NovelToon NovelToon
MAFIA VS PETARUNG JALANAN

MAFIA VS PETARUNG JALANAN

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Mafia / Balas Dendam / Mengubah Takdir / Persaingan Mafia / Gangster
Popularitas:7k
Nilai: 5
Nama Author: SAKSI PENA

Reksa pemuda yatim piatu harus terjun ke dunia gelap dunia pertarungan jalanan demi bisa menjaga adik perempuannya yang masih sekolah di bangku SMP, namun siapa sangka harus terlibat dengan komplotan mafia yang hendak membunuh istri muda Boss mafia, atas suruhan istri tua yang merasa tidak terima atas ke hadiran istri muda dalam keluarganya, apa lagi jika harta kekayaannya harus sampai di bagi dua.

Boss mafia yang bernama Aron Jhonson begitu kaget setelah mengetahui kalau istri tuanya yang bernama Raisa Lena, akan membunuh istri mudanya yang bernama Gendis Raura, Aron Jhonson sangat menentangnya namun Raisa Lena mengancam akan membongkar semua bisnis haramnya Aron Jhonson, jika tidak mau menyetujui untuk membunuh Gendis Raura.

Aron pun akhirnya ikut terlibat untuk membunuh istrinya sendiri demi tidak terbongkar bisnis haramnya, namun Aron Jhonson ternyata harus berhadapan dengan Reksa petarung jalanan yang berusaha menyelamatkan Gendis Raura dari dengan menaruhkan nyawa.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SAKSI PENA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 29

Hari menjelang pagi di rumah bedeng Reksa pagi itu Ririn Yuri adik perempuan Reksa sudah mengenakan seragam sekolahnya, Ririn sekolah jalan kaki beserta anak sekolah yang lainnya di tempat itu karena jarak sekolah SMP Ririn tidak terlalu jauh.

"Kakak, Ririn berangkat sekolah dulu ya," seru Ririn yang sudah memakai sepatu.

Reksa dari belakang buru buru menghampiri Ririn yang berdiri depan pintu, Reksa langsung mengeluarkan uang sepuluh ribu lalu menyodorkannya.

"Hati hati ya, pulang sekolah langsung pulang kerumah," pesan Reksa.

"Iya Kak, makasih, assalamualaikum!" Ririn mencium tangan Reksa lalu melangkah pergi.

"Waalaikumsalam, semoga kelak Kakak masih ada rejeki buat kamu melanjutkan sekolah!" Reksa menatap langkah adik perempuan satu satunya.

Ririn tidak pernah meminta uang terhadap Reksa sekalipun semenjak kedua orang tuanya meninggal, Ririn tidak mengetahui jika Reksa Kakaknya itu sebegai petarung jalanan yang belum terkalahkan, karena Reksa sengaja menyembunyikan pekerjaannya agar Ririn tidak merasakan cemas ataupun khawatir terhadapnya.

Reksa menghela nafasnya lalu melangkah kembali ke belakang menyiapkan nasi dan lauk pauk untuk Gendis yang belum bangun, karena Reksa ataupun Ririn tidak berani membangun Gendis yang tidur lelap.

Reksa membawa nasi dan lauk pauk berikut air minum ke ruangan tengah menaruhnya di atas meja, baru saja duduk menunggu Gendis bangun terdengar dering ponsel panggilannya berbunyi, Reksa pun langsung berdiri melangkah masuk ke kamarnya.

"Siapa yang menelpon pagi pagi!" gumam Reksa sambil meraih ponselnya di atas meja kecilnya.

Terlihat di layar ponselnya ternyata Saga yang menelpon, Reksa pun langsung mengangkatnya.

"Iya Bang ada apa?" tanya Reksa di telpon.

"Ada yang mau gua bicarakan, ini sangat penting sekali," jawab Saga di telpon.

"Gua di rumah Bang, paling agak siangan baru bisa keluar," terang Reksa.

"Ok tidak apa apa, yang penting kita bertemu dulu, di tempat parkiran dulu sambil ngopi," sambung Saga.

"Ok Bang, nanti gua kasih kabar jika mau meluncur ke parkiran," terang Reksa.

"Ok, nanti gua langsung meluncur ke parkiran, gua tutup dulu telponnya!" sambung Saga langsung mematikan sambungan telponnya.

Reksa terdiam sejenak tidak biasanya Saga menelpon jika bukan soal pertarungan dan taruhan, Reksa membuang pikirannya melangkah kembali ke kursi tengah menunggu Gendis bangun.

