NovelToon NovelToon
Kepepet Cinta Ceo Arogan

Kepepet Cinta Ceo Arogan

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa Fantasi / CEO / Romansa / Fantasi Wanita / Nikah Kontrak / Wanita Karir
Popularitas:4.4k
Nilai: 5
Nama Author: keipouloe

Arash Maulidia, mahasiswi magang semester enam yang ceroboh namun gigih, tidak pernah menyangka hidupnya berubah hanya karena satu tabrakan kecil di area parkir.
Mobil yang ia senggol ternyata milik Devan Adhitama — CEO muda, perfeksionis, dan terkenal dingin hingga ke nadinya.

Alih-alih memecat atau menuntut ganti rugi, Devan menjatuhkan hukuman yang jauh lebih berat:
Arash harus menjadi asisten pribadinya.
Tanpa gaji tambahan. Tanpa pilihan. Tanpa ruang untuk salah.

Hari-hari Arash berubah menjadi ujian mental tanpa henti.
Setiap kesalahan berarti denda waktu, setiap keberhasilan hanya membuka tugas yang lebih mustahil dari sebelumnya.
Devan memperlakukan Arash bukan sebagai manusia, tapi sebagai mesin yang harus bekerja sempurna — bahkan detik napasnya pun harus efisien.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon keipouloe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Benturan pertama

Pukul 07.45.

Arash Maulidia Wiratama sudah berkeringat dingin—bukan karena panas matahari Jakarta yang mulai menyengat, melainkan karena waktu yang terus berlari tanpa ampun.

Layar ponselnya menunjukkan ia hanya punya lima belas menit untuk parkir, naik lift, dan tiba di lantai dua puluh, tempat orientasi magang Adhitama Group akan dimulai.

Nama itu saja sudah cukup membuat jantung Arash berdetak dua kali lebih cepat.

Perusahaan teknologi raksasa itu adalah mimpi bagi hampir semua mahasiswa bisnis di Indonesia.

Dan di puncak hierarkinya berdiri satu nama: Devan Adhitama, CEO muda yang terkenal kejam, perfeksionis, dan nyaris mustahil didekati.

Arash menelan ludah, jemarinya mencengkeram kuat setang motor matic-nya.

“Tolonglah... jangan telat,” gumamnya pelan, nyaris tak terdengar di tengah riuh kendaraan pagi.

Ia memutar gas lebih dalam. Motor itu melaju cepat, menyalip satu per satu mobil di jalanan yang padat.

Otaknya mungkin brilian—mampu memahami laporan keuangan dan algoritma bisnis dalam sekejap—tapi tubuhnya sering kali tidak sejalan dengan kecepatan pikirannya.

Ia ceroboh, impulsif, dan terlalu sering membuat keputusan spontan yang berujung pada bencana kecil.

Dan pagi itu, bencana itu datang dalam bentuk gerbang megah bertuliskan Adhitama Group.

Di tikungan terakhir, pandangan Arash menangkap antrean tiga mobil hitam berjejer menunggu giliran masuk.

Panik mulai merayap di dadanya. Ia menggigit bibir, melirik jam digital di ponsel—waktu terus berjalan.

“Kalau aku telat, aku tamat,” desisnya tegang.

Tanpa berpikir panjang, ia mengambil jalur kiri, mencoba menyalip.

Namun keberaniannya langsung berubah jadi petaka ketika mobil paling depan berhenti mendadak.

Mata Arash membesar.

Refleks, ia menarik tuas rem—terlambat.

DUAK!

Suara benturan logam menggema, membuat seluruh area depan gerbang mendadak hening.

Motor Arash menyerempet bumper belakang sedan hitam mengilap. Tidak keras, tapi cukup untuk meninggalkan goresan yang sangat terlihat.

Arash terpaku. Motornya oleng dan hampir jatuh, sementara napasnya tercekat di tenggorokan.

Ia menatap baret di bodi mobil itu—tipis, tapi jelas. Tak ada alasan, tak ada pembenaran.

“Ya Tuhan…” bisiknya gemetar. “Baru juga hari pertama.”

Pintu belakang mobil terbuka perlahan—nyaris seperti adegan slow motion dalam film.

Dari baliknya muncul sosok pria berjas abu-abu gelap dengan langkah tenang dan aura mengancam.

Devan Adhitama.

Waktu seakan berhenti.

Udara di sekitar Arash menegang.

Devan berjalan mendekat. Posturnya tegap, rambutnya rapi, dan ekspresinya datar—terlalu tenang untuk seseorang yang baru saja mobilnya ditabrak.

Ia berhenti di depan mobil, menatap baret di bumper, lalu mengalihkan pandangan ke motor Arash yang miring, sebelum akhirnya menatap wajah gadis itu.

