NovelToon NovelToon
Kepingan Puzzle

Kepingan Puzzle

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / Menyembunyikan Identitas
Popularitas:1.9k
Nilai: 5
Nama Author: Khabar

"Lima bersaudara dengan kedua orang tuanya adalah sebuah keluarga bahagia tenang dan damai, ibarat puzzle yang sudah sempurna sudah dipecahkan. Namun, insiden yang mengerikan terjadi, keluarga itu menjadi kelam karena ulah oknum yang jahat.
Tiga potongan puzzle hilang di tumpukan puzzle yang berbeda. Aku Glantea Albar berusaha menemukan tiga potongan puzzle itu. Tapi, takdir berkata lain aku tidak pernah menemukan tiga puzzle itu. Aku memutuskan menggantikan puzzle lain yang bentuknya sama dan jelas tidak pernah bisa sama dengan warna dari puzzle sebelum nya."
Kata Glantea di sebuah alat perekam kakinya mengalami patah karena insiden jatuh dari helikopter. setalah itu ada seorang yang membuka gubuk tua dimana dia berada sekarang lalu tiba-tiba dia bangkit tanpa peduli rasa sakit itu menghampiri seseorang dibalik pintu sambil menangis memegangi tangan orang tersebut "hiks... Hiks... ayahhh..... " Kata itu keluar dengan begitu tulus mengenali orang itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khabar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kenangan Pedang

Aku melangkah hati-hati di dalam gua, sinar senter kecil menerangi jalan. Suara kaki bergema di antara dinding batu, dan rasa dingin meresap melalui kulitku. Semakin dalam aku pergi, semakin aneh rasanya. Rasa cemas mencengkeram, tapi aku terus maju, penasaran apa yang akan aku temukan.

Di ujung lorong, aku melihat sebuah pintu batu besar. Pintu itu dihiasi dengan ukiran-ukiran rumit dan simbol-simbol yang tidak aku kenal. Namun, ada sesuatu di bagian tengah yang menarik perhatian, sebuah panel dengan sembilan batu kecil, masing-masing diukir dengan angka-angka kuno.

Aku memeriksa panel itu. Tidak ada pegangan atau kunci, hanya sembilan batu dengan urutan yang tidak jelas. Aku menyadari bahwa ini adalah teka-teki, dan hanya dengan mengaturnya dengan benar aku bisa membuka pintu. Aku mencoba mengingat pola yang pernah aku pelajari dalam perpustakaan militer, mencoba berbagai kombinasi angka dan gerakan. Setelah beberapa saat, aku berhasil menyusun batu-batu itu sehingga membentuk simbol tertentu.

Pintu batu besar itu bergerak perlahan, membuka jalan ke ruang di dalam. Aku melangkah masuk dengan hati-hati, memeriksa sekeliling dengan senter. Tapi tiba-tiba, pintu itu tertutup dengan keras di belakang, memerangkapku di dalam. Suara gemuruhnya membuat jantungku berdebar kencang. Aku segera berbalik, mencoba mendorong pintu itu, tapi sia-sia.

Di ruang gelap ini, Aku merasa terisolasi dan terjebak. Apa yang menantinya di dalam? Dan bagaimana aku bisa keluar? Pikirannya dipenuhi dengan pertanyaan, tetapi aku tahu satu hal: aku harus menemukan jalan keluar dan mencari tahu misteri di balik gua ini.

Aku menyorotkan senter ke sekeliling ruangan. Dinding-dinding batu mencerminkan sinar kecilnya, menciptakan bayangan yang bergerak-gerak. Di tengah ruangan, ada tiga kuburan yang belum tersentuh, tertutup dengan rapih oleh batu-batu besar. Setiap kuburan memiliki tanda ukiran yang berbeda, menunjukkan bahwa mereka berasal dari periode yang berbeda.

Namun, pandanganku terfokus pada ujung ruangan, di mana sebuah pedang besar tertancap pada batu. Pedang itu tampak baru, dengan bilah yang berkilau dan gagang yang terukir dengan simbol-simbol misterius. Terasa ada aura yang aneh mengelilinginya, seperti pedang itu menunggu untuk diambil oleh seseorang.

Di dekat pedang itu, aku menemukan ukiran kata-kata dalam bahasa kuno. Meskipun bahasa itu asing bagiku, aku tidak bisa membaca kata-kata yang terukir dengan jelas:

بوڠو ڤوتيه تيڤوڠ بتي،

ديڤيسوبوه تيڤوه هيئم متي.

