Giani Fifera adalah gadis yang tak pernah mengenal dunia luar. Sejak kecil ia hanya belajar dari rumah, tak pernah mengenal dunia luar seperti kebanyakan gadis seumurannya.
Saat orang tuanya meninggal, Giani tinggal berdua dengan kakaknya Geraldo. Giani bahagia karena kakaknya itu sangat menyayanginya. Namun suasana damai di rumah mereka berubah menjadi neraka semenjak kakaknya menikah dengan Finly Prayunata, anak salah satu konglomerat di Indonesia.
Finly punya selingkuhan. Dan selingkuhannya itu adalah anak angkat papanya. Seorang pria bule keturunan Spanyol-Inggris.
Giani tahu kalau kakaknya sangat mencintai istrinya sekalipun sudah tahu kalau istrinya itu punya selingkuhan. Giani pun bertekad merebut dan menikahi selingkuhan kakak iparnya. Dan untuk bisa melakukan itu, Giani harus merubah penampilannya dari gadis lugu, menjadi gadis dewasa dengan gaya yang sedikit menggoda.
Berhasilkah Giani merebut selingkuhan kakak iparnya itu? Berhasilkah Giani membahagiakan kakaknya Geraldo?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Henny, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Spanyol (part 4)
Mata Jero terbuka. Ia langsung menegok ke samping kiri dan kanan ranjang, mencari sosok Giani namun gadis itu tak ada. Cowok itu bangun dan menyandarkan punggungnya di kepala ranjang. Matanya langsung menatap bercak-bercak darah yang tertinggal di seprei putih. Ada rasa bangga dalam hatinya menjadi yang pertama buat Giani.
Andai saja Jero tak merasakan sendiri, ia awalnya hampir tak percaya jika Giani masih perawan. Gaya Giani yang menggoda, bahkan bisa mengimbangi permainan ranjang Jero, membuat Jero pusing tujuh keliling. Gadis itu seperti berpengalaman tapi belum pernah terjamah.
Jero tersenyun bahagia saat mengingat bagaimana Giani mengatakan 'ingin lagi'. Pada hal Jero tak ingin memaksakan kehendaknya karena ia tahu ini yang pertama buat Giani, namun siapa sangka kalau Giani menggodanya lagi. Makanya Jero menggempur Giani sampai 3 ronde. Setelah itu mereka berdua tertidur sampai kelelahan.
Cowok bule itu pun turun dari ranjang, memunguti celana panjangnya, mengenakannya lagi lalu mencari Giani ke kamar mandi. Gadis itu tak ada di sana. Mencari ke balkon, Giani pun tak ada.
"Kemana Giani ya?" Mata Jero melihat sebuah kertas yang diletakan di atas nakas dan ditindih dengan ponselnya.
Kak, aku keluar membeli makan malam.
Bosan makan makanan dari restoran hotel
kalau kakak sudah bangun dan aku belum
kembali, mandi saja dulu. Lalu kita akan makan malam bareng.
Jero tersenyum. Ia langsung ke kamar mandi dan menyegarkan tubuhnya di bawah shower dengan air hangat.
Saat ia membuka pintu kamar mandi, ternyata Giani sudah sampai dan sementara mengatur makan malam di atas meja yang ada di depan sofa.
"Hai, kak!" Sapa Giani. Gadis itu terlihat cantik dengan celana jeans dan kaos lengan panjang.
"Hai juga!" Jero tersenyum. Ia hanya mengenakan handuk yang dililit ditubuh bagian bawanya.
"Cepatlah berpakaian dan kita makan. Alu sangat lapar juga."
Jero hanya mengangguk. Ia membuka lemari dan memakai celana kain selutut dan juga kaos lengan panjang.
"Kenapa nggak bangunin aku? Kamu kan belum tahu Madrid. Kalau tersesat bagaimana?" Tanya Jero lembut lalu mengambil tempat duduk di sebalah Giani.
"Kakak tidurnya nyenyak banget."
"Aku kelelahan. Memangnya kamu nggak kelelahan?"
"Lelah juga. Tapi masih bisa bangun. Aku tidurnya 1 jam doang. Kakak tidurnya hampir 3 jam."