Sorot matanya tajam, menusuk, dingin.

Satu tatapan saja cukup membuat Arash ingin menghilang ke dalam tanah.

Ketika akhirnya pria itu bicara, suaranya rendah dan dalam, namun memiliki tekanan yang membuat jantung Arash berdetak tak karuan.

“Saya benci keterlambatan.”

Ia melirik jam tangannya, lalu kembali menatap Arash.

“Dan saya benci kekacauan. Hari ini, Nona, kamu berhasil melakukan keduanya... tepat di depan kantor utama saya.”

Arash menunduk cepat, suaranya serak.

“S-saya minta maaf, Pak... Saya Arash Maulidia. Saya akan bertanggung jawab—akan ganti rugi, saya janji.”

Devan melipat tangan di dada. Ekspresinya tak berubah, tapi caranya menatap Arash terasa menilai dari ujung kepala hingga kaki.

Nada suaranya datar, tapi tajam seperti pisau.

“Ganti rugi?”

“Mobil ini seharga lima rumahmu, Nona Maulidia. Uangmu jelas tidak akan cukup. Kamu peserta magang, kan?”

Arash mengangguk cepat.

“I-iya, Pak. Hari ini orientasi magang saya, jadi saya—”

“Bagus.”

Senyum tipis muncul di wajah Devan. Tapi itu bukan senyum yang menenangkan—lebih seperti ancaman yang dibungkus keanggunan.

“Kamu akan diterima magang,” katanya santai. “Tapi bukan sebagai peserta magang biasa. Kamu akan jadi asisten pribadiku, langsung di bawah kendaliku.”

Arash membeku.

“A-asisten pribadi?” ulangnya pelan, antara tak percaya dan lega.

Namun harapan itu langsung hancur saat Devan menambahkan:

“Uang sakumu akan dipotong seratus persen. Semua digunakan untuk memperbaiki mobil ini. Kamu akan bekerja sampai lunas. Dan kalau berani menolak...”

Tatapannya menusuk tajam.

“Saya pastikan kamu bukan cuma kehilangan magang, tapi juga masa depan di industri ini.”

Udara seolah membeku.

Arash ingin bicara, tapi bibirnya kelu. Akhirnya, ia hanya mampu mengangguk lemah.

“S-saya terima, Pak,” ucapnya lirih.

Entah kenapa, sejenak Devan seperti memperhatikan wajahnya lebih lama dari yang perlu—namun ekspresinya tetap sama dinginnya.

“Bagus. Sekarang cari HRD. Katakan kamu asisten pribadiku mulai hari ini. Dan satu hal lagi, Nona Maulidia...”

Suaranya menurun, tapi tekanannya menggigit.

“Kalau kamu membuat kekacauan sekecil apa pun, saya akan pastikan namamu dihapus dari semua database rekrutmen besar di negeri ini.”

Selesai berkata, Devan menyerahkan kunci mobilnya kepada petugas keamanan dan berjalan masuk ke dalam gedung.

Langkahnya tenang, pasti, tanpa menoleh sedikit pun.

Arash hanya bisa menatap punggung pria itu yang menghilang di balik pintu kaca besar.

Tubuhnya terasa ringan—bukan karena lega, melainkan karena syok.

Motornya masih tergeletak miring. Tangannya bergetar saat mencoba menegakkannya.

Pikirannya berputar cepat.

Hari pertama magang.

Tabrakan.

Utang.

Asisten pribadi sang CEO.

“Aku… habis,” desisnya pelan.

Ia menatap gedung kaca menjulang yang berdiri angkuh di hadapannya.

Sejak detik itu, Arash tahu—hidupnya tak akan lagi sama.

Magang yang seharusnya menjadi pengalaman berharga kini berubah menjadi kontrak kerja paksa bersama pria paling menakutkan di dunia korporat.

Namun di balik rasa takut yang menusuk, ada sesuatu yang lain...

rasa penasaran yang halus tapi nyata—tentang tatapan dingin itu, tentang sosok yang baru saja menabrak hidupnya, sama kerasnya seperti ia menabrak mobilnya.

Dan tanpa ia sadari, benturan pagi itu bukan hanya meninggalkan baret di bumper mobil mewah, melainkan juga jejak pertama dari kisah yang akan mengubah segalanya.

1
Reni Anjarwani
doubel up thor
rokhatii: stay tune kak🙏🙏
total 1 replies
Reni Anjarwani
lanjut thor
rokhatii
ditanggung pak ceonya🤣🤣🤣
matchaa_ci
lah kalo gajinya di potong semua gimana arash hidup nanti, untuk bayar kos, makan, bensin pak ceo?
aisssssss
mobil siapa itu kira kira
aisssssss
bagua banget suka ceritanya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!