جق تيوديه حنا تا ڤوتوهوي،

هن كو بڬادوه متي.

Aku merenungi kata-kata yang tertulis, itu adalah Aksara Jawi, namun bacaannya bukan bacaan Arab pegon. Aku langsung membuka satelit center yang selalu aku bawa, menulis kata-kata itu disana menelaah apa maksud dari kata itu.

Setelah berjam-jam akhirnya aku bisa memecahkan arti kata itu, kata itu tertulis dalam Aksara Jawi dan kamu harus membacanya dengan bahasa Endatu. Kata-kata itu dibaca:

"Bungo putéh teupeung batee,

Dipeusubôh teupoh hiem matee.

Jak teudèe hana ta putuhoe,

Han keue bak lam gadoh matee."

Kata yang sangat ambigu, artinya juga sama bingungnya bagiku yaitu :

"Bunga putih tumbuh di batu,

Dengan tekad, mampu hidup.

Jalan yang benar tetap ditempuh,

Tak peduli walau sulit dihadapi."

Aku merenungkan arti kata-kata itu. Sepertinya ini adalah teka-teki yang harus dipecahkan untuk mencabut pedang dari batu. Terjemahannya bisa jadi seperti ini:

"Pedang putih terlelap dalam batu,

di sisi hitam tak ada yang mati.

Jika terpilih hanya satu yang disentuh,

yang lain akan tetap abadi."

Teka-teki ini membuatku berpikir. Apakah itu berarti hanya satu dari kuburan yang dapat dibuka, dan sisanya harus tetap tersegel? Atau mungkin hanya pedang ini yang dapat diambil tanpa mengganggu keseimbangan? aku tahu bahwa memecahkan teka-teki ini adalah kunci untuk keluar dari ruangan ini dan menemukan jalan keluar.

Ketika aku mengucapkan terjemahan kata-kata itu dengan suara pelan, ukiran di sekeliling pedang mulai bercahaya dengan cahaya emas. Cahaya itu perlahan meluas, menyinari seluruh ruangan dengan kilau yang hangat. Aku terpesona oleh fenomena ini, tak menyadari bahwa tanganku bergerak untuk menyentuh pedang besar itu.

Begitu aku menyentuh gagang pedang, sebuah gemuruh terdengar. Kuburan-kuburan yang sebelumnya tak tersentuh mulai bergetar, batu-batu besar yang menutupinya bergeser dengan suara mengerikan. Perlahan, penutup kuburan terangkat, dan dari dalam, beberapa pocong yang tampak seperti mumi dengan sabit besar di tangan mulai muncul. Mereka bergerak dengan cepat, mata mereka merah menyala di tengah kegelapan ruangan.

Aku menyebut mereka pocong karena masih ada ikatan yang biasanya ada dia atas kepala mereka. Pocong-pocong itu mendekat dengan cepat, sabit mereka bersinar di bawah cahaya emas yang menyebar dari ukiran-ukiran gua.

Aku tahu harus bertarung, tapi pedang di tangan ini terasa rapuh. Saat salah satu pocong mengayunkan sabit besar, aku mencoba menangkisnya dengan pedang, tetapi kekuatan sabit terlalu besar. Denting logam bergema saat pedangku patah, serpihannya berterbangan di udara.

Aku terpental ke belakang, kepalaku berdengung oleh suara benturan. Pocong yang menyerang mendekat, sabitnya terayun lagi. Aku berguling di lantai, menghindari serangan yang hampir memenggal kepalaku. Aku berdiri dengan cepat, mencoba menghindari serangan berikutnya, tetapi pocong lain menyerang dari samping, sabitnya terayun ke kaki.

Aku melompat mundur, merasakan angin sabit yang lewat di bawah. Dengan pedang yang patah, aku tahu pertahanan yang aku miliki terbatas. Pocong-pocong itu bergerak bersama, mengelilingiku seperti serigala mengincar mangsanya. Tidak ada tempat untuk lari, hanya ruang untuk bertarung.

Tanpa sadar melihat ke arah pedang besar yang tertancap di batu. Sepertinya itu satu-satunya harapanku. Namun, untuk mencapainya, harus melewati serangan bertubi-tubi dari pocong-pocong yang semakin agresif. Satu pocong mendekat dengan sabit yang diayunkan tinggi. Aku melompat ke samping, mendarat dengan keras di lantai gua, lalu berlari menuju pedang besar itu.

