Kekasihku Ayah Sahabatku

Hari ini aku sengaja mengatur pertemuanku dengan Beby, aku ingin membahas perihal perjodohan konyol antara ia dan mantan istrinya itu. Ia menjemputku di rumahku, kali ini aku mulai ingin sedikit demi sedikit terbuka dengan ibu. Ibu masih mengira Anita selalu ikut menjemputku, aku pun memang belum sejujurnya mengatakan bahwa Anita tidak ikut menjemput, hanya ada ayahnya di dalam mobil. Kami sepakat untuk tidak pergi ke apartemen Beby kali ini, kami memilih hotel yang cukup jauh bahkan berbeda kota dengan tempat tinggal kami.

Setelah sampai di hotel yang sengaja kami pesan secara online, kami langsung masuk ke dalam kamar lalu memesan banyak makanan, kebetulan kami memang belum makan siang. Sore nanti aku dan Beby berencana akan ke mall sebentar untuk membeli beberapa pakaian untuk acara menginap kami serta beberapa pakaian dan gaun untuk acara perjodohan konyol yang disiapkan Anita itu.

"Lia, kamu sudah siap? Kita harus segera pergi, aku paling tidak suka kalau mall terlalu ramai pengunjung." Beby meneriakkanku yang masih bersiap di dalam toilet. Ya, Beby memang tidak suka keramaian, bukan karena kami sedang sembunyi-sembunyi tapi memang dia hanya tidak suka berada di tempat yang terlalu banyak orang.

"Sebentar." Dan lima menit setelah ku katakan 'sebentar' aku pun keluar menemuinya.

"Hah?! Kamu pakai rok mini itu lagi?" Ucapnya nampak kecewa melihatku memakai rok mini.

"Ya, aku suka pakai ini. Ku pikir sayang kalau tidak di pakai. Awalnya ngga nyaman, tapi ternyata kalau sudah terbiasa nyaman juga." Ucapku santai.

"Terbiasa? Memang selama ini kamu pakai rok ini? Aku kan sudah bilang tidak suka kamu pakai rok itu dan aku sudah belikan kamu baju supaya kamu ngga pakai rok itu lagi." Ia masih menatapku dengan rok mini, tatapannya seolah membujukku untuk menggantinya.

Semenjak pertemuanku dengan mantan istrinya tempo hari, aku selalu merasa ada hal yang harus menjadi ciri khas diriku, seperti tante Ira, mantan istri Beby yang punya ciri khas dalam berpakaian dan berpenampilan. Tante Ira selalu memakai pakaian dengan jenis bahan yang jatuh atau lembut dan tipis serta selalu longgar dikenakannya. Ia pun selalu memakai semua perhiasan mewahnya, serta rambut yang selalu di tata seperti sehabis dari salon. Kuku-kuku jarinya juga cantik, selalu berganti warna dan mengkilap. Pokoknya aku ingin tampil jauh lebih menarik dari tante Ira, aku harus punya ciri khasku sendiri dalam berpenampilan.

"Ayo kita harus segera berangkat, banyak hal yang mau aku beli." Aku lalu menggandengnya dan menariknya berjalan keluar kamar.

Pertama-tama kami mampir ke toko parfum, aku ingin membeli parfum mewah dengan wangi bunga-bungaan dan manis kesukaanku. Aku ingin siapapun yang mencium aromanya langsung teringat pada diriku. Tak lupa aku pun membeli beberapa kosmetik serta sepaket perawatan ajah agar aku nampak lebih bercahaya saat menghadiri undangan perjodohan konyol itu. Aku lalu mampir ke toko pakaian dan tas serta tak lupa sepatu untuk menunjang penampilanku, aku harus tampil lebih menarik dan menawan.

