NovelToon NovelToon
Menjelang Malam Di Bumi Perkemahan

Menjelang Malam Di Bumi Perkemahan

Status: tamat
Genre:Horor / Tamat / Mengubah Takdir / Roh Supernatural
Popularitas:2.1k
Nilai: 5
Nama Author: Rin Arunika

🍀
Sebuah rahasia akan selalu menjadi rahasia jika tak ada lagi jejak yang ditinggalkan. Namun, apa yang terjadi jika satu persatu jejak itu justru muncul kembali dengan sendirinya ? Akankah rahasia yang sudah terkubur akan terungkap kembali ?
Apakah itu semua berhubungan dengan mitos yang beredar bahwa ‘mereka’ akan selalu hadir di tempat yang paling mereka ingat selama hidup mereka ?
..
🍀

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rin Arunika, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Gelap Dan Sepi

Sorot senter ponsel Vivi dan Hanna menjadi satu-satunya sumber cahaya mereka malam itu. Lampu jalanan di sana benar-benar tidak ada yang berfungsi. Hanya ada gelap dan sepi.

“Vi. Jangan lama-lama… Gue takut di luar sendirian...” Hanna terus menempel pada Vivianne

“Ya iya… Tapi ini kenapa gue gak dilepasin ? Mau ikut ? Ayok…”

“Hih !” Hanna melepaskan pegangannya pada lengan Vivianne, “Udah sana… Cepet-cepet”

“Iyes, mommy…” pungkas Vivianne seraya beranjak memasuki bilik air

Karena penerangan yang sangat minim, hal yang pertama Vivianne sadari di dalam sana adalah gemericik air dari penampungan yang terdengar sudah sangat meluber.

Vivianne bergegas mendekati bak penampungan itu dan meraih gayung tempurung kelapa yang tersedia di sana.

Pegangan gayung itu terasa sudah rapuh. Sehingga ketika mengambil air, beberapa senti jemari Vivianne ikut masuk ke bak itu.

Sampai sini semuanya terasa normal.

Namun, bagian ketika jemari Vivianne berada dalam bak air, sesuatu yang tidak biasa baru gadis itu rasakan.

Kalian tahu bagaimana rasanya jika ada rambut yang menempel pada kulit tubuh yang basah ? Tentu akan terasa tidak nyaman dan menganggu, bahkan jika itu hanya satu helai rambut.

Hal itu pula yang Vivianne rasakan kala itu. Dirinya merasa di dalam bak air itu seperti ada beberapa helai rambut yang mengenai jemarinya.

Dengan senter ponselnya, Ia menyoroti bak air itu dan menemukan hal yang membuatnya tiba-tiba merasa sangat mual.

Banyak sekali rambut di dalam bak air itu. Selain itu, air yang mengalir dari pipa ternyata sangat keruh bercampur dengan hewan-hewan kecil yang mirip seperti anak kelabang. Aroma yang tidak sedap juga mendadak menyeruak di sana.

Vivianne membekap mulut dan hidungnya lalu bergegas membuka pintu bilik air itu.

Hanna yang dari tadi masih setia menunggu dibuat sangat terkejut oleh tingkah aneh Vivianne.

“Vi. Lo kenapa ?” Hanna jelas sangat cemas

Vivianne tak mampu menjawab pertanyaan Hanna. Sebab selain rasa mual yang sangat tak tertahan, rasa aneh pada kerongkongannya juga begitu mengganggunya.

“Han-“ ucapan lirih Vivianne terhenti sebab dirinya tiba-tiba berlari ke sisi lain pemandian.

Huek… !

Vivianne tampak memuntahkan sesuatu dan gadis itu terdengar sangat kesakitan.

“Vivi ! Lo kenapa ?” Hanna tentu panik melihat noda darah di sekitar bibir Vivianne serta banyaknya ceceran cairan merah di area pemandian yang berlantaikan semen itu.

Namun, Vivianne masih merasa ada yang aneh dalam mulutnya. Ia meraba-raba lidahnya dan berhasil menarik beberapa helai rambut yang lumayan panjang. Yang lebih mengerikan, diantara helaian rambut itu tampak sejumlah kecil gumpalan-gumpalan darah.

Meski ikut merasa mual melihat apa yang terjadi pada sahabatnya itu, Hanna tetap menopang tubuh Vivianne yang hampir roboh.

