenung dimeja dapur, ia dapat melihatnya dari kejauhan. Sebenarnya Lucas ingin menghampiri wanita itu tapi tidak mungkin selama ada Zoya di sampingnya. 

“Mas.. Aku naik ke kamar dulu ya..” ucap Zoya yang mana Lucas angguki. 

Mata tajam Lucas melihat Zoya yang sudah menaikinya tangga, ia pun langsung menghampiri Cani yang ternyata tengah asyik makan buah apel. 

“Cani!” Panggil Lucas yang mana wanita itu sama sekali tidak melihat kearahnya. 

“Kenapa kau tidak pulang bersama Galih, hem?” tanya Lucas dengan kemarahan yang sebenarnya sudah menyesakkan dadanya sedari tadi. 

“Untuk apa? Mau aku pulang atau tidak ketempat ini.. Apakah kau peduli, Dad?” Tanya Cani balik, ia kelihatan kesal dengan sifat Lucas tadi dan saat ini. 

“Daddy sudah katakan, bahwa kau harus pulang bersama dengan Galih. Maka kau harus patuh dengan apa yang Daddy perintahkan!” Ucap Lucas dengan sangat tegas. 

Cani membuang sisa apel yang ia makan, menatap tajam Lucas yang juga sama menatapnya tajam. “Coba Daddy pikirkan.. Bagaimana perasaan ku sore tadi. Daddy gempur aku sampai aku kesulitan jalan terus malah pergi begitu aja tanpa alasan yang jelas kepadaku!” Akhirnya Cani menumpahkan segala unek-uneknya kepada Lucas. 

Tentu saja Lucas sadar jika yang ia lakukan adalah salah, tapi tetap saja semua itu bukan alasan Cani untuk tidak patuh dengannya. 

“Daddy salah tapi aku tidak pernah marah-marah, apakah hal seperti ini adil?” tanya Cani dengan perasaan yang semakin kesal karna Lucas tidak mau menjelaskan. “Apa seperti ini pacaran?”

Seketika Lucas tersenyum mendengar pertanyaan Cani di terakhir tadi. “Baiklah.. Daddy akan menjelaskan semuanya. Sebenarnya tadi Daddy terburu-buru karna acara ulang tahun Mama Tika hampir saja kelupaan.” jelasnya. 

Cani menatap serius Lucas yang berdiri di hadapannya. “Ulang tahun Mama Daddy?”

“Iya, sayang. Hal itu yang membuat Daddy terburu-buru, bukan karna hal lain ya..” Menyakinkan sang kekasih merupakan hal kewajiban bagi Lucas sekarang. 

“Lalu kata Galih tadi kau pulang dengan pria asing, katakan siapa pria itu?” tanya Lucas dengan kedua tangan berkacak pinggang menatap Cani tajam. 

“Apa pria asing?” Tentu saja Cani bingung dengan apa maksud pertanyaan Lucas, tapi hanya sebentar karna ia kembali tertawa kecil. 

“Dia itu ojek, Daddy..” Jawaban Cani membuat tatapan tajam dari Lucas menjadi memudar. “Mana mungkin aku mencari pria lain lagi, sementara sama Daddy aja aku udah puas banget..” ucap Cani sejujurnya.