Impian Khanza sebagai guru Taman Kanak-kanak akhirnya terwujud. Diperjalanan karier nya sebagai guru TK, Khanza dipertemukan dengan Maura, muridnya yang selalu murung. Hal tersebut dikarenakan kurang nya kasih sayang dari seorang ibu sejak kecil serta ayah yang selalu sibuk dengan pekerjaan nya. Karena kehadiran Khanza, Maura semakin dekat dan selalu bergantung padanya. Hingga akhirnya Khanza merelakan masa depannya dan menikah dengan ayah Maura tanpa tahu pengkhianatan suaminya. Ditengah kesakitannya hadir seseorang dari masa lalu Khanza yang merupakan cinta pertamanya. Siapakah yang akan Khanza pilih, suaminya yang mulai mencintai nya atau masa lalu yang masih bertahta di hatinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cinta damayanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 29
Darren terbangun karena mimpi nya. Mimpi yang aneh.
Keringat membanjiri kening dan lehernya padahal AC ruangan menyala dengan suhu yang cukup ideal. Darren melihat jam di dinding menunjukkan pukul 2 pagi dan baru menyadari jika dia tidur seorang diri. Khanza, istrinya katanya ingin tidur dengan putrinya tiba-tiba saja. Biasanya Khanza akan tidur dengan Naura, jika sang anak sedang dalam keadaan sakit.
Kaki Darren turun menginjak lantai kamar. Kemudian dia melangkah keluar kamar menuju kamar putrinya.
Krett...
Tangan Darren menekan handle pintu begitu pelan. Lalu pintu kamar Naura dibukanya dengan sangat pelan. Begitu kamar terbuka, suasana redup menyambut dirinya. Hanya lampu kamar yang dijadikan sebagai penerangan yang diletakkan diatas nakas kecil yang terletak di tepi kasur. Terlihat sang tidur miring membelakangi pintu sambil memeluk putrinya.
Darren pun melangkah memutar agar dapat melihat wajah Khanza dengan jelas. Keningnya mengernyit. Ada jejak airmata di pipi dan bantal yang dipakai Khanza saat ini. Kenapa? Apa yang menyebabkan istrinya menangis? Apakah penyebabnya dirinya? Ah Khanza ternyata kamu sedramatis itu hanya karena dirinya tidak mengabarkan perihal menginap. Pikirnya.
Tangan Darren terulur, menjangkau pipi Khanza walaupun dia harus membungkuk karena posisi nya yang diseberang sisi ranjang putrinya.
Halus. Ternyata pipi Khanza sangat halus. Padahal setahu Darren tidak ada skin care khusus yang dia temukan di meja rias kamar mereka. Hanya ada skin care basic sekali yang ada seperti pelembab dan sunscreen. Sisanya hanya ada bedak dan lipstik. Itupun Darren perhatikan Khanza gunakan karena dia melihat warna bibir istrinya sudah pink alami. Mengapa dia sampai tahu segala tet*k bengek perawatan perempuan? Karena kekasihnya, Felicia menggunakan banyak skin care wajah dan tubuh. Bahkan merk yang digunakan pun brand-brand luar negeri yang harganya mencapai jutaan rupiah. Lain dengan istrinya, Khanza yang hanya menggunakan merk lokal. Darren juga tahu budget dari perawatan wajah kekasihnya karena dia lah yang mentransfer setiap bulannya. Itu belum termasuk perawatan di salon yang terkenal yang sudah seperti member karena saking sering nya Felicia perawatan di salon tersebut.
Lagi, Darren mengusap pipi halus Khanza dengan ibu jarinya. Lalu jempolnya bermuara ke bibir mungil Khanza yang belum pernah dia sentuh sama sekali.
Darren menelan saliva nya sendiri karena tindakannya tersebut. Ingin rasanya jempolnya itu dia masukkan kedalam mulut Khanza dan membayangkan jempolnya itu di emut oleh istrinya.
"Damn!" Maki Darren dalam hati. Apa ini? Rasa apa ini? Hanya karena aku menyentuh bibir Khanza jantung ku rasanya sesak.
"Bunda, Khanza ingin pulang," igau Khanza dalam tidur. "Khanza, lelah, Bunda." Igauan Khanza semakin memilukan ditelinga Darren. Lagi, Darren melihat bulir airmata terlihat di sudut mata Khanza.
"Eugh!"
Darren cepat menyembunyikan tubuh besarnya di bawah kasur Naura dengan posisi tiarap begitu tahu putrinya sepertinya akan terjaga dari tidurnya.
"Bunda..."
"Bunda kok ada dikamar Naura?" Tanya Naura ketika dia terbangun karena mendengar suara orang sedang berbicara. "Bunda...,Bunda kok nangis?" Tangan Naura memanjang menyentuh wajah ibu sambungnya itu.
"Eh, Sayang. Bunda ganggu kamu, ya?"
"Bunda tidur sama Naura? Terus kenapa itu Bunda, menangis? Naura nakal ya sama Bunda? atau Daddy nakal sama Bunda?"
Khanza menggelengkan kepalanya. Lalu Naura maupun Khanza kompak saling memeluk. "Gak, sayang. Naura sama Daddy tidak nakal sama Bunda." Jawab Khanza namun dia terisak.
Naura menjauhkan wajahnya dengan masih memeluk Khanza, ibunya. "Tapi, Naura lihat Bunda nangis tadi. Nih!" Naura menyentuh pipi ibunya yang bertambah basah karena airmata. "Pipi Bunda, basah." Ucapnya.
Jadi dirinya menangis batin Khanza. Baru saja Khanza bermimpi. Dalam mimpinya dia pulang ke rumah orangtua nya di kota Bandung. Khanza memutuskan pulang karena dirinya sudah merasa lelah. Lelah semuanya. Rupanya mimpinya membuat dirinya mengigau.
"Bunda cuma kangen aja sama Bundanya di Bandung. Makanya sampai kebawa mimpi." Terang Khanza pada Naura.
"Kalo kangen tinggal main saja, Bunda ke Bandung. Naura juga sudah kangen sama oma. Panggilan Naura pada ibunda Khanza. Nanti kalo kita libur, kita ke sana ya, Bunda. Sama Naura sama Daddy juga." Ucap Naura sambil menatap wajah cantik bundanya.
"Tidak, sayang. Kamu disini saja sama Daddy. Bunda saja yang kesana sendiri."
"Kenapa, Bunda? Kenapa Naura sama Daddy tidak boleh ikut?" Tanya Naura yang sudah memasang wajah sedih.
"Nanti Daddy marah sama Bunda."
"Kenapa Daddy harus marah, Bunda?"
"Karena Bunda akan lama di rumah omahnya, Sayang."
...........
yg terus kejam terhadap Khanza 🤔🤭