Hanna memapah Vivianne menuju tempat yang lebih bersih dan mendudukkannya di sana. Vivianne terlihat sangat tak bertenaga. Setelahnya, Hanna tampak dengan cepat mengoperasikan ponselnya.

“Jangan telpon ayah…” lirih Vivi

Hanna memang berniat mengabari Pak Bayu, namun ucapan Vivianne menghentikan niatnya. Dan satu-satunya orang yang terpikirkan olehnya sekarang adalah Rayya.

#

Karena tidurnya memang kurang lelap, Rayya akhirnya menyadari ponselnya terus saja bergetar. Dengan malas Rayya meraih ponselnya dan menjawab panggilan itu.

Tak sampai satu menit, raut wajah Rayya mendadak berubah. Kedua matanya melebar dan jelas sekali memancarkan rasa terkejut itu.

“Lagian. Kalian ngapain ke sana ?” bisiknya pada ponselnya

Tak lama setelahnya, Rayya segera bangkit dari tempat tidurnya dan memindai area di dalam tenda.

Ini kok mereka pada pules banget, pikirnya setelah mencoba membangunkan beberapa temannya. Namun, usahanya sia-sia saja.

Karena hal itu, Rayya mencoba melihat situasi di luar sana. Rupanya keadaan di luar tenda tak jauh berbeda. Cukup tenang dan nyaris tak terlihat adanya aktifitas yang berarti.

~

Entah kenapa, tikar yang berada di depan tenda Regu C Putra menjadi sangat nyaman bagi Riza untuk merebahkan tubuhnya.

“Bintangnya cakep banget…” ucapnya sambil memotret langit yang dari tadi ditatapnya.

Belum selesai Riza mengambil gambar bintang malam itu, dirinya dibuat terkejut oleh kehadiran Rayya.

“Ray. Lu ngapain ? Sendirian ?” tanya Riza pada Rayya

Dengan tatapan yang jelas menunjukkan rasa putus asa, Rayya meremas jemarinya dan tampak berusaha mengatur nafasnya.

“V-vivi…” ucapannya tertahan

“Kenapa ? Vivi kenapa ?” Riza menatap Rayya dengan cemas

“M-mereka ke pemandian itu, Kak. Ayo anter aku ke sana” ucapan Rayya tentu semakin menambah kebingungan yang Riza rasakan

Tanpa berlama-lama lagi, keduanya bergegas menuju lokasi pemandian yang letaknya memang telah mereka ketahui.

#

Lia memang telah siuman dan terlihat lebih baik dari sebelumnya. Namun, beberapa panitia masih menjaganya sesuai perintah Pak Bayu.

Selain karena Pak Bayu dan Pak Miko masih harus mengurus hal lain, Lia juga terlihat canggung jika hanya didampingi oleh kedua guru itu.

Lokasi sekitar podium menjadi pilihan kedua guru itu untuk mereka berdiskusi. Selain terdapat tempat duduk yang nyaman, hampir seluruh area perkemahan juga bisa terpantau dari sana.

“Pak Bayu. Bu Niken udah ngabarin Bapak ?” tanya Pak Miko

“Belom. Ada apa ?” Pak Bayu balik bertanya

“Windy. Katanya anak itu udah sadar-“

“Syukurlah. Kalo gitu… Kita tinggal siapin acara jurit malam” sambar Pak Bayu

“Pak. Jurit malamnya apa sebaiknya dibatalin aja ? Saya kok agak ngeri, lho” balas Pak Miko sambil memeluk dirinya sendiri

“Tapi kalo gak malem ini, nanti anak-anak makin kasian. Acara besok malem makin banyak” sanggah Pak Bayu

“Atau kalau perlu, kita batalin aja. Ga perlu ada jurit malam-”

“Pak Miko. Kita kumpulin dulu panitia. Terus baru kita bahas lagi“ tegas Pak Bayu dengan tatapan mata tajam yang mengarah pada Pak Miko

“Ooh. Sip, sip, sip” Pak Miko kemudian cepat meraih ponselnya dan berusaha menghubungi seseorang.

Setelah beberapa kali mencoba, panggilan Pak Miko nampaknya kembali gagal terhubung.

“Si Riza ke mana sih ?” gerutu Pak Miko

1
Xxxcyzz
cerita nya bagus lanjutkan kak
Flyrxn: mungkin next time bikin cerita horor lagi /Determined/ cerita yang ini udah end kak /Cry/
btw thank you, seneng rasanya kalo ceritanya disukain /Pray/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!