Saat Reksa membuka kain penutup kamarnya ternyata Gendis sudah bangun berdiri di depan kamar Reksa, membuat Reksa terperanjat kaget karena melihat rambut Gendis yang berantakan.

"Ah, ngagetin saja!" tegur Reksa meraba dadanya

"Dih masa tukang berantem kagetan," goda Gendis tidak sadar dengan rambutnya yang acak acakan.

"Sana ke air dulu nanti makan!" titah Reksa melangkah duduk di kursi.

Gendis menoleh ke nasi dan lauk pauk serta air minum yang sudah di siapkan di atas meja.

"Cepet ke air!" titah kembali Reksa melihat Gendis malah diam menatap nasi di atas meja.

"Males ah mau langsung makan saja," tolak Gendis langsung duduk.

"Jorok banget!" tegur Reksa sambil menuangkan air ke gelas menaruh di depan Gendis membuat Gendis langsung senyum.

Gendis langsung meminumnya sambil melirik ke wajah Reksa yang menuangkan nasi ke piring.

"Cepet makan, Mama lu lagi jalan mau jemput ke sini," terang Reksa menaruh nasi depan Gendis.

"Ngusir banget kesannya," gerutu Gendis.

"Gua mau keluar mau ada perlu," jelas Reksa lalu meminum air.

"Nginep semalam lagi bolehkan?" tanya Gendis.

Air dari mulut Reksa seketika menyembur keluar kaget mendengar permintaan Gendis.

'Uhuk! Uhuk! enggak enggak, pokoknya lu harus pulang," tolak Reksa sampai batuk.

"Aku betah disini," ungkap Gendis.

"Cepet makan, jangan bicara apa apa lagi!" tegur Reksa enggan mendengarnya.

Gendis pun langsung diam perlahan makan sambil berulang melirik wajah Reksa, membuat Reksa tidak merasa nyaman di buatnya.

"Lihatnya ke nasi," tegur Reksa merasa tidak nyaman.

"Ini lagi lihatin nasi," bantah Gendis.

"Makannya yang bener," tegur kembali Reksa.

"Ini udah bener makannya," bantah kembali Gendis.

Hati dan perasaan Gendis ternyata benar benar di buat nyaman berada di sisi Reksa meskipun hanya baru mengenalnya, Gendis merasakan dari sorot mata Reksa kalau Reksa sosok laki-laki yang hangat, yang bisa mengerti ke adaan dirinya dan yang bisa menghargai dirinya karena Reksa tidak berani menyentuh dirinya sedikitpun.

Dering pesan ponsel Reksa berbunyi Reksa sudah menebaknya jika itu pesan dari Bu Melta, setelah melihatnya ternyata benar Bu Melta sudah menunggunya di jalan besar, Reksa pun langsung memberi tahukannya terhadap Gendis.

"Mama lu sudah menunggu di jalan," jelas Reksa.

"Arghh kenapa Mama tidak sore saja jemputnya!" gerutu Gendis dengan wajah enggan pulang.

"Udahkan maakannya? kasihan jika Mama lu nunggu lama," bujuk Reksa.

Gendis langsung minum namun tidak langsung berdiri malah menatap Reksa, membuat Reksa langsung berdiri agar Gendis ikut berdiri.

"Tunggu apa lagi?" tanya Reksa.

Gendis langsung berdiri melihat seisi rumah Reksa yang akan pulang pagi itu.

"Besok aku boleh ke sini lagikan?" tanya Gendis.

"Besok gua ada urusan, besoknya lagi gua ada urusan, dan besok besoknya lagipun pasti gua ada urusan," jawab Reksa.

"Ya sudah kalu aku tidak boleh main, lagian aku tidak akan main sama kamu, aku mau main sama adik kamu, paham!" gerutu Gendis langsung melangkah keluar.

Reksa buru buru masuk ke dalam kamar adiknya mengambil amplop yang berisi uang, yang hendak di kembalikan lagi terhadap Bu Melta, karena Reksa menolong Gendis dengan tulus tidak mau jika sampai menerima uang berapapun.

Gendis berjalan menuju jalan besar sambil ngedumel kesal karena tidak di ijinkan main ke rumah Reksa, dan Reksa hanya terdiam berjalan di belakang Gendis membiarkan Gendis ngedumel sambil berjauhan.

"Lah Neng, ko jalannya berjauhan begitu?" goda Ibu warung saat Gendis lewat.

