NovelToon NovelToon
Rahasia Di Balik Cinta Terlarang

Rahasia Di Balik Cinta Terlarang

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Duniahiburan / Rumahhantu / Mafia / Cintapertama / Berondong
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: Ulina Simanullang

Di Universitas Harapan Bangsa, cinta tumbuh di antara dua insan dari dunia yang berbeda. Stefanus, pemuda cerdas yang hidup serba kekurangan, menempuh pendidikan berkat beasiswa.Di sisi lain, ada Stefany, gadis cantik dan pintar, putri tunggal Pak Arman, seorang pengusaha kaya yang ternyata menyimpan rahasia kelam Ia adalah bos mafia kejam.Pertemuan sederhana di kampus membawa Stefanus dan Stefany pada perasaan yang tak bisa mereka tolak. Namun, cinta mereka terhalang restu keluarga. Pak Arman menentang hubungan itu, bukan hanya karena perbedaan status sosial,hingga suatu malam, takdir membawa malapetaka. Stefanus tanpa sengaja menyaksikan sendiri aksi brutal Pak Arman dan komplotannya membunuh seorang pengkhianat mafia. Rahasia berdarah itu membuat Stefanus menjadi target pembunuhan.Akhirnya Stefanus meninggal ditangan pak Arman.stelah meninggalnya Stefanus,Stefany bertemu dengan Ceo yang mirip dengan Stefanus namanya Julian.Apakah Julian itu adalah Stefanus?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ulina Simanullang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 9: Pelarian gila gilaan

Stefanus berdiri di balik tumpukan kayu lapuk, napasnya tertahan. Ponselnya yang baru saja ia gunakan untuk mengirim pesan terasa seperti benda terkutuk di tangannya. Ia tidak tahu bahwa sinyal ponsel itu sudah menjadi petunjuk bagi para pengejarnya.

Di kejauhan, suara mobil berhenti. Pintu-pintu mobil terbuka. Lalu terdengar suara Boris, lantang dan penuh ancaman:

“Anak itu ada di sekitar sini. Periksa setiap bangunan. Jangan biarkan dia kabur!”

Suara langkah kaki semakin dekat. Stefanus tahu dia tidak bisa tinggal diam. Ia harus bergerak sekarang juga, atau mati di tempat.

dari tempat persembunyian, menyelinap ke belakang kios tua, lalu berlari secepat mungkin melewati lorong sempit di antara bangunan.

“Hey! Di sana dia!” teriak salah satu anak buah Boris yang melihatnya sekilas.

Sekejap saja, puluhan pria berbaju hitam mengejar.

Stefanus berlari tanpa menoleh ke belakang. Nafasnya terasa seperti terbakar, kakinya pegal, tapi adrenalin memaksanya untuk terus bergerak. Ia memanjat pagar besi, melompati tumpukan peti kayu, dan berlari melewati gang yang hanya muat satu orang.

Tapi para pengejar tidak kalah cepat. Suara langkah mereka semakin keras, seperti kawanan anjing pemburu yang mencium bau darah.

Sementara itu, Pak Arman duduk di kursi belakang mobil mewahnya yang melaju menuju pasar tua.

“Dia ada di sana?” tanyanya dingin.

Boris yang duduk di depan mengangguk. “Anak buah sudah melihatnya. Dia kabur ke arah barat pasar.”

Pak Arman menyandarkan tubuhnya, wajahnya tenang tapi mematikan. “Jangan biarkan dia keluar hidup-hidup. Kalau perlu, bakar tempat itu.”

Boris hanya diam. Ia tahu bosnya tidak main-main. Demi menjaga rahasia bisnis gelap mereka, satu nyawa bukanlah harga yang mahal.

Di rumah mewah keluarga Arman, Stefany mondar-mandir di kamarnya. Pesan dari Stefanus yang singkat membuatnya semakin gelisah.

“Aku baik-baik saja. Jangan khawatir. Aku akan jelaskan nanti.”

Kalimat itu justru membuat pikirannya dipenuhi pertanyaan. Masalah apa yang sedang dihadapi Stefanus? Mengapa dia seperti orang yang sedang dikejar-kejar?

Stefany tidak tahu bahwa ayahnya sendiri sedang memimpin perburuan besar-besaran terhadap pacarnya.

Ia mencoba menelepon lagi, tapi ponsel Stefanus sudah mati.

Stefanus berhasil keluar dari lorong sempit dan tiba di halaman belakang pasar tua. Di depannya ada dinding setinggi dua meter. Ia mencoba memanjat, tapi suara langkah kaki di belakangnya semakin dekat.

“Berhenti! Kau tidak bisa lari lagi!” suara salah satu pengejar terdengar jelas.

Stefanus memanjat dinding itu dengan sisa tenaga yang ia miliki. Di belakangnya, dua pria berbaju hitam mendekat, salah satunya mengayunkan tongkat besi.

Brak! Tongkat itu menghantam dinding tepat di sebelah kaki Stefanus. Nyaris mengenai dirinya.

Dengan susah payah, Stefanus berhasil memanjat dan melompat ke sisi lain dinding. Ia jatuh terguling, tapi segera bangkit dan berlari lagi.

Boris yang baru tiba di pasar tua memerintahkan anak buahnya mengeluarkan senjata.

