NovelToon NovelToon
Istri Buangan Tuan Arkana

Istri Buangan Tuan Arkana

Status: sedang berlangsung
Genre:cintapertama / Balas Dendam / Cerai / Pelakor / Penyesalan Suami
Popularitas:87k
Nilai: 5
Nama Author: ayu andita

Kesalahan masa lalu membuat seorang Kaynara Flora terus di sakiti oleh suaminya sendiri. Wanita itu sama sekali tak di anggap oleh sang suami. Kehadiran anak tak mampu meluluhkan hati prianya.

Akankah Kaynara akan tetap bertahan dalam pernikahannya atau justru menyerah dan memilih mengakhiri?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ayu andita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 29 Mantan menantu vs mantan Mertua

Dua hari berlalu Flora merasa canggung dengan pernyataan cinta dari Jonathan padanya.Saat ini dia tengah berada di pusat perbelanjaan.

Suasana di mal pagi itu cukup ramai, dipenuhi dengan orang-orang yang sibuk berbelanja dan menikmati waktu luang mereka. Flora berjalan dari satu toko ke toko lain, menikmati kebebasan berbelanja dan mencari barang-barang yang dia butuhkan. Hari itu terasa cerah dan menyenangkan, memberikan sedikit pelarian dari segala kekhawatiran yang dia hadapi belakangan ini.

Setelah beberapa saat berbelanja, Flora memutuskan untuk beristirahat sejenak di kafe kecil di sudut mal. Dia memesan secangkir kopi dan duduk di dekat jendela, menikmati pemandangan orang-orang yang berlalu-lalang. Suasana tenang kafe itu memberikan Flora kesempatan untuk bersantai dan menikmati momennya sendiri.

Namun, ketenangan itu segera terganggu ketika dia melihat sosok yang tidak asing mendekati mejanya. Nyonya Arini, mantan ibu mertuanya, berjalan dengan langkah tegas dan wajah yang penuh penilaian. Flora merasa dadanya berdebar kencang, menyadari bahwa pertemuan ini mungkin tidak akan berakhir baik.

"Tante Arini," sapa Flora dengan sopan meskipun ada sedikit ketegangan dalam suaranya. "Apa yang membawa Anda ke sini?"

Nyonya Arini menatap Flora dengan sorot mata dingin dan penuh hinaan. "Flora, tidak kusangka aku akan bertemu denganmu di sini," katanya tanpa basa-basi, nada suaranya penuh dengan ejekan. "Ternyata kamu menikmati hidupmu setelah berpisah dengan Arkana."

Flora berusaha tetap tenang meskipun merasa tidak nyaman dengan tatapan tajam Nyonya Arini. "Saya hanya berbelanja dan menikmati waktu luang saya, Nyonya Arini. Adakah sesuatu yang salah dengan apa yang saya lakukan?"

Nyonya Arini menyilangkan tangannya di depan dada, memandang Flora dengan penuh curiga. "penampilan kamu tampak berbeda.Apa uang yang kau dapatkan dari pria-pria kaya yang katanya sering bersamamu?"

Flora terkejut dan merasa tersinggung oleh tuduhan itu. "Nyonya Arini, saya tidak tahu apa yang Anda dengar, tetapi itu tidak benar. Saya tidak memiliki hubungan dengan pria-pria kaya seperti yang Anda tuduhkan."

Nyonya Arini tertawa sinis, tatapannya semakin merendahkan. "Oh, sungguh? Jadi siapa pria yang sering terlihat bersamamu belakangan ini? Jonathan, bukan? Apakah dia salah satu dari mereka?"

Flora merasa marah dan tersakiti oleh tuduhan yang tidak berdasar itu. "Jonathan adalah bos saya yang membantu saya melewati masa-masa sulit. Dia tidak ada hubungannya dengan apa yang Anda tuduhkan."

Nyonya Arini mengangkat alisnya, seolah tidak percaya dengan kata-kata Flora. "Bos? Jangan membuatku tertawa, Flora. Kamu selalu tahu cara memanipulasi orang untuk mendapatkan apa yang kamu inginkan. Aku yakin ada lebih dari sekadar persahabatan antara kalian."

Flora merasa darahnya mendidih mendengar tuduhan yang tidak adil itu. "Nyonya Arini, saya tidak pernah memanipulasi siapa pun. Saya hanya berusaha menjalani hidup dengan cara yang benar dan terhormat."

Nyonya Arini menggelengkan kepala, tatapannya penuh dengan penghinaan. "Terhormat? Setelah apa yang kamu lakukan dibelakang Arkana?"

Flora merasa hatinya hancur oleh kata-kata Nyonya Arini, tetapi dia berusaha untuk tetap tenang. "Saya tidak menghancurkan pernikahan kami. Arkana dan saya berpisah ulah anda dan calon menantu anda yang kegatelan itu."

