Jian Wuyou adalah"Jenius Seribu Tahun"yang dielu-elukan,hingga sebuah pengkhianatan keji dari sekte dan sahabat terdekatnya merenggut segalanya. Dituduh mencuri artefak suci, ia dihina di depan umum, kehilangan lengan kanan andalannya, dan dilempar ke Jurang Pembuangan untuk membusuk.
Namun, di kedalaman jurang, keputusasaan Wuyou mengkristal menjadi dendam yang membara. Dengan satu tangan yang tersisa dan ditemani pedang karatan yang memalukan, ia melakukan hal yang mustahil: memindahkan inti Dantian ke lengan kirinya, terlahir kembali sebagai kultivator di Tahap Penyatuan Roh.
Kini, dengan wajah renta, tekad baja, dan julukan barunya yang mematikan,'Hantu Pedang',Wuyou memulai perjalanan balas dendamnya. Dunia kultivasi akan segera mengetahui bahwa seorang Dewa Pedang tidak membutuhkan kedua tangan untuk menebas langit.
Ikuti kisah Jian Wuyou saat ia mengungkap konspirasi besar di balik pengkhianatannya dan menuntut darah dari setiap orang yang pernah menertawakan kejatuhannya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Agen one, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27: Mimpi buruk
Setelah keluar dari kediaman Sekte Pedang Bintang, Jian Wuyou mulai pergi ke sekte-sekte lain untuk menantang duel. Tujuannya adalah agar ilmu pedang dan tekniknya semakin beragam dan sempurna.
Seperti biasa, setelah ia menunjukkan sedikit bakat pedangnya—sebuah tebasan yang memancarkan esensi, bukan hanya kekuatan—para petinggi sekte langsung menerima duel itu, dan Jian Wuyou dapat berduel dengan murid terbaik mereka.
Dari Sekte Pedang Langit, Sekte Pedang Awan, Sekte Pedang Bayangan, dan masih banyak lagi. Semuanya kalah dalam beberapa menit. Jian Wuyou mempelajari setiap teknik yang ia lihat dari setiap sekte, dan sebagai imbalan, ia memberi mereka semua pemahaman tentang teknik mereka yang telah disempurnakan.
Setelah mengalahkan hampir lima puluh sekte dalam beberapa pekan, Jian Wuyou memutuskan untuk istirahat sejenak di halaman luar penginapan yang tenang.
"Akhirnya, aku menjadi lebih kuat," gumam Jian Wuyou sambil menyesap udara siang. "Dengan teknik yang bervariasi, aku yakin dapat menghadapi Kultivator Manifestasi Roh tanpa harus menggunakan seluruh kekuatanku."
Untungnya, tidak ada yang mengejar-ngejar dirinya. Penyamarannya sebagai pengembara tua yang bijak dan berilmu tampaknya berhasil total.
Di tengah-tengah santai sambil duduk di kursi kayu, Jian Wuyou menoleh ke arah Qing'er yang berdiri agak jauh. "Tolong buatkan aku teh. Teh melati, kalau ada." Ia meminta dengan sopan.
"Iya!" jawab Qing'er. Dengan malas ia menurut dan pergi masuk ke dalam penginapan. Dia sudah jauh lebih jinak dan menurut sejak bersama Jian Woyou dan lebih mengenalnya.
Walaupun masih bersikap sinis, di dalam hati, ia sudah ada rasa kagum yang samar terhadap Jian Wuyou. Kemampuan pria tua itu menyalin teknik dan memimpin duel dengan begitu mudah sungguh di luar nalar spiritualnya.
Sambil menatap langit yang cerah, Jian Wuyou mengingat masa lalunya. "Yu Xin, Xiao Bu, dan ketiga anak-anaknya. Kalian pasti sedang bersenang-senang, kan? Ha. Ketika aku berjuang di hutan saat itu, hanya ada satu hal yang kupikirkan: menebas leher kalian!"
Jian Wuyou menghirup udara segar dengan penuh rasa syukur. "Walaupun aku terlihat tidak marah dan dendam karena umurku. Tapi ketika kita bertemu, aku yakin emosiku akan meledak dan akan sulit untuk di kendalikan."
"Ini, Master. Teh melatinya." Qing'er menyodorkan segelas teh untuk Jian Wuyou dengan cemberut.
Jian Wuyou menerimanya dengan senyum hangat khas seorang pria tua bijak. "Terima kasih, ya."
Melihat senyuman tulus dan teduh itu, Qing'er tiba-tiba merasa dadanya berdebar-debar, sebuah sensasi yang asing bagi makhluk spiritual sepertinya.
"A-ada apa dengan hatiku? T-tidak mungkin aku jatuh cinta kepada pak tua aneh ini, kan? Tidak mungkin!" Batin Qing'er, berusaha menolak kenyataan bahwa ia mungkin mulai tertarik pada ketenangan dan kekuatan otoritatif Jian Wuyou.
Melihat interaksi mereka berdua, Yue Sha tiba-tiba kembali bereaksi di pinggang Jian Wuyou. Energi merah samar keluar dari sarungnya, hanya sebentar, dan menghilang lagi. Itu adalah getaran singkat yang terasa seperti peringatan.
Jian Wuyou kemudian menikmati teh tersebut sambil bersantai sejenak sebelum melanjutkan mengalahkan murid terbaik dari sekte yang tersisa di kota ini.
Malam pun tiba. Qing'er yang tidur di sebelah kamar Jian Wuyou tertidur lelap.
Di dalam alam bawah sadarnya, saat ia sedang bermimpi bebas, energi merah pekat tiba-tiba masuk ke dalam otaknya. Dalam mimpi itu, Qing'er melihat dirinya sedang bermesraan dengan Jian Wuyou versi muda, sebelum suasana berubah mengerikan.
"Dasar rubah genit!" Suara seorang wanita yang dingin, marah, dan penuh kepemilikan terdengar jelas dalam mimpi itu.
Qing'er berbalik dan melihat siluet wanita dengan aura merah yang menyala-nyala. Wanita itu tampak sangat marah, matanya memancarkan api cemburu yang sangat besar.
"Berani-beraninya kau mendekati Master-ku! Dia hanya milikku seorang! Tidak ada yang boleh memilikinya kecuali aku! Ingat itu!"
Tiba-tiba, wanita itu mencekik Qing'er kuat-kuat di dalam alam mimpi, sampai Qing'er terlempar dan sadar dari tidurnya.
HAP!
Qing'er terbangun dengan napas terengah-engah, memegang lehernya. Ia merinding dan ngeri. Suhu tubuhnya dingin. Ia tahu itu bukan sekadar mimpi biasa; itu adalah serangan spiritual.
"Siapa... siapa wanita itu?" bisik Qing'er ketakutan. Ia menatap ke arah kamar sebelah, tempat Jian Wuyou tidur. "Dan kenapa pedang tua itu bereaksi? Jangan-jangan, pedang itu bukan hanya sekadar pedang..."
Misteri baru kini menyelimuti Jian Wuyou. Ada entitas misterius yang cemburu di dalam pedangnya, mengawasi setiap gerak-gerik dan interaksi Jian Wuyou, bahkan di dalam mimpinya.
Akankah Qing'er berani bertanya kepada Jian Wuyou tentang sosok wanita misterius di pedangnya, atau ia akan mencoba mencari tahu sendiri, yang mungkin membawanya ke bahaya yang lebih besar daripada ancaman sate rubah?