Hati Seindah Bunga

    Dua menit lagi panggung teater akan dibuka. Tiara sudah duduk di kursi bagian depan dengan mengaktifkan handycam di tangannya siap untuk merekam. Tiara telah terlebih dahulu mematikan ponselnya agar tidak ada yang mengganggunya ketika melakukan proses perekaman.

"Kesuksesan untukmu, Ga", batinnya.

    Hampir dua jam telah berlalu dan pertunjukan seni peran berjalan lancar, Tiara menghampiri mereka di balik panggung seperti biasa saat mereka latihan.

"Sedang apa kamu disini?",.tanya sutradara ketus.

"Saya mahu menemui mereka untuk mengucapkan selamat", jawab Tiara, ramah.

"Mereka atau hanya Rangga?. Kamu lupa penyebab Rangga masuk rumah sakit ?. Kalau bukan karena kedatanganmu dan temanmu, Tour kami sudah tiba di kota berikutnya. Kamu hanya pembawa sial bagi kami!".

"Apa maksud anda berkata begitu?. Itu urusan pribadi kami, tidak ada sangkut-pautnya dengan tour kalian yang tertunda atau jatuh sakitnya Rangga! Justeru Rangga sakit karena tour kalian yang tidak mengenal istirahat!", Tiara naik pitam.

"Dasar perempuan murahan!", hinanya seraya melayangkan telapak tangannya ke pipi kanan Tiara.

"Apa yang anda lakukan?!", teriak Rangga membuat semua orang mengarahkan pandangan ke arah mereka.

    Rangga menarik Tiara ke arahnya. Tiara berusaha agar airmatanya tidak jatuh.

"Putuskan hubungan kalian. wanita ini hanya menghambat kariermu".

"Kalian semua dengarkan aku baik-baik!. Mulai detik ini, saya yang bernama Rangga memutuskan keluar dari tim teater ini!. Silakan anda mencari pengganti saya yang bisa anda pekerjakan seperti robot!".

"Aku akan pulang denganmu besok".

    Tiara tersenyum bahagia karena Rangga membela dirinya.

"pesankan aku tiket pesawat yang sama denganmu", pinta Rangga sambil melangkah ke belakang panggung mengambil koper berisikan pakaiannya.

"Akan ku coba. Mudah-mudahan masih tersedia".

"Kalian akan kembali besok?", tanya Surya.

"iya mau tunggu apalagi" .

"Bagaimana dengan cita-citamu?", tanya Tiara.

"Tenang saja. Ditanganku sudah ada kartu nama PH ternama".

"Hebat kamu, Ga. Ku kira kamu bersikap nekat begini tanpa berpikir dahulu".

"Sejak kapan kamu melihatku bertindak tanpa berpikir?. Ok, Sur, sampai jumpa ".

    Surya dan Rangga saling bersalaman. Rangga dan Tiara pergi meninggalkan gedung kesenian dan kembali ke rumah untuk mengambil pakaian-pakaian milik Tiara.

...****************...

"Mba, terima kasih, sudah baik selama ini. Kami pamit pergi. Jika berjodoh, kita bisa bertemu lagi", ucap Tiara.

"Jangan lupakan kami, ya".

"Pasti".

    Rangga dan Tiara menggunakan taksi online menuju hotel yang paling dekat dengan bandar udara.

"Kami pesan dua kamar", ucap rangga.

"Syukurlah", ucap Tiara pelan tapi, terdengar oleh Rangga.

"Kenapa?, kamu berpikir aku akan memesan satu kamar?. sabar ya, nanti juga ada waktunya", goda Rangga berbisik membuat Tiara menarik napas panjang.

    Tiara segerah mengambil kunci kamarnya dan melangkah menjauhi Rangga menuju pintu lift. Ranggapun melakukan hal yang sama dan menyusul Tiara.

"Kekasihku ini suka ngambekan. Lucu banget", ucapnya pelan sambil menggeleng-gelengkan kepalanya, memasuki lift.

"Tiketmu sudah dipesan. pesawat take off jam dua siang. Jadi kita harus ber..".

    Rangga meletakkan jari telunjuknya ke bibir Tiara membuat Tiara mematung.

"Besok ya besok. Jangan dibahas sekarang.

    Pintu lift terbuka.

"Ayo keluar. Kamu mau tidur disitu?", tanyanya kepada Tiara yang masih mematung di dalam lift.

"Kamu menakutkan".

"Memangnya apa yang aku lakukan?".

    Tiara tidak menjawab dan menghampiri kamarnya, membuka pintu, dan langsung masuk tanpa berbasa-basi. Rangga hanya bisa tertawa lucu melihatnya sebelum memasuki kamarnya yang terletak tepat di samping kiri kamar Tiara

...****************...

✈️

Tiara dan Rangga akhirnya tiba di kota tempat tinggal tercinta. Betapa terkejutnya Rangga melihat Andika datang menjemput mereka.

"Sedang apa kamu disini?", tanya Rangga dengan raut tidak menyenangkan.

"Aku menjemput Tiara tapi, mengapa kamu juga ikut pulang?, bukannya tour kalian masih tiga bulan lagi?".

"Ceritanya panjang dan sensitif, aku tidak bisa menceritakannya kepadamu".

"Is ok kalau tidak bisa. Ayo pulang, aku sudah merindukanmu, Ti", ucapnya melirik ke arah Rangga sambil mengambil koper milik Tiara.

"Bawakan koperku juga".

"Bawa sendiri!".

Dengan menumpangi mobil yang dikemudikan Andika, Tiara dan Rangga kembali ke kediaman keluarga Tiara. Rangga duduk di kursi depan samping Andika. Sedang, Tiara duduk di kursi belakang.

"Kita sudah sampai", ucap Andika, mematikan mesin mobil.

"Kak Tiara pulang!", teriak adik Tiara dari depan pintu.

Sarah langsung berlari dan merangkul Tiara.

"Aku merindukanmu, Ti".

"Aku juga merindukanmu".

Andika dan Rangga menuruni koper dan kardus berisikan oleh-oleh.

"Wah!. Itu pasti oleh-olehnya", ucap adik Tiara ketika melihat Rangga menurunkan kardus dari dalam mobil dan kopernya.

"Rangga kamu ikutan balik?", tanya ayah Tiara dari depan pintu.

"Iya, paman", jawabnya melangkah mendekat sambil menarik kopernya dan mencium punggung tangan kedua orangtua Tiara.

Sarah memandangi Rangga, seseorang yang selama ini dicari-carinya dan dianggapnya sebagai jodohnya. Ternyata kekasih dari seseorang yang dianggapnya kakak.

"Pantasan, aku tidak bisa menemukannya di manapun. Ternyata dia jauh dari jangkauanku", batin Sarah.

"Melamun?, sana ikut masuk", suruh Andika.

"Bawel".

Bersambung. ...