Nyonya Arini mendekat lebih dekat, wajahnya penuh dengan kemarahan dan kebencian. "Jangan coba-coba merendagkan Devin, Flora. Aku tahu kebenarannya. Kamu hanyalah seorang wanita licik yang mencoba memanfaatkan situasi."

Flora membuang napas berat menghadapi mantan mertuanya yang culas ini.

Nyonya Arini menarik napas panjang, mencoba menenangkan diri. "Baiklah, Flora. Kamu bisa berpura-pura sebaik yang kamu bisa. Tapi ingat, aku akan selalu mengawasimu. Jika kamu berani menyentuh Arkana lagi atau membuat masalah, aku tidak akan tinggal diam."

Flora mendengus pelan mendengar ancaman konyol dari mantan mertuanya. Dia membuang naas berat, melipat tangannya ke depan.

"Siapa yang menyentuh siapa, putra anda yang justru mengacaukan hidup saya.Harusnya anda menasehati Arkana agar berhenti menganggu kehidupan saya dan Keyra!" tegas Flora.

Nyonya Arini menatap Flora sekali lagi dengan tatapan tak percaya.Dia hendak melayangkan tamparan namun Flora mencekal tangan wanita tua itu lalu menghempaskan secara kasar.

"Saya bukan Flora yang lemah lagi tante.Jika anda bukan orang tua, saya sudah menampar anda balik." ketusnya.

deg

Nyonya Arini terkejut dengan keberanian dari mantan menantunya. Tatapannya tampak menajam kearah Flora.

"Sebaiknya anda perlu berkaca tante, sikap anda tak mencerminkan seorang ibu.Sebelum merendahkan orang lain hanya karena harta."

"Satu lagi saya bekerja sebagai sekretaris di perusahaan bukan menjadi simpanan pria kaya seperti tante tuduhkan tadi!"

"Sekali lagi anda menghina saya, saya tak segan melaporkan anda ke polisi atas kasus pencemaran nama baik."

"Sombong sekali kau."geramnya kesal.

Setelah Nyonya Arini pergi, Flora kembali duduk di kursinya, mencoba menenangkan diri. Dia tahu bahwa menghadapi mantan ibu mertuanya tidak akan pernah mudah, tetapi dia tidak menyangka akan diserang dengan tuduhan yang begitu menyakitkan. Flora menarik napas dalam-dalam, berusaha mengingat kata-kata Jonathan tentang fokus pada hal-hal yang membuatnya bahagia dan dikelilingi oleh orang-orang yang peduli padanya.

Dengan tekad baru, Flora memutuskan untuk tidak membiarkan kata-kata Nyonya Arini menghancurkan semangatnya. Dia tahu bahwa dia memiliki hak untuk hidup bahagia dan damai, dan dia tidak akan membiarkan siapa pun mengambil itu darinya. Flora menghabiskan sisa kopinya dan beranjak dari kafe dengan kepala tegak, siap menghadapi hari dengan keyakinan dan keberanian.

Terik matahari mulai menyelimuti mansion megah milik Nyonya Arini. Setelah pertengkaran sengit dengan Flora di mal, Nyonya Arini kembali ke rumah dengan perasaan yang bercampur aduk antara marah, kesal, dan frustasi. Saat dia memasuki ruang tamu yang luas, kemarahan yang membara dalam dirinya mulai meletup-letup. Dia melempar tas tangannya ke sofa dengan kasar dan berjalan mondar-mandir di ruangan itu, mencoba menenangkan diri tetapi gagal.

"Erlan, di mana teh saya?" serunya kepada pelayan yang baru saja masuk membawa nampan berisi teh.

Pelayan itu, seorang pria paruh baya yang setia melayani keluarga Arini selama bertahun-tahun, terkejut dengan nada tajam Nyonya Arini. "Segera, Nyonya. Maafkan saya," katanya dengan terburu-buru sambil meletakkan nampan di meja dan menuangkan teh ke dalam cangkir.

Nyonya Arini meraih cangkir teh dengan tangan gemetar, mencoba menenangkan dirinya dengan seteguk minuman hangat itu. Namun, amarahnya masih belum mereda. Dia meletakkan cangkir itu kembali ke atas meja dengan keras, hampir menumpahkannya.

"Tidak bisa dipercaya! Wanita itu benar-benar tidak tahu malu!" gumamnya dengan suara penuh kemarahan.

"Erlan, apakah kau tahu apa yang dia katakan padaku?" tanya Nyonya Arini tanpa menunggu jawaban. "Dia berani menyangkal semua tuduhanku dan bertindak seolah-olah dia tidak bersalah. Benar-benar wanita licik!"

Pelayan itu mengangguk dengan hati-hati, tidak ingin memperburuk suasana hati majikannya. "Saya mengerti, Nyonya. Memang sangat menjengkelkan jika seseorang bersikap seperti itu."

