NovelToon NovelToon
Gendhis

Gendhis

Status: tamat
Genre:Ibu Pengganti / Keluarga / Persahabatan / Ibu Tiri / Kontras Takdir / Chicklit / Tamat
Popularitas:546.9k
Nilai: 4.9
Nama Author: Sebutir Debu

“Jangan dulu makan! Cuci piring dan sapu halaman belakang, baru makan!” Bentak Bunda.

Bentakan, hardikan dan cacian sudah kenyang aku terima setiap hari. Perlakuan tak adil dari dua saudara tiri ku pun sering aku dapatkan. Aku hanya bisa pasrah, hanya ada satu kekuatan untuk ku masih bertahan tinggal dengan ibu tiri ku, semua karena demi ibu ku!

Ya, ibu yang mengalami Gangguan Jiwa sehingga harus di rawat dirumah. Maka aku hanya bisa bersabar menerima semua kondisi ini. Kemana akan berlari sedangkan ibu ku butuh di rawat, namun setiap hari perlakuan ibu tiri pada ibu membuat aku tak dapat menerimanya. Puncaknya saat aku mengutarakan pada ayah ku jika aku ingin kuliah.

“Tidak! Anak perempuan untuk apa kuliah! Kamu hanya akan di dapur! Buang-buang biaya!” Tolak ibu tiri ku dengan keras. Ayah pun hanya mengikuti keinginan istri mudanya.

‘Aku harus menjadi perempuan kuat dan aku harus bisa merubah takdir ku!’ Tekad ku sudah bulat, aku akan merubah takdirku.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sebutir Debu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 29 Petuah Menantu Bramantyo

Kisah spiritual yang menjadi vitamin untuk batin ku dimulai di Bandara Internasional King Abdulaziz di Jeddah, Saudi Arabia. Para jamaah umroh rombongan kami tiba dengan penuh semangat dan rasa syukur. Bandara ini adalah gerbang utama bagi mereka yang datang untuk menunaikan ibadah umroh, dan suasana yang terasa begitu khusyuk dan penuh harapan.

Setelah melewati proses imigrasi dan pengambilan bagasi, kami bergerak menuju bus yang telah disediakan untuk mengantar mereka menuju hotel. Perjalanan dari bandara ke hotel memberikan pemandangan pertama mereka tentang kota suci Jeddah. Kedua netra ku memandang takjub pemandangan dari balik kaca bus. Gedung-gedung modern, kawasan perdagangan yang sibuk, dan panorama kota yang berkilauan memberikan kesan yang berbeda dari apa yang mungkin sudah mereka bayangkan sebelumnya.

Sesampainya di hotel, suasana kelelahan akibat perjalanan panjang berpadu dengan antusiasme menjalankan ibadah umroh. Para jamaah dengan sabar menunggu giliran mereka untuk mendapatkan kamar di hotel. Proses ini kadang-kadang memerlukan waktu, mengingat tingginya jumlah jamaah yang datang.

Namun, dalam keterbatasan waktu ini, mereka mengisi waktu dengan berdzikir, berdoa, dan bersilaturahmi dengan sesama jamaah. Kondisi ini juga memberikan kesempatan bagi mereka untuk merenung, memperdalam koneksi spiritual mereka, dan memfokuskan diri pada tujuan sejati dari perjalanan umroh yaitu mendekatkan diri kepada Allah.

Akhirnya, ketika kamar-kamar hotel sudah siap, kami mendapatkan tempat untuk beristirahat dan memulai persiapan fisik dan mental untuk ibadah umroh yang akan segera dimulai. Meskipun menunggu kamar dalam kondisi kelelahan, momen ini segera menjadi berharga, karena setiap detik yang dihabiskan di tanah suci adalah bagian dari perjalanan spiritual yang luar biasa.

Kami kedatangan tamu di kamar kami, siapa lagi jika bukan Umi Arumi dan Umi Nur. Yang aku tahu mereka adalah ipar. Tapi yang aku aneh, perempuan yang bernama Nur itu tampak tak mengenakan cadar sedangkan iparnya menggunakan cadar. Aku pikir dulu cadar itu radikal, tapi pada Umi Arumi tak aku temukan kesan tersebut. Mungkin ini yang dikatakan oknum, karena tidak semua yang bercadar itu radikal. Pipi yang lembut dan bercahaya seperti mekar bunga yang memancarkan keindahan alami. Aku bisa memastikan jika Umi Arumi ini lebih cantik lagi saat seusia ku, sudah memiliki anak bujang saja ia masih begitu cantik. Gigi putih ratanya menunjukkan senyum yang begitu mempesona mata, aku jadi mengerti kini kenapa Kak Gaffi begitu menarik mata kaum hawa karena ibunya begitu mempesona.

