NovelToon NovelToon
Cahaya Yang Padam

Cahaya Yang Padam

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Selingkuh / Pernikahan Kilat / Cinta Paksa / Beda Usia / Mengubah Takdir
Popularitas:10.6k
Nilai: 5
Nama Author: NurAzizah504

Cahaya dipaksa menikah dengan pria yang menabrak ayahnya hingga meninggal. Namun, siapa sangka jika pria itu memiliki seorang istri yang amat dicintainya yang saat ini sedang terbaring lemah tak berdaya. Sehari setelah pernikahan paksa itu dilakukan, pertemuan tak sengaja antara Cahaya dan istri pertama suaminya terjadi.

Akankah Cahaya diakui statusnya di hadapan keluarga suaminya? Atau malah Cahaya tetap disembunyikan? Dipaksa padam seolah tak pernah ada dalam kehidupan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NurAzizah504, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

29. Amel dan Tante-Tante Aneh

"Bang, Bang Fahri .... Ayo, bangun. Nanti telat, lo, ke kantornya," ujar Cahaya yang lebih dari tiga kali berusaha membangunkan Fahri di pagi ini.

Dan, sama seperti sebelumnya, pria itu hanya mengeliat pelan tanpa berusaha membuka mata.

"Abang kayaknya gak bisa ke kantor hari ini. Kepala Abang sakit banget."

"Ck, kan. Efek bergadang makanya begitu. Udah dibilang juga jangan kerja sampai malam banget. Gak denger, sih," omel Cahaya sambil bertolak pinggang.

"Abang kerja, kan, juga buat kamu dan Zaif, Ya. Kalau Abang gak kerja, kalian mau makan apa? Makan cinta?"

Cahaya menghela napas sambil menggeleng pelan. Tanpa menjawab pertanyaan Fahri, Cahaya malah terlihat memeriksa suhu tubuh suaminya. Syukurlah, pria ini tidak demam.

"Ya, udah, bentar. Aku ambilin sarapan sama obatnya dulu. Abang bisa bangun gak? Ke kamar mandi, cuci muka sama gosok gigi dulu?"

"Bisa-bisa," jawab Fahri yang dibalas anggukan oleh Cahaya.

Tak lama berselang di dapur, Cahaya kembali ke kamar.

Ia melihat Fahri yang duduk bersandar pada kepala kasur.

"Makan dulu. Abis itu baru minum obat," ucap Cahaya tersenyum tipis.

"Suapin, Yang ...."

"Dih, udah gede masih minta suapin. Gak malu sama Zaif?" kekeh Cahaya yang pada akhirnya tetap menyuapi Fahri seperti permintaannya.

"Enggak. Soalnya gak ada Zaif di rumah."

Setelah menghabiskan sarapan, Fahri lanjut menelan beberapa pil obat-obatan.

Ia kemudian kembali istirahat, sedangkan Cahaya melanjutkan kegiatan bersih-bersih rumah seperti biasa.

Saat tengah menyapu teras, sebuah mobil hitam metalik terlihat berhenti di depan rumahnya. Cahaya meninggalkan pekerjaannya sebentar. Menatap si pemilik mobil yang turun dari kursi penumpang.

"Dia?" Cahaya menatap tak percaya. Bagaimana bisa wanita itu tahu rumah suaminya?

"Selamat pagi." Wanita itu menyapa sambil tersenyum ramah. Di sebelah tangannya, terlihat sebuah rantang yang dapat dipastikan isinya adalah makanan. "Aku ke sini mau jengukin Fahri. Katanya dia sakit."

"Siapa bilang?" tanya Cahaya tanpa membalas sapaan Amel kepadanya.

"Fahri sendiri yang bilang," jawab Amel berani, "Dia di mana? Di dalam, ya?"

Seolah tak tahu sopan santun, Amel melangkahkan kakinya ke dalam rumah. Akan tetapi, langkah kaki itu seketika terhenti saat Cahaya menghadangnya dengan sebuah sapu di tangan.

"Gak tau sopan santun atau gimana? Main masuk aja ke rumah orang," ketus Cahaya dengan ekspresi dingin.

"Oh, sorry. Udah kebiasaan. Soalnya dulu pas masih jadi pacarnya Fahri, aku sering banget datang ke sini. Sekarang lupa kalau dia udah punya istri. Mana gayanya gak banget lagi. Lebih cocok dari ART, sih, menurutku," kekeh Amel sembari menutup mulut agar tawanya tidak makin lebar. Ia menekuri penampilan Cahaya dari atas hingga ke bawah hanya untuk menertawai daster yang Cahaya kenakan.