Nyonya Arini melanjutkan dengan kemarahan yang semakin memuncak. "Flora itu! Dia selalu berpura-pura menjadi korban! Aku tahu dia hanya mencari simpati dari orang-orang kaya dan berpengaruh. Dan sekarang, dia berani membawa nama Jonathan ke dalam masalah ini!"

Dia berhenti sejenak, mengambil napas panjang dan mencoba menenangkan dirinya. Namun, bayangan pertengkaran di mal tadi masih terus menghantui pikirannya. Dia merasa marah karena Flora tampak begitu tenang dan yakin dengan dirinya, sementara dia sendiri merasa terhina dan tidak dihargai.

"Tidak cukup dengan menghancurkan pernikahannya dengan Arkana, sekarang dia mencoba merusak reputasi keluargaku!" lanjut Nyonya Arini dengan suara bergetar.

Dia mengingat kembali setiap kata yang diucapkan Flora, setiap ekspresi wajahnya, dan setiap gerak-geriknya. Semua itu membuatnya semakin marah dan merasa terancam. Dia tidak bisa menerima bahwa mantan menantunya, yang selama ini dia pandang rendah, sekarang berani menentangnya secara terbuka.

"Erlan, aku ingin kau mengawasi Flora. Cari tahu apa yang dia lakukan, siapa yang dia temui, dan pastikan dia tidak mendekati Arkana lagi," perintah Nyonya Arini dengan nada tegas.

Pelayan itu mengangguk. "Akan saya lakukan, Nyonya. Saya akan memastikan semuanya diawasi dengan baik."

Setelah memberi instruksi, Nyonya Arini duduk di kursi dengan perasaan sedikit lega karena telah mengambil tindakan. Namun, kemarahannya masih belum sepenuhnya reda. Dia merasa dihina dan dipermalukan oleh Flora, dan dia tidak bisa membiarkan hal itu berlalu begitu saja.

Nyonya Arini memandang ke sekeliling ruang tamu yang luas dan mewah itu. Semua yang ada di mansion ini adalah hasil kerja kerasnya dan keluarganya. Dia merasa berhak untuk melindungi kehormatan dan nama baik keluarganya dari orang-orang seperti Flora, yang menurutnya hanya mencoba mengambil keuntungan dari mereka.

"Aku tidak akan membiarkan wanita itu merusak semuanya," gumamnya dengan tekad. "Aku akan memastikan dia tidak punya kesempatan lagi untuk mendekati Arkana atau siapa pun di keluarga ini."

Dengan pikiran yang penuh rencana dan strategi, Nyonya Arini merasa sedikit lebih tenang. Dia menyesap teh yang mulai mendingin di cangkirnya, mencoba menikmati sisa siang yang masih tersisa. Namun, di dalam hatinya, dia tahu bahwa pertempuran ini belum berakhir. Dia harus memastikan bahwa Flora tidak lagi menjadi ancaman bagi keluarganya, apapun caranya.

Sementara itu, di sudut lain mansion, pelayan-pelayan yang lain berbisik-bisik tentang kejadian itu, merasakan ketegangan yang menyelimuti rumah besar itu. Mereka tahu bahwa ketika Nyonya Arini marah, tidak ada yang aman dari kemarahannya.

Dengan perasaan yang masih bergejolak, Nyonya Arini memutuskan untuk naik ke kamarnya, berharap sore yang tenang bisa memberinya waktu untuk memikirkan langkah selanjutnya.

1
Miss Apple 🍎
Lanjut
Nora♡~
Yaa... benar tuu.. Arkana hidup perlu di teruskan... sebab... Mentari masih bersinar untuk esok dan jangan di sia2 kan... harta dan kekayaan tu memang penting tepi di sertai kebahagian yang hakiki itu yang utama gitu... lanjut...
Miss Apple 🍎
lanjut
Sunaryati
Lanjut
Miss Apple 🍎
lanjut
Miss Apple 🍎
Devina meninggal kenapa Thor?
Bivendra
nah lho ud 13 tahun aja
devina meninggal knp tu terkejut bacanya
Miss Apple 🍎: kita tunggu ya, aku juga kepo
total 1 replies
Miss Apple 🍎
seruuu
Miss Apple 🍎
lanjut
Ceu Markonah
typonya banyak bangat
Nora♡~
Benar tu tuan Arkana apa yang terjadi semua nya dah berlalu...jadikan sebagai pengajaran untuk men jadikan diri kita menjadi lebih baik gitu.... lanjut..
she
season 2
semangat thoor..
Miss Apple 🍎
lanjuttt
Miss Apple 🍎
seru
Miss Apple 🍎
lanjut kak
Miss Apple 🍎
j lanjut
Miss Apple 🍎
uhuy
Miss Apple 🍎
seru
Miss Apple 🍎
lanjut
Mom's Yuzfan
itu kan pilihan lho sendiri dr awal Arkana,jadi nikmatilah ap itu sebuah KARMA 😏😌
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!