Menjadi Kaya

Tanti mengulas sebuah senyum pada Rini " kamu tahu kok orangnya !"

" aku tahu dia ?" Rini menunjuk dirinya sendiri.

" ya ... kamu tahu , Dia Brian !" Tanti tidak menutup - nutupinya.

" Bri.. Brian.. Maksudmu Brian ..?"Rini bertanya penasaran.

" ya.. dia mantan Sindi !" Tanti berkata dengan jujur.

Rini terlonjak kaget " Astaga.. Tanti kamu serius, terus bagaimana dengan Sindi, bukankah kamu tahu kalau dia masih mencintai Brian !"

Tanti tersenyum kecut " kamu tahu sendiri kan , Sindi sudah bertunangan, lagi pula dia sudah meninggalkan Brian satu tahun, dan Brian sudah memutuskan hubungan mereka !"

Rini tidak tahu harus tertawa atau menangis, dia tidak menyangka jika kisah cinta sahabatnya akan seperti ini.

Rini kembali bertanya " tapi acara kemarin begitu mewah, apa keluarga kamu yang mengaturnya ?!"

Tanti menggeleng " itu semua Brian yang mau mengatur !, coba kamu cek perusahaan Axel Capital ,siapa pemiliknya ?!"

Tanti tidak mau menjelaskan pada Rini, karena dia tahu kalau sahabatnya akan terus memberondong berbagai pertanyaan.

setelah Rini gogling mencari siapa pemilik Axel Capital, seperti yang di perintahkan Tanti.

Mata Rini membelalak " Axel Brian Ini...?" Rini melirik Tanti.

Tanti tersenyum pada sahabatnya " ya itu dia.. aku juga baru tahu saat di acara pertunangan kami, dia menyembunyikan identitasnya selama ini !".

Rini menganga mendengar ucapan Tanti, dia tahu benar siapa Brian ,karena diantara Rini dan Tanti, Rini lah yang selalu mendengarkan curhatan Sindi tentang Brian.

dia tidak menyangka jika Brian adalah pemilik Axel Capital, Rini bertanya - tanya pada dirinya sendiri.

beberapa hari Berlalu ,Brian sedang duduk di sofa ruangan Martin, Brian sedang membahas mega proyek yang akan dia buat.

" Martin apakah tanah yang aku minta di kalimantan sudah kamu urus ?!" Brian bertanya dengan serius.

" semuanya sudah beres , Aku juga sudah menghubungi orang yang akan memegang mega proyek kita !" Martin menjawab dengan mantap.

Brian kembali bertanya " apakah orang itu dapat di percaya ?, aku paling benci dengan orang yang licik !".

Mertin mengulas sebuah senyum " kamu tenang saja , dia sama seperti aku yang percaya pada kamu, aku pastikan dia tidak akan berhianat !"

Brian mengangguk " Bagus .. segere selesaikan semuanya, dan mulai pembanguna Axel island !"

Martin mengiyakan ucapan Brian, Mega proyek Axel island akan menjadi proyek terbesar di indonesia , Brian menyiapkan dana sekitar 5 triliun untuk membangun sebuah kota moderen yang ramah lingkungan.

Tanah yang akan di gunakan sekitar 500 hektar, Brian ingin membangun Gedung pencakar langit, sarana olahraga, taman hingga hutan kecil untuk menjadi area penghijauan Axel island.

setelah berbincang - bincang dengan Martin , Brian menemui tunangannya ,

Di kafe Santai tempat biasa mereka nongkrong.

Brian masuk ke kafe tersebut, dia menghampiri Tanti yang sudah menunggunya " maaf ..aku terlambat sayang ".

Tanti menggeleng " aku juga baru sampai !"

" kamu mau pesan apa ?" Brian bertanya.

" seperti biasa saja sayang !" Tanti menjawab dengan seulas senyum.

beberapa menit kemudian hidangan tiba, mereka menikmatinya sambil sesekali bercanda.

tiba - tiba seseorang datang " maaf aku telat !"

Brian mendingakan kepalanya " Sindi kamu..?"

sebelum Brian selesai berkata Tanti berbicara " aku yang menyuruh Sindi kemari sayang, Sindi duduklah !"

Sindi sebenarnya juga bingung kenapa Tanti mengajaknya ketemuan, dia tambah bingung saat melihat Brian juga ada di situ .

Tanti menghela napas " aku langsung saja, maksud aku menyuruh Sindi datang kemari, aku ingin Sindi juga menjadi istri kamu sayang !"