Pocong-pocong itu juga mengejarku, sabit-sabit mereka bersinar dalam kegelapan. Aku berhasil mencapai pedang besar dan mencengkeram gagang. Dengan tenaga sekuat mungkin, aku mencabutnya dari batu. Suara gemuruh bergema di seluruh gua ketika pedang itu lepas, dan cahaya emas semakin terang.

Saat Aku mencabut pedang, pocong-pocong mukai menyerang dengan ganas. Sabit-sabit mereka datang dari segala arah, tapi dengan pedang besar di tangan, aku memiliki kekuatan untuk melawan.

 Hal aneh terasa ditubuhku sepertinya sesuatu yang mengalir dengan tenang di aliran darah. Pedang ini sangat ringan ketika aku mengangkatnya, seolah menjadi satu dengannya, dan hal yang paling aneh adalah aku bisa melihat denah ruangan ini, seolah insting predator yang lama aku pelajari telah bangkit.

Aku mulai mengayunkan pedang dengan keras, membelah satu pocong hingga jatuh ke tanah. Pocong lain menyerang dari belakang, tapi aku memutar tubuh dan menebas, memutuskan lengan pocong itu.

Aku mengayunkan lagi pedang dengan kekuatan penuh saat salah satu pocong mendekat, sabitnya terangkat tinggi. Ayunan pedangku membelah udara dan menghantam pocong itu, membelah sabit dan tubuhnya menjadi dua. Namun, yang lainnya segera menyerang dari samping, dan aku harus berbalik cepat untuk menangkis serangan itu. Denting logam bertemu logam terdengar ketika sabit dan pedang bertabrakan, percikan api berterbangan ke segala arah.

Satu pocong berusaha menyerangnya dari belakang, sabitnya diayunkan dengan kekuatan besar. Aku melompat ke samping, merasakan angin dari sabit yang hampir mengenaiku. Aku membalas dengan serangan cepat, pedang menebas lengan pocong itu, membuat sabit jatuh ke tanah dengan suara keras. Namun, pocong lain mendekat dari depan, membuatku terpaksa menghindar dan kembali ke posisi bertahan.

Suasana dalam gua semakin menegangkan, dengan bayangan yang bergerak cepat dan suara pertempuran yang menggema. Aku tahu bahwa ini tidak bisa mundur atau melarikan diri. Aku harus menghadapi pocong-pocong ini dan bertarung sampai akhir.

Ketika dua pocong menyerang bersamaan, Aku memutar tubuh dengan lincah, menghindari serangan sabit mereka, kemudian mengayunkan pedang dengan cepat, memotong salah satu pocong hingga terjatuh. Pocong lain mencoba menyerang dari atas, tetapi Aku menangkis dengan kekuatan penuh, menciptakan benturan yang membuat sabit pocong itu hancur.

...֎֎֎...

1
Lil Moonlight
nangis bombay ni thor, gantian sih ga mau tau 😜😜😜
Lil Moonlight
mengatan? 🤔
Khabar: mkasih sudah mengingatkan
total 1 replies
🍒⃞⃟🦅🍾⃝ ͩ ᷞHͧSᷡ ͣ
semangat nulisnya kak ceritanya bagus 👍👍
🎀
Awal aja udah sedih
piyo lika pelicia
hedeh 😮‍💨 mengapa harus menyusup jika kamu bisa masuk dengan mudah
piyo lika pelicia: hhhhh 😂
Khabar: Albar be like: apa itu kesetrum, ke sambar petir aja udah /CoolGuy/
total 4 replies
piyo lika pelicia
jangan lah telanjang kau bahaya nanti 😂
piyo lika pelicia
Weh itu bahaya lepasin aja 😫
piyo lika pelicia
adik nya kenapa
piyo lika pelicia
woh belut listrik ya 😦
piyo lika pelicia
ular tikar kah 🤔
piyo lika pelicia
"Sepertinya
piyo lika pelicia
orang yang baik ☺️
piyo lika pelicia
heem sedih yah hidup nya.🙁
piyo lika pelicia
"Iya
piyo lika pelicia
"Bunda
piyo lika pelicia
"Cepatlah
piyo lika pelicia
semangat ☺️
piyo lika pelicia
"Ahkk.... sial,
piyo lika pelicia
aduy 😫
piyo lika pelicia
semangat kak ☺️
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!