NovelToon NovelToon
Istri Paksa Tuan Arka

Istri Paksa Tuan Arka

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / CEO / Cinta Terlarang
Popularitas:3k
Nilai: 5
Nama Author: S. N. Aida

Alya, gadis kelas 12 yang hidup sederhana, terkejut saat mengetahui ayahnya terlilit hutang besar pada Arka Darendra — CEO muda paling berpengaruh di kota itu.

Saat debt collector hampir menyeret ayahnya ke polisi, Arka datang dengan satu kalimat dingin:

“Aku lunasi semuanya. Dengan satu syarat. Putrimu menjadi istriku.”

Alya menolak, menangis, berteriak—tapi ayahnya memaksa demi keselamatan mereka.

Alya akhirnya menikah secara diam-diam, tanpa pesta, tanpa cinta.
Arka menganggapnya “milik” sekaligus “pembayaran”.

Di sekolah, Alya menyembunyikan status istri CEO dari teman-temannya.
Di rumah, Arka perlahan menunjukkan sisi lain: posesif, protektif, dan… berbahaya.

Mereka tinggal seatap, tidur sekamar, dan gairah perlahan muncul—walau dibangun oleh luka.

Konflik berubah ketika masa lalu Arka muncul: mantan tunangan, dunia bisnis yang penuh ancaman, dan rahasia gelap kenapa ia sangat tertarik pada Alya sejak awal.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon S. N. Aida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 24: Pertama Kali Alya Cemburu

Keesokan harinya, Alya sudah pulih sepenuhnya. Namun, Arka tidak kembali ke pola posesif yang dingin. Ia membawa kelembutan yang ia tunjukkan saat Alya sakit ke dalam interaksi sehari-hari mereka. Arka menjadi lebih sering tersenyum, sentuhannya lebih lembut, dan ia menghabiskan waktu makan siangnya di rumah, mendengarkan Alya bercerita tentang pelajaran barunya, bukannya tenggelam dalam tabletnya.

Alya, si ‘mata-mata yang patuh’, menemukan dirinya semakin sulit untuk mempertahankan bentengnya. Kenyamanan yang ia rasakan dalam pelukan Arka di malam hari telah membuka pintu emosional yang ia yakini tertutup selamanya. Kebenciannya tidak hilang, tetapi kini bercampur dengan rasa nyaman dan, yang paling berbahaya, kebutuhan akan validasi Arka.

Pagi itu, Arka mengumumkan bahwa ia harus pergi ke kantor lebih awal untuk pertemuan penting dengan pihak bank.

“Kau tidak perlu menemaniku. Aku akan mengurusnya sendiri,” kata Arka, mengecup kening Alya saat ia mengenakan jasnya. Kecupan itu kini menjadi ritual harian yang baru.

Alya mengangguk. Ia memiliki jadwal belajar privat di rumah. Namun, setelah guru geografi pergi, Alya merasa bosan dan gelisah. Ia memutuskan untuk turun ke lobi utama villa untuk mencari buku baru, yang terletak dekat dengan tempat parkir mobil Arka.

Saat Alya tiba di lobi, ia mendengar suara Arka berbicara. Bukan melalui telepon, tetapi secara langsung.

Arka tidak seharusnya ada di sana.

Alya mendekati sudut koridor, mengintip ke lobi yang megah itu. Arka berdiri di sana, mengenakan setelan bisnis formalnya. Di depannya, berdiri seorang wanita yang tak asing lagi: Tanaya Wijaya.

Aura Tanaya begitu berbeda dari penampilan Alya yang lugu. Tanaya mengenakan gaun merah menyala yang pas di tubuh, memancarkan kepercayaan diri dan kekuasaan yang tak terbantahkan. Tanaya tampak seperti ratu yang baru saja merebut kembali mahkotanya.

Mereka terlihat tegang. Tanaya sedang berbicara dengan Arka, suaranya pelan dan mengancam, tetapi Arka terlihat defensif.

Alya seharusnya berbalik. Ia seharusnya kembali ke kamarnya dan berpura-pura tidak melihat apa-apa. Tetapi kaki Alya terpaku.

Tiba-tiba, Tanaya melakukan gerakan yang membuat jantung Alya mencelos.

Tanaya maju selangkah, menipiskan jarak antara mereka, dan kemudian, ia melingkarkan lengannya di pinggang Arka, memeluk Arka dari belakang.

“Kau tidak bisa mengabaikanku selamanya, Arka,” bisik Tanaya, suaranya yang halus masih terdengar oleh Alya. “Kau tahu kita diciptakan untuk bersama. Gadis kecil itu hanyalah pelarian, sebuah pengalih perhatian.”

Arka menegang, tetapi yang membuat Alya terkejut, Arka tidak segera menyingkirkan pelukan Tanaya. Arka berdiri diam sejenak, wajahnya menunjukkan perjuangan internal yang hebat—antara amarah dan, yang lebih mengerikan, kenangan masa lalu.

Jarak antara Alya dan Arka jauh, tetapi jarak itu terasa seperti jurang. Alya melihat Tanaya, seorang wanita selevel, yang berani mengklaim Arka di tempat Arka sendiri. Alya, seorang istri yang dipaksa menikah, merasa dirinya tidak lebih dari bayangan, tidak berhak untuk marah.