“Jadi katanya saja saya ini sholehah Des,” Ucap Umi Arumi. Ia tampak mengusap kepala Talita saat gadis kecil Uni Desi menyalaminya. Aku duduk di dekat Uni Desi. Ternyata Uni Desi memang meminta waktu khusus pada dua orang yang merupakan teman bisnis emas Uni Desi.

“Tapi Umi, sulit rasanya untuk bertahan dengan suami saya. Bagaimana mau bertahan, dia begitu egois.” Ucap Uni Desi yang sudah berair di sudut matanya.

Umi Arumi mengusap lengan Uni Desi.

“Des, pernikahan itu seperti kita minum obat. Semua sudah sesuai dosisnya, maka dosis tersebut harus kita habiskan agar antibody kita kebal terhadap virus atau bakteri yang akan kembali menyerang. Nah kita ini kadang lebih suka minum obat yang ga pahit, mana mau sembuh.. lebih suka berhenti ketika dosis belum dihabiskan semua karena merasa sudah baikan. Itu saya tahu dari adik saya yang dokter, dia akan ngomel jika kami tidak menghabiskan obat yang telah diresepkan karena merasa lebih baik.” Ucap Umi Arumi yang menatap Uni Desi penuh kasih sayang.

“Umi suaminya sholeh,” Ucap Uni Desi cepat. Perempuan itu setengah tertawa bahkan perempuan yang duduk di sisi ku Umi Nur juga menyunggingkan senyumnya mendengar komentar Uni Desi.

“Saya, Umi Nur… sudah meminum pil kami sampai habis untuk mendapatkan kesehatan dalam rumah tangga kami, coba mantapkan hati mu selama disini mohon ampunan pada Allah. Mungkin selama ini kamu terlalu fokus dengan suami kamu yang buruk sifatnya, terlalu fokus dengan bisnis mu, terlalu fokus pada apa yang sudah kamu berikan pada suami dan ibu atau orang tuany.” Ucap Umi ARumi. Aku betul-betul menyimak obrolan ini, bagi ku kapan lagi bisa duduk di hadapan perempuan yang dimana mereka itu dikenal sholelah bukan karena mertua atau orang tua mereka, tapi karena mereka sendiri mau istikomah mengaji.

“Jadi maksudnya begini Des, kami sering melihat relasi bisnis kita di investasi untuk masa depan itu sering sekali hanya fokus pada tujuan dunia, shadakoh untuk dunia, baca wirid untuk dunia, pokoknya melakukan kebaikan apapun untuk dunia, memang bukan maqom kita manusia biasa yang bukan ulama untuk itu, tapi Allah berhak merasa cemburu pada siapa saja hamba yang ia inginkan bukan hanya ulama.” Imbuh Umi Nur. Aku mencerna pribahasa mereka. Cukup sulit ternyata memahami obrolan dengan orang berilmu.

“Allah mungkin cemburu pada kamu yang terllau sayang pada suami, anak, harta. Coba sudah berapa kali kami ajak kamu untuk umroh atau haji. Tapi alasan kamu selalu ada saja. Dan masalah ini, kamu baru mau memenuhi panggilan Allah. BErarti selama ini Allah rindu sama kamu Des, rindu nih sama suara tangisan kamu, rindu suara dzikir kamu, shalawat kamu, ibarat kata ibu… kamu sedang di sentil sedikit biar ingat jangan main terus… pulang dong Desi… pulang… coba rasakan selama kamu akan bercerai, nikmat ga shalat kamu? Dzikir kamu?” tanya Umi Arumi.

Uni Desi terisak dan mengelap mata juga hidungnya, ia menangis dan berkali-kali mengangguk.

“Fokus meraih ampunan Allah, cukup ikuti takdir Allah. Maunya apa nih Allah, mungkin selama ini suami selingkuh itu cara Allah minta kamu lebih dekat dengan Nya, tapi nnyatanya belum juga berhasil. Jadi kita harus positif thinking, khusnudzon sama Allah. TErmasuk hal buruk yang menimpa kita, bukaan Allah ga sayang. Kalau Allah sudah ga sayang sama kamu… kecil banget kalau Cuma untuk urusan ambil semuanya, nyatanya kamu masih bisa umroh ini adalah satu rahmatnya Allah.” Ucap Umi Arumi dengan matanya yang coklat kini sedikit merah menahan air mata. Kini aku tahu, bahwa saat ini Allah ingin Uni Desi mendekat pada Allah. Seketika aku mengingat diriku, aku flashback beberapa tahun terakhir. Aku pun bertubi-tubi mendapatkan cobaan dan puncaknya semakin aku mendekat pada Allah, semakin ku perbaiki ibadah ku. Seberat apapun masalah ku, Allah selalu berikan solusinya.

