 
                            Namanya adalah Ye Lin. Selain Ketua Pembunuh Bayaran dia juga dikenal sebagai Kaisar Pedang Tak Terkalahkan. Dalam ratusan pertarungan yang telah dilalui dia lebih banyak menang dan tak pernah sekalipun menderita kekalahan. 
Namanya begitu disegani, pedangnya sangat dihormati. Namun pria yang terkenal kejam dan tak berperasaan itu pada akhirnya tewas saat berusaha menolong seorang anak muda. 
Dia merasa hidup sangat tidak adil sampai jiwanya malah terjebak ditubuh anak muda yang diselamatkannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sayap perak, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ch - 21 : Antara Ayah dan Anak
"Salam sudah diberikan. Jika tidak ada hal lain, tolong segera tinggalkan ruangan karena sudah waktunya Minghua untuk tidur."
Ketika bicara Ye Lin tidak memiliki keraguan. Dia menunjuk ke pintu sementara dirinya kembali duduk di samping Minghua yang masih sangat pendiam.
"..."
Di momen ini, Ye Xinghan benar-benar berniat pergi, tetapi Wu Yuan yang sebenarnya tidak berniat ikut campur pada akhirnya tidak bisa menahan diri. Dia mulai membuka mulutnya, membela Ye Xinghan.
"Tuan Muda, tolong bersikap lebih sopan. Tuan Besar hanya ingin bertemu dengan Anda. Tuan Besar selalu memikirkan Anda dan selalu mengkhawatirkan Anda."
Ye Lin sampai tertawa dalam hati ketika mendengar ucapan tersebut. Wajahnya masih tenang, tetapi sulit menyembunyikan pandangan sinis yang tersirat di matanya.
"Jika begitu, terimakasih atas kepeduliannya. Kami kakak beradik sangat bersyukur," ucapnya.
Siapapun yang mendengar pasti akan mengerti maksud ucapan tersebut. Tak terkecuali Ye Xinghan dan Wu Yuan. Namun berbeda dengan Ye Xinghan yang hanya diam, Wu Yuan seperti tidak puas dan ingin membuatnya lebih jelas.
"Tuan Muda, sepertinya Anda memiliki beberapa kesalahpahaman terhadap Tuan Besar. Tuan Besar tidak pernah tidak peduli dengan Tuan Muda ataupun Nona Minghua. Tuan Besar ...."
Ye Lin berdecak pelan. "Ya, siapapun dapat melihatnya. Saking besar kepeduliannya hingga tidak tahu anaknya mati di tangan istrinya."
"..."
Kedua alis Wu Yuan hampir menyatu dengan ekspresi yang rumit. Telinganya seperti mendengar Ye Lin berkata, 'tidak tahu anaknya mati', tapi anak siapa? Wu Yuan tidak mendengarnya dengan baik karena Ye Lin hanya bergumam sangat pelan.
Pada akhirnya, Wu Yuan hanya bisa pura-pura tidak mendengarnya dan mengikuti Ye Xinghan yang tidak ingin menciptakan ketegangan lebih besar.
"Kalian sudah enam bulan tidak bertemu. Pasti sangat rindu, Ayah tidak akan mengganggu lebih lama."
Bersama dengan kalimat tersebut punggung Ye Xinghan lenyap di balik pintu. Sekarang, di ruangan itu hanya ada dua kakak beradik, Ye Lin dan Ye Minghua.
Ye Minghua perlahan mengulurkan tangan meraih tangan Ye Lin. Matanya yang besar nan indah mengerjap menatap wajah sang kakak dengan polos.
"Apa Kakak akan pergi?" tanyanya, dengan suara yang sangat lirih.
Meski tak mengatakan secara langsung Ye Lin mengetahui jika gadis kecil itu ingin ditemani lebih lama. Dia pun mengambil segelas air, lalu memintanya mencuci mulutnya sebelum menata tempat tidur.
"Tidurlah, Kakak tidak akan pergi ke manapun," ucap Ye Lin.
Ye Minghua langsung berbaring dengan patuh. Dia mulai memejamkan mata, tetapi dalam kondisi tersebut tangannya masih menggenggam tangan Ye Lin seolah takut sang kakak akan meninggalkannya.
Bahkan, untuk menjangkau lilin yang ada di samping sekalipun Ye Lin kesulitan hingga harus menggunakan energi spiritual untuk memadamkannya.
Dia menghembuskan nafas, mengelus tangan Ye Minghua sembari menatap wajahnya yang terlelap dalam tidurnya.
___
Sementara itu di kediaman utama, Ye Xinghan yang telah kembali sekarang memanggil Huang Mei agar menghadap kepadanya.
Gadis berkuncir kuda itu datang dengan ekspresi wajah yang tak bisa dijelaskan. Perasaannya campur aduk antara gugup dan takut. Namun sebagai seorang bawahan dia tak mungkin menolak panggilan tersebut dan hanya bisa mempersiapkan diri sambil berusaha menyiapkan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang mungkin diajukan.
"Huang Mei memberi salam pada Tuan Besar."
Mendengar suara ini Ye Xinghan membuka matanya lalu mengangguk sekali sebelum mengangkat tangannya sebagai isyarat.
"Tak perlu sungkan. Aku hanya ingin tahu, selama enam bulan di akademi, apa telah terjadi sesuatu terhadap Tuan Muda?"
Awalnya Huang Mei lebih santai setelah melihat ekspresi Ye Xinghan. Namun begitu mendengar kata-katanya, segera wajah gadis itu dengan cepat kehilangan rona merahnya.
"..."
Dia membuka mulutnya tetapi tidak ada suara yang keluar. Telapak tangannya mulai berkeringat, sementara tenggorokan benar-benar terasa kering kerontang.
"..."
Di sisi lain, Ye Xinghan dan Wu Yuan dapat melihat sikap Huang Mei yang aneh. Merasa curiga, mereka mulai mendesak Huang Mei agar menceritakan semua yang menggangu pikirannya.
"Katakan. Tuan Besar hanya ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi di akademi selama enam bulan berada di sana," jelas Wu Yuan.
Meskipun terdengar sepele tetapi jelas hal ini membuat jantung Huang Mei berdegup kencang. Dia mengambil nafas panjang sebelum secara bertahap mengumpulkan keberanian dan menceritakan tentang kelompok pembunuh yang datang untuk mengincar nyawa Ye Lin.
Tentu saja, dia tak lupa untuk cerita jika Ye Lin juga hampir tak selamat karena kejadian tersebut.
"..."
Nafas Ye Xinghan tercekat. Mimik wajahnya tak bisa dikendalikan, sementara tangannya terkepal memukul pegangan kursi di sampingnya.
"Jadi begitu, ... Sekarang aku mengerti kenapa sikapnya tiba-tiba sangat berbeda."
menantu dewa roh gmn ga berlanjut ksh