"Orangnya ngeselin!" sindir Gendis menoleh sambil lewat.

Reksa menggaruk kepala tidak gatal menundukan kepalanya saat melewati Ibu warung, yang selalu suka kepoh terhadapnya yang belum pernah melihat dirinya dekat dengan perempuan manapun.

"Bang Reksa lagi marahan?" tanya Ibu warung saat Reksa lewat.

Reksa tidak menjawab hanya senyum kecil sedikit menggelengkan kepalanya enggan menanggapinya, Gendis sesampai menghampiri Bu Melta langsung masuk ke dalam mobil tanpa bicara apa apa membuat Bu melta heran mengerutkan dahinya.

"Reksa ada apa?" tanya Bu Melta sesampai Reksa menghampiri.

"Tidak tahu tante," jawab Reksa enggan memperpanjang.

Bu Melta langsung senyum kecil baru tersadar melihat sikap Gendis seperti itu, yang memang jika kemauannya tidak di turuti pasti akan diam dengan wajah kesal dan cemberutnya seperti itu.

"Tante, maaf saya tidak bisa menerima uang ini, saya menolong Gendis dengan niat tulus," jelas Reksa sambil menyodorkan.

"Kalau gitu buat adik kamu saja ya uangnya," pinta Bu Melta.

"Tidak usah tante, tolong terima kembali uangnya," pinta balik Reksa kembali menyodorkan.

Bu Melta menghela nafasnya menatap sorot mata Reksa yang tidak menginginkan apapun.

"Ya sudah saya ambil lagi uangnya, tapi kamu masih ingatkan tawaran saya?" tanya Bu Melta sambil menerima uang di tangan Reksa.

Reksa langsung terdiam teringat adik perempuannya yang masih sekolah, jika suatu saat Reksa dalam pertarungan terkena luka parah, ataupun jika nasib Reksa sampai meninggal siapa yang akan menjaga adik perempuannya, Reksa langsung menunduk teringat Ayah dan Ibu nya yang sudah tiada.

"Tante, saya minta maaf, bukan bermaksud lancang terhadap tante, jika boleh, saya ingin menitip adik saya satu satunya, jika saja suatu saat nasib jelek menimpa saya," pinta Reksa menundukan kepalanya.

Gendis dari dalam mobil mendengar perkataan Reksa langsung keluar karena tahu pekerjaan Reksa sebagai petarung.

"Kamu harus berhenti dari pekerjaan itu Reksa," tegur Gendis menatap tajam.

"Tolong tante pertimbangkan permintaan saya, permisi!" Reksa langsung melangkah pergi tidak menanggapi apa yang Gendis katakan.

Gendis langsung mengejar menarik tangan Reksa cukup kencang hingga langkah Reksa terhenti.

"Mama sudah menawarkan kamu bekerja di kantor Mama, kenapa kamu tidak mau menerimanya?" desak Gendis dengan suara kecewanya.

"Tangan gua sudah terlalu kotor, tolong bujuk Mama lu untuk mempertimbangkan permintaan gua, hati hati lu di jalan!" tolak Reksa kembali melangkah pergi.

"Reksaaa!" teriak Gendis dengan kecewanya.

"Sudah sayang, Mama akan menerima tawaran Reksa untuk menjaga adiknya," bujuk Bu Melta mengusap rambut Gendis.

"Mah, pekerjaan Reksa sangat berbahaya bagi keselamatan nyawanya," ungkap Gendis langsung memeluk.

"Iya sayang, Mama mengerti perasaan kamu, lebih baik sekarang kita pulang, kita selesaikan dulu masalah perceraian kamu," bujuk kembali Bu Melta berulang mengusap rambut Gendis.

Gendis mengusap matanya yang berkaca kaca melangkah menuju mobil, Bu Melta menyempatkan menoleh ke arah Reksa pergi lalu melangkah menuju mobil.

Pagi itu mobil Bu Melta meluncur meninggalkan tempat itu, permasalahan baru Gendis mungkin akan muncul kembali jika sudah bercerai dengan Aron nanti.

1
Sunandar Daday
gak banyak komentar luar biasa👍
Sunandar Daday
ini baru seru pertempuran segera di mulai
☭Nori Fai ☭
🤣🤣
Adnyablo
masih hangat
Adnyablo
kak coba review cerita ku
SAKSI PENA
siapp kak 🙏
Dzuan 017
semangat thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!