"Pergi sendiri atau perlu aku usir?" Cahaya berusaha sabar. Mengepalkan kedua tangan walau napas sudah tak lagi beraturan.

"Tapi, aku mau ketemu Fahri."

"PERGI!" Cahaya berteriak, mengundang atensi Mang Abdul yang pulang dari warung untuk membeli kopi.

Pria paruh baya itu langsung berlari ke arah Cahaya dan bertanya ada apa.

"Tolong bawa wanita ini pergi. Ingat wajahnya baik-baik dan jangan biarkan dia datang ke sini lagi."

"Ba─baik, Bu."

Cahaya langsung masuk ke dalam dan membanting pintu rumah dengan kencang.

Bertepatan dengan itu, Fahri muncul di ujung tangga. Keningnya berkerut dalam, menatap Cahaya yang terlihat marah.

"Aya, ada apa?" tanya Fahri lembut, tetapi malah mendapat lirikan tajam dari istrinya.

"Apa maksud kamu kasih kabar ke Amel kalau kamu lagi sakit?"

"Lo, Amel ke sini?"

"Jawab apa yang aku tanya, Bang. Apa maksud kamu kasih kabar ke Amel kalau kamu lagi sakit? Sengaja biar Amel jengukin kamu? Mau cari perhatian dari mantan?"

"Ya, Allah, enggak, Sayang. Bukan begitu. Tadi dia telepon terus nanyain kapan bisa meeting buat tandatangan kontrak. Ya, Abang kasih tau kalau hari ini Abang gak bisa karena kurang sehat. Cuma begitu, Ya. Sumpah, deh."

"Tandatangan apa? Abang jalin kerjasama sama dia?"

"Ya, dia nawarin ...."

"Terus Abang terima?"

"Ya, kenapa enggak? Cuma kerjasama antar perusahaan."

Cahaya memalingkan muka, mencoba mengatur amarah agar tidak tambah parah. Ingin rasanya meminta Fahri membatalkan kerjasama mereka. Namun, bukankah nanti dirinya terlihat egois sekali?

Alhasil, tanpa mengucapkan sepatah kata pun lagi, Cahaya berlalu meninggalkan Fahri di ujung tangga.

Cahaya hanya berharap. Semoga kehadiran Amel tidak sampai membuat rumah tangganya hancur berantakan.

...****************...

"Bunda! Papa!" Zaif berteriak sesaat setelah keluar dari mobil. Anak itu berlari lalu memeluk Cahaya dan Fahri yang berdiri di teras.

"Anak Bunda udah pulang. Bunda kangen banget, Sayang."

"Zaif juga kangen sama Bunda."

"Sama Bunda doang yang kangen? Sama Papa enggak?" tanya Fahri memasang wajah pura-pura cemberut.

"Kangen juga, dong, Pa," jawab Zaif sambil menertawai ekspresi Fahri yang terlihat lucu menurutnya. "Pa, gendong ...."

"Dih, gak malu udah gede masih minta gendong sama Papa?"

"Bunda juga udah gede, tapi masih suka digendong Papa. Jangan bilang enggak, ya. Zaif pernah liat soalnya."

Kini gantian Cahaya yang tertawa kikuk. Ia melirik Fahri, menemukan pria itu yang tampak menahan tawa.

Keduanya seolah lupa akan kehadiran Arif di hadapan mereka.

Merasa tak dianggap, Arif pun berdeham pelan. "Saya pulang dulu kalau begitu. Zaif, besok-besok kita ketemu lagi, ya."

"Oke, Ayah. Hati-hati, ya."

"Makasih, Sayang."

Arif mengacak-acak rambut Zaif dengan gemas. Menatap Fahri dan Cahaya bergantian, ia akhirnya pamit pulang.

Setelah makan malam, Cahaya menemani Zaif yang mendadak minta ditemankan olehnya.

Anak itu tampak bersemangat menceritakan keseruannya bersama Arif.

"Tapi, Bunda, waktu di taman itu, Zaif pernah disamperin tante-tante aneh."

"Tante-tante aneh gimana?"

"Hm, gimana, ya, ngomongnya? Pokoknya orang itu aneh banget, Bunda. Rambutnya pendek sebahu, terus mukanya penuh luka. Dia samperin Zaif, ngajak Zaif ngobrol. Tapi, Zaif langsung lari ke Ayah karena takut. Dan, pas Zaif ajak Ayah ke tempat itu, tante-tante aneh itu udah gak ada."

"Zaif kenal gak orangnya? Atau pernah ketemu di mana gitu?"

"Gak pernah, Bunda. Zaif juga gak kenal. Tapi, tante-tante itu kayak kenal Zaif."

Cahaya larut dalam pikirannya. Berusaha menebak-nebak siapa wanita itu.

