NovelToon NovelToon
Happy Ending

Happy Ending

Status: tamat
Genre:Tamat / Balas Dendam / Bullying di Tempat Kerja / Kehidupan di Kantor / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / TKP / Dendam Kesumat
Popularitas:38.8k
Nilai: 5
Nama Author: Aisyah Alfatih

Charlie percaya adiknya mati bukan karena bunuh diri. Tetapi, seseorang berada di belakangnya. Setelah Charlie masuk dalam lingkup kehidupan sang adik, Charlie jadi tahu ternyata pelaku tak hanya satu orang tetapi beberapa orang yang terlibat, termasuk Bos dan juga ketua mafia yang beroperasi pada bagian bisnis ilegal.

Charlie berjanji siapapun yang terlibat pada kasus kematian sang adik, Charlie akan memberikan hukuman yang setimpal untuk pelaku.

Penasaran? Yuk, simak kisahnya di Happy Ending!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aisyah Alfatih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Happy Ending-29

"Rifki, di mana Juwita?"tanya Charlie dengan cemas. Karena, tahu saat sebelum keduanya pergi Juwita nampak begitu cemas.

"Juwita kembali ke Jakarta. Aku mengantarnya ke terminal tadi,"jawab Rifki dengan raut wajah yang tak terlihat bersalah sedikit pun. Lalu, pria itu melangkah masuk dengan membawa beberapa kantong plastik di tangannya.

"Kamu lihat? Kenapa Rifki terlihat lelah sekali? Wajahnya penuh keringat,"bisik Clarisa. Charlie mengangguknya. Lalu, menarik tangan Clarisa untuk menjauh dari teras. Keduanya berbicara dengan suara yang pelan untuk membahas perkembangan kasus yang sedang mereka tangani. Dari jauh, Nico dan Sherli memperhatikan dua orang tersebut.

"Kenapa kau terus memperhatikan Charlie?"tanya Sherli.

"Aku curiga dengan pria itu. Dia datang-datang ke perusahaan kita langsung mencari tahu tentang Alia. Apa itu tidak mengherankan?"tanya Nico balik. Sherli mengangguknya. Tak lama saat mereka berdua berdiri di jendela dapur. Rifki melangkah masuk dengan beberapa kantong belanjaan di tangannya.

"Rifki, bagaimana bisa Juwita kembali ke Jakarta. Tanpa menunggu kita?"tanya Nico.

"Orang tua nya masuk rumah sakit dan meminta Juwita untuk segera balik. Aku juga enggak terlalu tabu saat Juwita berbicara dengan orang tuanya melalui handphone,"ungkap Rifki. Nico, menatap Rifki dengan kecurigaan. Lalu, mencium bau amis yang begitu menyengat.

"Kok amis ya? Kamu beli apaan sih?"tanya Sherli. Sontak itu membuat Rifki terkejut dan Nico memperhatikannya.

"Eem, aku beli daging rusa tadi. Kamu bisa melihatnya,"jawab Rifki dan menghilangkan rasa gugup dan paniknya. Rifki sadar jika Nico sedang memperhatikannya.

"Kalau begitu aku pergi dulu ya, Aku mau mandi gerah!"ujar Rifki dan langsung pergi meninggalkan dapur. Bau amis itu berasal dari baju yang dikenakan Rifki. Rifki tak sadar ada bercak darah yang menempel di kaos yang dikenakannya saat menghilangkan nyawa Juwita.

Sementara itu, saat malam tiba. Di ruang tamu semua orang nampak berkumpul. Pak David, sudah meminta mereka untuk kembali besok ke kantor. Jadi, malam ini mereka habiskan untuk berkumpul bersama. Tetapi, di saat semua orang sedang menonton televisi, siaran tentang kebebasan Wilson pun lewat di acara yang sedang mereka tonton. Mendadak Rifki panik dan kesal dalam waktu yang bersamaan. Charlie dan Clarisa terus memperhatikan gerak-gerik Rifki saat itu.

"Bagaimana bisa dia lolos?"tanya Rifki dengan suara yang lantang. Sontak sikap Rifki menarik perhatian semua orang yang berada di tempat itu.

"Tentu dia bisa bebas. Dia itu model banyak uang. Meskipun terlibat skandal apapun, pihak model pasti akan membantunya untuk bebas,"ujar Sherli. Clarisa ingin membantah tetapi Charlie menahannya.

"Bisa jadi, dia bukan pelakunya. Bukan begitu Clarisa? Jadi, Charlie apa tanggapanmu tuduhanmu terhadap Wilson tidak membuat dia bisa di penjara," Nico bertanya kepada dua orang yang duduk berdampingan itu.

"Bisa jadi memang bukan dia pelakunya. Tetapi, ada pelaku lain yang bersembunyi di balik nama Wilson,"Charlie berkata. Nico dan Rifki nampak kesal dan memicingkan netra mereka. Sherli hanya tersenyum sinis menanggapi ucapan Charlie.

"Kalian, terlalu sibuk mengurus masalah ini. Besok kita kembali ke Jakarta. Siapkan semua alasan kalian kepada Pak David kenapa kalian tidak bisa meneruskan membuat iklan yang telah Pak David serahkan pada kalian. Satu lagi, pelaku pembunuhan Kang Dadang belum di tangkap. Salah satu di antara kita masih menjadi target nya,"ungkap Sherli. Atas semua pernyataan Sherli semua orang berpikir keras. Apapun yang dikatakan Sherli ada benarnya. Pelaku pembunuhan Kang Dadang sampai saat ini belum terungkap. Tetapi, pihak kepolisian malah menuntaskan kasus Alia.