“Satu lagi, coba kamu kurangi waktu mu sekedar untu memuaskan dunia sosialita mu. Ku lihat kamu jarang bersama anak mu selama ini. KAmu lebih sibuk gym sana, gym sini, arisan sana, arisan sini. Kamu juga jarang membawa buah hati mu.” Ucap Umi Arumi lagi. Satu usapan diberikan oleh Umi Arumi pada Uni Desi salah satu jejaringnya dalam bisnis investasi emas.

“Tapi saya menyiapkan dia pengasuh Mi,” Jawab Uni Desi lagi.

"Desi, sesibuk apapun kita. Ada yang tak bisa kita delegasikan pada orang lain selain melayani suami, ada juga kurikulum pendidikan anak kita. Kamu tahu, Imam Bukhori ? beliau diasuh oleh Ibunya. Imam Ahmad bin Hanbal beliau diasuh Ibunya. Imam Syafi'i beliau pun diasuh Ibunya. Muhammad Al-Fatih diasuh oleh Ibunya. Beliau adalah seorang Penakluk Konstantinopel. Lalu… yang perempuan siapa Nur?” Tanya Arumi pada Umi Nur.

“Al-Hafidz Ibnu Hajar diasuh saudara perempuannya. Ibnu Taimiyyah diasuh neneknya yang bernama Taimiyyah, nama beliau bahkan dinisbatkan pada nama neneknya hingga terkenal. Sehingga tulisan nama beliau harus ditambah huruf Hamzah Washol di depan kata Ibnu ابن تيمية” Ujar Umi Nur.

“Masyaalllah… “ gumam ku, betapa orang-orang hebat tak lepas dari peran penting ibu. TErnyata Wanita adalah pencetak laki-laki kuat. Bahkan saat sebelum kedua perempuan ini meninggalkan kamar kami, Umi Arumi memberikan satu kalimat yang aku sampai catat dalam satu buku ku untuk mencatat saat aku haid.

“Ketika seorang wanita ‘baik’, maka baik pula rumah tangga, masyarakat dan semua.’

Hari ini aku belajar dua hal dari dua menantu Bramantyo yang terdengar syahdu. Pertama bahwa setiap ujian yang datang maka akan berakhir sesuai pada waktunya, Allah mungkin sedang ingin bermesraan dengan hambanya yang terlalu sibuk pada dunia fana. KEdua Setiap perempuan walaupun menikah dengan lelaki tak sholeh, ia tetap bisa melahirkan atau mencetak generasi sholeh dan sholehah asal mau menyempatkan waktu untuk tetap waktu dalam mendidik atau mengasuh anak-anak kita karena itu sudah terbukti dari sejak zaman nabi, ada banyak orang hebat karena diasuh oleh ibunya.

‘Aku masih harus banyak belajar agar bisa melahirkan generasi sholeh dan sholehah. Toh semua punya masa depan cerah asal mau belajar dan bersabar.’ Batin ku seraya bergegas untuk menutup gorden kamar kami.

1
Katherina Ajawaila
keren thour, akhinya mulai ada kemajuan buat gendhis semoga mmnya bisa di msukin k rmh sakit jiwa
Katherina Ajawaila
oithour, yg. baca pasti. pada ngembeng matanya, udh. lah thour sengsaranya 😭
Katherina Ajawaila
sabar Gendhis minta sama yg kuasa biar kamu kuat hingga. berhasil, unjukin sm ayah mi yg tau nya hanya di sugguhon daging basi sm jalang nya , dasar mmg laki2 hanya otak nya daging basi aja, 🤬
Katherina Ajawaila
Sedih amat thour alur ceritanya , perempuan jalang ngk! tau, diri, semangat gendis. pasti kamu akan sukses 😭
Katherina Ajawaila
aku mampir Outhour, ceritanya sedih, amat y
Siti Sopiah
dalam dunia nyata takda mertua macam tu.thor
Siti Sopiah
itu sih perempuan jadi2an
Siti Sopiah
Ya Allah Cika meninggal ?
Siti Sopiah
bagus ndis sekali kali bercanda jgn hanya main air mata.kau membuat air mata readers tumpah ruah ndis
Fajar Ayu Kurniawati
.
Sry Kurnia
Kecewa
Sry Kurnia
Buruk
Hasrie Bakrie
Assalamualaikum mampir ya thor, pasti ceritanya sangat seru.
Dini Mariani s
Buruk
Heri Wibowo
kok nggak dilanjutin lagi ceritanya kak, sudah kangen nih sama Gendis.
💗vanilla💗🎶
tdk bs berkata2 .. duh gendis
💗vanilla💗🎶
br mampir thor .. dan udh nyesekk..tp menarik
Pujierde
Masya Allah
Pujierde
jadi penasaran ada kejadian apa sajakah yv di alami zia ?
Pujierde
jd tambah ilmu mba hehehe semangat ya mba 💪💪
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!