Perasaan asing itu mencubit ulu hati Alya. Itu adalah rasa sakit yang tajam, kombinasi antara amarah dan insecurity yang mengerikan. Alya tidak hanya takut pada Tanaya sebagai ancaman keamanan; Alya takut pada Tanaya sebagai ancaman terhadap posisi emosionalnya di sisi Arka.

Alya cemburu.

Meskipun ia tahu pernikahannya adalah palsu dan dibangun di atas penipuan, Alya cemburu melihat Arka dipegang oleh wanita lain. Sentuhan Arka yang lembut di malam hari, kecupan di keningnya, dan perhatiannya yang fokus—semua itu terasa seperti miliknya. Dan Tanaya kini merusak semua ilusi itu.

Alya mundur perlahan, air mata tanpa suara mulai mengalir di pipinya. Dia tidak ingin menangis. Dia membenci kelemahannya. Dia membenci fakta bahwa pria yang mengurungnya kini memiliki kekuatan untuk menghancurkan hatinya.

Dia berhasil mundur ke sudut koridor dan bersembunyi di balik pilar batu yang besar, mencoba mengatur napasnya. Alya tidak bisa kembali ke kamarnya sekarang; dia harus menunggu Arka pergi.

Arka akhirnya melepaskan diri dari pelukan Tanaya, nadanya keras.

“Jangan pernah datang ke sini lagi, Tanaya. Aku sudah menikah. Jangan paksa aku menggunakan cara yang lebih keras untuk menjauhkanmu.”

“Pernikahan yang tidak sah! Kau menyembunyikan dia, Arka. Kenapa? Karena kau tahu dia tidak cocok untukmu,” ejek Tanaya, lalu ia meninggalkan lobi dengan seringai kemenangan.

Arka berdiri di sana, sendirian, napasnya berat, tampak sangat marah dan tertekan.

Alya menunggu sampai Arka berjalan ke arah lift, tetapi Arka berhenti di dekat pilar, tempat Alya bersembunyi. Arka menarik napas dalam-dalam, mencoba mendapatkan kembali ketenangan yang hilang.

Saat Arka mengangkat kepalanya, matanya yang tajam menyapu koridor. Dia tidak melihat Alya secara fisik, tetapi Alya tahu Arka merasakannya. Obsesi Arka terhadap Alya membuatnya sangat peka terhadap keberadaan istrinya.

Arka berjalan ke sisi pilar itu. Dia menatap Alya.

Alya tidak bisa menyembunyikan air matanya. Wajahnya basah, dan ia tidak punya alasan. Alya hanya bisa menatap Arka dengan tatapan terluka dan cemburu.

Arka terdiam. Kecemburuannya pada Deo adalah amarah posesif. Tetapi melihat air mata Alya, wajah Arka menunjukkan keterkejutan dan rasa bersalah yang dalam.

“Alya,” panggil Arka, suaranya lembut, tanpa nada posesif. “Kau di sini? Kenapa kau tidak memberitahuku?”

Alya hanya menggeleng. Dia tidak bisa bicara.

Arka mengulurkan tangannya, mencoba menyentuh pipi Alya.

Alya mundur selangkah, menolak sentuhan itu. Ini adalah penolakan pertamanya sejak keintiman di malam hari. Penolakan itu menyakitkan Alya sendiri, tetapi ia harus melakukannya.

“Saya… saya minta maaf. Saya tidak bermaksud menguping. Saya hanya mencari buku,” bisik Alya, suaranya bergetar.

Arka menarik tangannya. Dia tahu apa yang Alya lihat. Dia tahu mengapa Alya menangis. Dia tahu bahwa kelembutannya telah membuat Alya mengembangkan perasaan yang ia inginkan, dan sekarang, pertemuannya dengan Tanaya menghancurkannya.

“Dia hanya mencoba memprovokasi. Kau tahu aku tidak akan pernah kembali padanya,” Arka menjelaskan, suaranya tenang.

“Tapi… Anda membiarkannya memeluk Anda,” kata Alya, akhirnya menemukan suaranya. Ada tuduhan dan rasa sakit yang jelas dalam suaranya.

Arka berjalan mendekat, kini berdiri di depan Alya. “Itu hanya sebentar, Alya. Aku sedang menenangkan diri. Aku tidak ingin membuat masalah di lobi.”

“Atau Anda memang merindukan sentuhannya?” tantang Alya, menatap mata Arka, rasa cemburu memberinya keberanian.

Arka menunduk. Dia menyentuh bahu Alya. “Jangan bicara seperti itu. Aku hanya ingin kau. Itu saja.”

Arka kemudian pergi ke lift tanpa mengucapkan sepatah kata pun lagi, meninggalkan Alya sendirian di koridor, menangis diam-diam.

Air mata Alya bukan lagi air mata ketakutan, melainkan air mata kebingungan dan patah hati. Dia telah jatuh ke dalam perangkap perasaannya sendiri. Dia telah cemburu pada pria yang merupakan penculiknya, dan dia tidak tahu bagaimana cara menangani emosi yang mengalir deras ini. Dia hanya bisa menangis diam-diam, berharap Arka tidak melihat betapa rapuhnya dia sekarang.

Alya berdiri di sana, menyadari satu hal yang mengerikan: dia tidak hanya ingin melarikan diri dari Arka; dia ingin dimiliki oleh Arka, dan itu menghancurkannya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!