Setelah Zaif tertidur, Cahaya kembali ke kamar. Dia menemukan Fahri yang memangku laptop dan memeriksa beberapa berkas pekerjaannya.

"Zaif udah tidur, Ya?" tanya Fahri melirik sekilas.

"Udah," jawab Cahaya singkat.

Sebagai informasi, ia masih marah kepada Fahri. Ia hanya menjawab seperlunya saja saat ditanya. Tidak bertanya balik, apalagi bermanja-manja seperti biasa.

"Lagi mikirin apa? Dahinya sampai berkerut gitu."

Cahaya berdecak dan menepis jari-jari tangan Fahri yang mengusap lembut dahinya. "Gak mikirin apa-apa."

"Dosa, lo, bohong sama suami. Ayo, cerita ada apa. Mungkin Abang bisa bantu nanti."

Cahaya mendesah panjang. Memang saat ini ia tengah marahan. Namun, itu bisa dikesampingkan dulu.

"Abang tau gak keberadaan Kak Zahra?"

Ekspresi wajah Fahri berubah seketika. "Buat apa, Ya?"

"Ck, jawab aja dulu. Abang tau gak keberadaan Kak Zahra di mana?"

Entah mengapa, Cahaya merasa jika wanita yang menghampiri Zaif adalah Zahra. Kalau yang ia pikirkan adalah benar, bagaimana nasib mereka kedepannya?

1
Shadiqa Azkia
10 iklan keu cek dah
NurAzizah504: Maksh banyak, hehee /Joyful/
total 1 replies
Taufiqillah Alhaq
vote untukmu
NurAzizah504: Makasih /Smile/
total 1 replies
Teteh Lia
🌹🌹 buat bang Fahri.
NurAzizah504: Wahh, terima kasih banyak, Kak /Smile/
total 1 replies
Teteh Lia
syukurlah,,,
tapi masih harus waspada, pak Arif masih kelayaban susun rencana licik
NurAzizah504: Jgn sampai lengah pokoknya /Good/
total 1 replies
Teteh Lia
blokir aja nomornya. ish...bener2 si amel 😤
NurAzizah504: Minta dikata2in emg /Sob/
total 1 replies
Teteh Lia
sekalian bikin pak Arif tambah terbakar.
NurAzizah504: Panas panas /Joyful/
total 1 replies
Teteh Lia
Pak Arif... anda masih waras kan ya?
NurAzizah504: Enggak. Udh gila dia /Blush/
total 1 replies
🎀
kata-kata yang bagus Cahaya
NurAzizah504: Sekalian menyadarkan mereka /Grimace/
total 1 replies
🎀
harus Cahayaa, nggak usah berharap sama arif
NurAzizah504: Yang ada makan hati tiap hari /Proud/
total 1 replies
🎀
oh no kesalahan fatal
NurAzizah504: /Shy//Shy/
total 1 replies
🎀
menyesal kamu kalo ternyata itu anakmu 😡
NurAzizah504: Biar nangis darah sekalian /Grimace/
total 1 replies
Muliana
Semoga keluarga Cahaya baik-baik aja,, kasihan Cahaya, jika kembali menderita
NurAzizah504: Aamiin, semoga saja, ya /Sob/
total 1 replies
Syaiful Amri
semoga zahra sudah benar2 berubah jadi baik
NurAzizah504: Iya, semoga, ya. Capek soalnya jadi org jahat mulu /Sob/
total 1 replies
Xiao Lianhua
cahaya juga sakit kok ra, tapi kamu bahkan ga mikir. pas tau rasanya sesakit itu pun, kamu masih ga mikir😞
NurAzizah504: Egois bukan, sih, namanya /Sob/
total 1 replies
Xiao Lianhua
nyiksa itu kamu namanyaa
NurAzizah504: Maunya enak sendiri /Sob/
total 1 replies
Xiao Lianhua
astaghfirullahaladzim sakit banget😭😭
NurAzizah504: /Sob//Sob/
total 1 replies
Xiao Lianhua
ishh apalahh
NurAzizah504: apalah dia /Panic/
total 1 replies
Tini Timmy
semoga zahra gk ada niat buruk ya/Chuckle/
NurAzizah504: Aamiin /Sob/
total 1 replies
Tini Timmy
zahra ini ya
NurAzizah504: Lagi dan lagi /Frown/
total 1 replies
Muliana
Arif, kamu yang memulainya kamu dalang dari sebalik segala masalah. Kamu sadar gak sih?
Kalo gak sadar juga sini biar aku khok ulei kah pakek palei
NurAzizah504: Bereh that komen /Sob//Facepalm/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!