Semua barang yang kubeli tentu saja tidak keluar dari kantongku sendiri, Beby membayar semuanya untukku. Dan nampaknya ia sama sekali tidak keberatan, bahkan ia mengajakku ke toko perhiasan tanpa ku minta. Ia membelikanku sepasang anting permata berwarna biru sapphire kesukaanku. Warna permatanya sama dengan cincin permata yang pernah ia berikan padaku. Entah mengapa semenjak pertemuanku dengan tante Ira membuatku berpikir aku harus memanfaatkan keberadaan Beby dengan sebaik-baiknya dalam hidupku. Bukan bermaksud 'matre' hanya saja aku merasa selama ini aku tak pernah banyak meminta atau pun menuntut selain perhatian dan kasih sayang darinya. Ia pun nampak senang saat aku meminta ini itu darinya, wajahnya antusias setiap kali aku bertanya, "yang mana yang lebih bagus?"

"Semua cantik kalau kamu yang pakai." Ia mengatakannya saat aku memintanya memilih gaun mana yang bagus saat aku kenakan di acara perjodohan konyolnya nanti.

"Sebenarnya aku ngga perlu beli gaun ini kalau kamu menolak datang ke acara itu." Jawabku dengan bibir mengerucut.

"Anggap saja aku hanya datang karena Anita mengundangku ke acara ulang tahun mamahnya, bukan datang ke acara perjodohan itu. Lagi pula mereka juga ngga tahu kalau aku sudah tahu soal acara jodoh-jodohan itu kan?! Ayolah cantik, jangan ngambek ya sayang." Ia lalu mengecup dahiku dan memelukku.

Iya sih, memang sebetulnya acara perjodohan konyol itu seharusnya di rahasiakan dari Beby, tapi aku tak akan membiarkan rencana mereka berhasil, tentu saja. Setelah lelah berbelanja dan menenteng banyak sekali tas belanja, akhirnya kami pulang ke hotel. Entah berapa banyak uang yang sudah Beby keluarkan untuk membeli semua barang-barang mewah ini. Tapi tenang saja, karena aku akan membalas kebaikannya dengan sesuatu yang membuatnya tak ingin mengakhiri malam ini bersamaku.

Aku banyak membaca dan menonton tips dari internet tentang hal satu ini, hingga malam ini aku mempraktekkannya dan berhasil. Ya, teknik oral yang ku pelajari sendiri berhasil membuat pria yang tidak terlalu banyak bicara serta berwibawa ini kini berada dalam kendaliku dan terus meracau serta medesis. Ia sudah mencetak 'gol' nya dan nampak puas dengan hasil kerjaku. Lalu bergantian ia yang akan bekerja untuk membuatku mencetak 'gol' pertamaku.

"Kamu beneran mau datang?" Aku memastikan lagi apakah ia akan berubah pikiran.

"Iya cantik. Anita pasti sangat menantikan aku untuk datang." Ia kemudian menarik selimut dan menenggelamkan tubuh kami di dalam selimut. Tubuhnya sangat dingin setelah mandi, aku pun memeluknya agar ia merasa lebih hangat.

"Apa kamu mau menikah lagi dengannya, lalu meninggalkan aku?" Mendadak pertanyaan itu menggelitikku.

"Ngga. Aku ngga napsu dengan wanita tua itu, Lia. Dia bukan lagi seleraku, aku sudah lama move on darinya." Beby nampak malas sekali menjawabnya.

"Tapi hati manusia bisa berubah kapan aja kan?!" Ucapku dengan perasaan insecure. Meskipun sudah berumur, tante Ira tidak bisa dianggap enteng. Penampilannya yang terawat membuatnya masih nampak muda.

"Aku hanya memikirkan kita. Aku sedang cari cara agar aku bisa memberitahu Anita dan ibumu tentang hubungan kita." Ia melepaskan pelukanku lalu menatap wajahku yang sedang cemberut.

"Bagaimana kalau kita umumkan besok saat acara itu?" Ide gila itu tiba-tiba saja muncul dikepalaku.

"Aku setuju, tapi sebaiknya kita beritahu ibumu dahulu. Kita masih punya waktu dua minggu sampai acara konyol itu tiba." Beby nampak serius mengucapkannya, tapi jujur saja di dalam hatiku masih terbesit rasa bahwa itu hanya untuk menenangkanku saja.

Apapun yang terjadi nanti, sebenarnya aku sudah punya rencana sendiri yang tidak aku beritahukan pada Beby ataupun Rendy. Meskipun aku sendiri belum yakin dengan rencanaku itu.