Tengah malam telah tiba, suasana hening menyelimuti villa yang ditempati Charlie, Clarisa, dan beberapa teman lainnya. Mereka terlihat telah mengunci kamar mereka masing-masing, menikmati istirahat yang telah lama ditunggu-tunggu.

Namun, di balik ketenangan itu, Charlie dan Clarisa tengah berbicara secara sembunyi-sembunyi di dekat tangga villa tersebut. Mereka mengungkapkan kecurigaan mereka terhadap Rifki, teman mereka yang telah menunjukkan gelagat mencurigakan selama berada di villa itu.

 "Ada yang aneh dengan Rifki, aku merasa dia menyembunyikan sesuatu," bisik Charlie kepada Clarisa.

"Iya, aku juga merasakannya. Kita harus berhati-hati, siapa tahu dia merencanakan sesuatu yang tidak baik," sahut Clarisa dengan wajah yang semakin cemas. Tanpa disadari, suara percakapan Rifki terdengar oleh mereka dari arah kamar yang ditempati Rifki. Suara itu sangat jelas, seolah-olah Rifki tengah berbicara di telepon dengan seseorang.

Mereka pun mendekat ke arah kamar Rifki untuk mendengarkan lebih jelas apa yang sedang dibicarakannya.

 "Kenapa Wilson harus bebas sih? Aku berharap dia membusuk di dalam penjara atas kasus kematian Alia. Tetapi kenapa dia bisa bebas?" geram Rifki dengan suara yang begitu penuh emosi. Mendengar perkataan Rifki, Charlie dan Clarisa langsung terkejut dan saling bertatapan.

 Mereka seketika menyadari bahwa mungkin saja Rifki lah yang menjebak Wilson dalam kasus kematian Alia. Wajah mereka berubah pucat, hati mereka berdebar kencang, dan tangan mereka saling berpegangan erat, mencoba memberikan dukungan satu sama lain. Mereka berdua semakin yakin bahwa Rifki memiliki niat jahat dan mereka harus segera mengungkapkan kebenaran ini kepada teman-teman mereka yang lain.

Namun, mereka harus melakukannya dengan hati-hati agar Rifki tidak tahu bahwa kecurigaan mereka telah terarah padanya. Dalam ketakutan dan kecemasan, Charlie dan Clarisa kembali ke tempat semula, merencanakan langkah mereka selanjutnya untuk mengungkap misteri yang semakin menggelisahkan ini.

Di saat Rifki hendak keluar dari kamar dan membawa sebuah topeng di tangannya. Charlie menarik Clarisa untuk bersembunyi. Pria itu keluar dari kamar dengan langkah yang terburu-buru. Semua lampu villa telah mati, semua orang telah tidur kecuali dua orang itu. Rifki pergi meninggalkan villa dalam keadaan marah. Charlie dan Clarisa mengintip dari jendela ruang tamu. Seseorang menjemput Rifki dengan mobil dan Rifki segera masuk ke dalam mobil itu untuk pergi meninggalkan Villa.

"Kemana dia pergi?"Clarisa bertanya.

"Aku tidak tahu. Tetapi, topeng yang ada di tangan Rifki aku seperti pernah melihatnya,"gumam Charlie. Sejenak Charlie berpikir untuk mengingat di mana dia pernah melihat topeng tersebut.

"Ah, iya. Nico!"

"Nico?"tanya Clarisa yang bingung.

"Iya, aku pernah melihat Nico di hari pertama aku kerja. Dia memakai topeng yang sama yang seperti Rifki pergi ke gedung sekolah terbengkalai. Tetapi, saat ini gedung itu sudah di garisi polisi setelah aku melapor kasus Alia kemarin. Tidak ada bukti apapun yang tertinggal di sana. Apa Rifki dan Nico bekerja sama di balik kejadian ini? Manusia bertopeng itu katanya pengedar obat terlarang dan bosnya adalah seorang mafia yang sampai saat ini belum diketahui identitasnya. Pihak kepolisian juga sedang mencari gerbong narkoba milik Bos mafia yang semakin meresahkan rakyat dan karyawan kantor. Bahkan, target mereka juga para pelajar dan mahasiswa,"ungkap Charlie.

Clarisa semakin bingung dengan penjelasan Charlie. Karena, masalah yang mereka hadapi ternyata tak semudah yang Clarisa bayangkan.

"Lalu, siapa yang dengan tega membunuh Kang Dadang?"tanya Clarisa. Tanpa mereka sadari, seseorang sedang memantau mereka dari jauh di antara kegelapan ruang tamu itu.

1
Herlina Lina
seru nih lanjut thor
mochamad ribut
up
mochamad ribut
lanjut
mochamad ribut
up
mochamad ribut
lanjut
mochamad ribut
up
mochamad ribut
lanjut
mochamad ribut
up
mochamad ribut
lanjut
mochamad ribut
up
mochamad ribut
lanjut
mochamad ribut
up
mochamad ribut
lanjut
mochamad ribut
up
mochamad ribut
lanjut
mochamad ribut
up
mochamad ribut
lanjut
mochamad ribut
up
mochamad ribut
lanjut
mochamad ribut
up
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!