"Supaya kuat untuk malam ini."
Giani menoleh dengan kaget. "Memangnya mau lagi?"
Jero tertawa. Namun kepalanya mengangguk juga.
"Ih...kakak, apa ku bilang, kalau kakak pasti bakalan nggak bisa nahan jika sekali saja menyentuh aku." Goda Giani. Jero pun semakin kuat tawanya.
"Harap maklumlah. Sejak menikah denganmu, si palo nganggur terus. Makanya palo jadi ketagihan. Dari pada nyosor perempuan yang nggak jelas, lebih baik sama kamu aja kan? Statusnya jelas dan masih baru."
Giani menatap Jero. "Beneran ya, hanya si palo. Awas kalau melibatkan perasaan."
Kembali Jero terkekeh. "Nggak akan ada. Jadi kamu tenang saja. Sekarang, suapi aku lagi!"
"Makan saja sendiri."
"Eh, berdosa lho kalau istri nggak nurut apa kata suami."
"Baik suamiku!"
Ser.....ada yang menggelitik hati Jero saat mendengar kata 'suamiku'. Namun ia kembali menepis rasa itu.
Jadilah makan malam yang saling menyuapi. Jero makan sambil disuapi Giani dan Giani makan sambil disuapi Jero. Keduanya kadang saling menatap dan tertawa bersama.
Selesai makan, Giani langsung membereskan semua peralatan makan sekali pakai itu dan membuangnya ke bak sampah yang ada di luar kamar.
"Kak, kita pulang besok ya?" Tanya Giani sambil memainkan ponselnya. Giani sedang duduk sambil berselojor kaki si atas tempat tidur, sedangkan Jero sudah duduk di depan meja sambil membuka laptopnya. Ia sedang chat bersama Joana, mengabarkan apa yang terjadi.
"Kenapa harus besok?"
"Aku harus cepat kembali ke Jakarta. Kasihan kak Beryl mengurus semuanya sendiri.
Oh, jadi persoalannya tentang Beryl? Awas kau Beryl, si palo sedang enak-enaknya, loe malah ingin menganggu. Nggak akan gue biarkan.
"Bagaimana kak?" Tanya Giani melihat Jero hanya diam saja.
"Papa memberi kita liburan beberapa hari di sini. Sayang kan kalau disia-siakan. Memangnya kamu tak mau jalan-jalan di Madrid?"
"Mau sih, kak." jawab Giani sambil tersenyum. Ia baru saja membaca pesan Joana yang berbunyi: Baguslah kamu pakai alasan Beryl untuk melihat bagaimana reaksi Jero. Kalau memang dia sudah mulai cemburu, pasti dia akan pakai alasan jalan-jalan menikmati kota Madrid. Terima saja. Aku yakin Finly di Jakarta akan semakin panas dingin saat tahu kalau kalian belum pulang.
"Kalau begitu kita liburan saja di sini. 2 sampai 3 hari."
Giani mengangguk. Ia melepaskan ponselnya lalu berjalan ke kamar mandi. Setelah menggosok gigi dan mencuci wajahnya, Giani keluar dari kamar mandi, mengganti celana jeans san kaos lengan panjang yang dikenakannya dengan gaun tidur tipis.
Jantung Jero berdetak dengan sangat cepat saat melihat Giani dengan santainya berganti baju di depan Jero. Ada sesuatu yang mendesak di bawa. Palo bereaksi secara spontan tanpa bisa ditahan oleh Jero. Palo, kok loe kayak gini sih. Bikin malu aja!
Giani mendekati Jero yang masih duduk di depan meja kerjanya. "Kak, aku bobo dulu ya. Selamat malam!" Kata Giani lalu mengecup pipi Jero.
Dam! Jero merasakan darahnya mendidih melihat Giani yang berjalan menjauhinya dan naik ke atas kasur dengan gaya yang sensual. Jero mengahiri kerjanya. Nanti saja diteruskan di Jakarta. Ia pun menyusul Giani ke atas tempat tidur. Perlahan Jero naik dan merangkak hingga ia kini berada di atas tubuh Giani.
Mata Giani terbuka saat merasakan hangatnya napas Jero yang menyentuh kulit wajahnya.