“Kalau perlu, tembak kakinya. Jangan biarkan dia kabur!”

Beberapa tembakan meletus, memecah keheningan pagi. Peluru menghantam dinding dan tong sampah, membuat Stefanus semakin panik.

Ia berlari zig-zag, mencoba menghindari tembakan. Jantungnya berdetak seperti genderang perang.

Di salah satu tikungan, ia menemukan pintu kecil yang setengah terbuka. Tanpa pikir panjang, ia masuk ke dalamnya.

Itu adalah gudang kosong yang dipenuhi debu dan jaring laba-laba. Stefanus bersembunyi di balik tumpukan karung, berharap para pengejar tidak melihatnya masuk.

Beberapa menit kemudian, mobil hitam mewah berhenti di depan pasar tua. Pak Arman turun dengan wajah dingin.

“Di mana dia?” tanyanya pada Boris.

“Masih dicari, Bos. Dia sempat terlihat lari ke arah barat.”

Pak Arman menghela napas panjang. “Anak ini benar-benar cari mati.”

Ia menatap sekeliling pasar tua yang kini dipenuhi anak buahnya. Puluhan pria bersenjata menyisir setiap bangunan, memeriksa setiap ruangan, siap menembak jika perlu.

Di dalam gudang kosong, Stefanus menahan napas. Ia mendengar suara langkah kaki di luar pintu.

“Periksa di dalam!” teriak seseorang.

Pintu gudang didorong terbuka. Sinar senter menembus kegelapan, bergerak menyapu dinding dan tumpukan karung.

Stefanus berbaring di tanah, tubuhnya gemetar. Jika mereka bergerak sedikit lebih dekat, ia akan ketahuan.

Namun tiba-tiba suara lain memanggil para pengejar itu dari luar. “Cepat ke sisi timur! Ada jejak di sana!”

Para pengejar berbalik dan keluar dari gudang, meninggalkan Stefanus dalam kegelapan.

Untuk sementara, ia selamat. Tapi ia tahu waktu semakin sempit.

Stefanus sadar ia tidak bisa terus bersembunyi di kota ini. Satu-satunya cara adalah keluar dari kota sebelum mereka menangkapnya.

Namun keluar dari kota tanpa uang dan kendaraan adalah hal yang hampir mustahil. Ia hanya bisa berharap pamannya di pinggiran kota bisa membantunya.

Dengan langkah pelan, ia keluar dari gudang melalui pintu belakang, lalu menyelinap ke jalan kecil yang jarang dilalui orang.

Ia tidak tahu bahwa Boris sudah memerintahkan orang-orangnya untuk memblokir semua jalan keluar kota.

Langit siang sudah mulai berwarna keperakan. Matahari perlahan menanjak, menerangi kota yang sejak subuh dipenuhi ketegangan. Di setiap sudut jalan, di setiap gang sempit, orang-orang bersenjata bayaran Pak Arman bergerak seperti bayangan gelap, mencari satu orang yang kini sudah menjadi buruan nomor satu: Stefanus.

Di pinggiran kota, Stefanus berlari menyusuri jalan setapak menuju rumah pamannya. Nafasnya tersengal-sengal, keringat membasahi wajahnya, tapi ia tidak berhenti. Satu-satunya harapannya hanyalah pamannya—mungkin hanya di sana ia bisa mendapat tempat aman, setidaknya untuk sementara.

Namun bahkan ia tahu, itu hanya harapan rapuh.

Di pasar tua, Pak Arman berdiri di tengah kerumunan anak buahnya, wajahnya semakin gelap.

“Seharian kalian mencari satu anak culun, dan dia masih hidup?” suaranya dingin tapi penuh amarah.

Tak ada yang berani menjawab. Boris hanya menunduk, tahu bosnya sudah berada di ambang kemarahan.

“Blokir semua jalan keluar kota. Pasang orang di terminal, stasiun, bahkan jalur tikus sekalipun. Aku tidak peduli berapa banyak uang yang harus dikeluarkan. Anak itu harus hilang dari muka bumi sebelum malam ini!”

Perintah itu meluncur seperti peluru. Sekejap saja, pasukan gelap Pak Arman bergerak ke segala arah, menutup semua jalur keluar kota.

Sementara itu, Stefany duduk di kamarnya, memandangi ponselnya yang tetap sepi. Pesan Stefanus semalam masih tertera di layar:

“Aku baik-baik saja. Jangan khawatir. Aku akan jelaskan nanti.”

Tapi hingga siang ini, tak ada kabar lanjutan. Ponselnya bahkan tidak aktif lagi.

“Stefanus, sebenarnya ada apa denganmu?” gumam Stefany, wajahnya penuh kecemasan.

Ia tidak tahu bahwa ayahnya sendiri adalah dalang dari semua kekacauan ini. Baginya, ayahnya hanyalah pengusaha kaya yang keras tapi penyayang. Ia tidak tahu sisi gelap yang disembunyikan lelaki itu selama bertahun-tahun.

1
Ida Bolon Ida Borsimbolon
mantap,Tetap semangat berkarya💪☺️
argen tambunan
istriku jenius bgt lah♥️♥️
argen tambunan
mantap
Risno Simanullang
mkasi kk
Aiko
Gila keren!
Lourdes zabala
Ngangenin ceritanya!
Risno Simanullang: mkasi kk
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!