Brian yang dari tadi sedang asyik minum dua tersedak " uhuk .. uhuk. !"

" sayang kamu tidak apa - apa ?" Tanti mengusap usap punggung Rian.

Rian mengangkat tangannya " Maksud kamu tadi berbicara seperti itu apa sayang ?"

Tanti kembali menghela napas " sayang.. aku tahu kamu masih mencintai Sindi, Sindi pun demikian, aku hanya ingin kamu bahagia, walupun harus berbagi aku rela, Sindi kamu mau kan ?"

Sindi bingung dengan pertanyaan mendadak tersebut, dia tidak tahu harus menjab apa, di satu sisi ucapan Tanti benar, di sisi lain dia takut Brian menolaknya , Sindi hanya bisa diam terpaku .

Brian membuka mulutnya " kalau aku tidak setuju ?!"

Tanti tersenyum " jika kamu tidak menikahi Sindi , aku juga tidak akan menikah denganmu !"

Sindi buru - buru buka suara " Tan.. kamu tidak perlu melakukan ini, aku tidak layak untuk Brian !"

Tanti kemudian tangan kanannya menggenggam tangan Sindi ,lalu tangan kirinya menggenggam tangan Brian dia menyatukan dengan tangannya.

lalu Tanti berkata " Sindi kamu paling tahu tentang Brian, dan kamu sayang paling tahu tentang Sindi, aku yakin kita bertiga bisa hidup berdampingan."

Brian Tidak tahu harus berbuat apa, suasana menjadi canggung , dia takut salah mengucapkan sesuatu.

Sindi dengan malu - malu berkata " a..aku sebenarnya memang ingin bersama kamu lagi Brian , tapi.. aku sudah bertunangan !"

Tanti menyeringai " kalau cuma itu masalahnya mudah saja , Siapa sih yang berani menyinggung Bos Axel Capital perysahaan terbesar di jawa, iya kan sayang !" Tanti menaik turunkan alisnya.

mendengar ucapan Tanti, Brian tidak tahu harus tertawa atau menangis, baru kali ini dia akan melakukan sesuatu dengan kekuasaannya.

Rian tersenyum kecut ,dia menjawab " terserah kalian sajalah, tapi maaf Sindi aku masih butuh waktu untuk menerimamu kembali !"

Sindi merasa beban di hatinya terangkat, dia merasa bahagia, walaupun Brian bilang masih butuh waktu ,setidaknya ada harapan untuk bersama lagi dengannya.

Tanti tertawa ,dia menggoda Sindi " hei.. walaupun kamu bahagia, jangan lupakan aku, yang akan menjadi saudarimu !"

Sindi dan Tanti berpelukan , mereka tersenyum bersama, Brian yang menyaksikan itu hanya menghela napas kasar.

Setelah beberapa saat mereka pulang, Sindi yang tadi naik taksi online di antar Brian dan Tanti sampai depan gerbang.

saat memasuki Rumah Sindi tersenyum - senyum sendiri , dia sangat senang jika Brian akan menjadi suaminya.

" apa kamu sudah gila Sindi , cengar - cengir sendiri !" Renaldi menegur Sindi saat melewati ruang tamu.

Sindi yang biasanya tidak menanggapi ucapan Renaldi ,dia langsung memeluknya dan mencium pipi ayahnya.

Renaldi kebingungan " astaga.. Sindi kamu benar - benar sudah tidak waras !".

Mulyani dari dalam buru - buru keluar saat mendengar suaminya berteriak " ada apa ini ayah, kenap kamu berteriak ?!"

Renaldi mendorong Sindi menjauh " lihat anakmu sudah gila, di cengegesan sendiri dari tadi !"

Mulyani yang sudah tahu watak anaknya, jika dia sedang senang ataupun sedih , dia langsung menarik Sindi duduk.

Mulyani kemudian bertanya " Kamu sepertinya sedang berbahagia, apa kamu tidak mau membagi kebahagianmu dengan orang tuamu Nak ?!"

Renaldi mengerutkan keningnya , dia bertanya - tanya apakah istrinya juga gila, jika iya dia juga mungkin akan iktu gila, Renaldi menggelengkan kepalanya dan menatap anak dan istrinya.

Sindi tersenyum lebar, dia menggenggam kedua tangan ibunya " Brian mau menjadikan aku istri keduanya bu !"

Mulyani terlonjak kaget ,begitupun Renaldi, mereka kompak berteriak " Apaaa!!!"