"Kak, ada apa?" Tanya Giani pura-pura kaget pada hal ia sudah dapat merasakan kerasnya si palo yang menekan tubuhnya.
"Palo jadi pingin...!" Kata Jero parau sambil menyingkirkan beberapa anak rambut yang menutupi wajah Giani.
"Aku capek, kak." Giani pura-pura memejamkan matanya.
"Satu ronde. Setelah itu kita langsung tidur."
"Benar ya satu ronde. Soalnya masih agak sakit." Aku Giani jujur.
"Aku janji akan sama lembutnya dengan tadi. Dan aku yakin sakitnya sudah agak berkurang." bujuk Jero mulai khawatir jika Giani benar-benar akan menolaknya.
"I'm yours, kak."
Jero langsung tersenyum. Tak menunggu lagi ia langsung menciumi bibir Giani. Menggeraknya dengan gigitan yang menggoda sehingga Giani langsung membuka mulutnya sehingga ciuman itu menjadi semakin panas dan membakar gairah.
"Kak....!" Giani langsung mengeluarkan desahan menggodanya saat tangan Jero mulai melepaskan tali gaun tidurnya dan menarik gaun itu terlepas dari tubuhnya. Ciuman Jero turun ke leher putih mulus Giani, semakin turun ke bawa menyentuh gunung kembar, membuat tubuh Giani melengkung menahan hasratnya yang semakin terbakar.
Jero berhenti sejenak, mengeluarkan semua pakaian yang masih menempel ditubuhnya setelah itu membuka semua baju yang masih menutup tubuh indah Giani.
Keduanya kembali bergumul dalam balutan panasnya gairah. Giani mengeluarkan desahan yang lebih keras karena ia sudah beberapa kali mencapai puncak kenikmatannya barulah Jero menyusul dengan teriakan panjang yang menandakan bahwa ia juga telah mendapatkan kepuasan raga itu.
Jero menggulingkan tubuhnya yang sudah berkeringat disamping Giani. Perlahan napas keduanya mulai stabil dan dinginnya ac membuat Giani mengeluh kedinginan.
Jero mengambil selimut tebal yang ada dibawa kaki, menariknya dan menutupi tubuh mereka berdua. Dari balik selimut, Jero memeluk tubuh Giani yang susah membelakanginya.
"Mimpi indah, sayang. Terima kasih untuk hari ini." bisik Jero lalu mencium punggung Giani dengan lembut.
Giani yang sudah hampir terlelap di alam mimpi mengerutkan dahinya. Sayang?
*******
Jero dan Giani menghabiskan hari-hari mereka dengan berjalan ke semua tempat wisata yang ada si Madrid. Jero memilih mengendarai sendiri mobil yang mereka sewa. Tuan Girasol Mendes memang masih memijamkan mobilnya, namun Jero menolak dengan alasan tak mau merepotkan. Namun Jero sebenarnya ingin menghabiskan waktu berdua saja dengan Giani. Sambil mencuri-curi kesempatan untuk mencium Giani. Bibir gadis itu selalu membuat Jero ingin selalu menerkamnya.
Seperti saat ini, mereka baru saja keluar dari bioskop untuk menonton film komedi namun ada adegan ranjangnya pula. Ketika mereka sudah berada di dalam mobil, Jero langsung mendorong Giani untuk masuk ke jok belakang. Ia tanpa permintaan langsung menyerang Giani dengan ciumannya san tangannya langsung bergerak nakal, menyentuh semua bagian sensitif Giani.
"Kak, nanti ada yang memergoki kita." Giani sedikit khawatir karena mereka ada di tempat umum.
"Ini Madrid sayang. Mereka juga nggak akan perduli jika melihat kita. lagi pula kaca mobil ini agak gelap. Si palo sudah nggak tahan untuk menunggu sampai kita kembali ke hotel."
Giani pun pasrah. Membiarkan Jero mendapatkan semua yang ada didirinya. Mengikuti semua permainan Jero.
So, bagaimana kelanjutan kisah mereka???
dukung aku ya dengan cara like, komen dan vote ya
tpi lebih enak dibaca kata memelihara diganti dg kata " merawat" ☺☺☺