Saat Aku Dimadu

''Ayolah, kita sudah berteman cukup lama. Jadi aku mohon, bantu aku untuk melindungi menantu ku agar terbebas dari hukumannya. Putri ku sedang mengandung anaknya, jadi aku tidak tega kalau menantu ku harus di kurung di dalam penjara dalam waktu yang cukup lama. 5 tahun, ah... Itu lama sekali. Bisa-bisa cucuku tumbuh tanpa kasih sayang seorang ayah,'' Alex tengah berbicara dengan seorang pria sepantaran dengannya. Saat ini mereka lagi duduk di sebuah rumah yang ada di pinggir kota. Rumah tempat mereka minum serta bersenang-senang dengan barang haram jika mereka lagi stres mengerjakan pekerjaan yang tiada habisnya.

''Sorry Lex, seperti nya untuk kali ini aku tidak bisa membantu kamu. Sulit sekali untuk membebaskan menantu mu itu dari jerat hukum. Aku tidak bisa,'' kata pria dengan perut buncit. Pria itu adalah seorang polisi yang memiliki pangkat cukup tinggi. Dia menepuk-nepuk bahu Alex.

''Kenapa? Kenapa tidak bisa?!'' Alex menatap kesal kepada temannya itu.

''Pokoknya sulit bagi aku untuk menjelaskan nya, Lex,'' pria yang bernama Hans mengatup kedua telapak tangan di depan dada.

''Katakan, berapa uang yang kamu minta, Hans? Akan aku berikan asalkan menantu ku tidak di tangkap,''

Hans menggeleng kecil.

''Maaf. Aku benar-benar tidak bisa, karena pihak yang melaporkan perihal KDRT yang dilakukan oleh menantu mu memiliki dekengan yang lebih tinggi. Dia sudah melaporkan kasus ini keatas hingga sampai ke kepolisian yang memiliki pangkat lebih tingga dari aku. Aku tidak bisa melawan polisi yang pangkatnya lebih tinggi dari aku,'' kata Hans lagi. Setelah itu dia pamit dari hadapan Alex.

Alex mengamuk, dia melempar benda apa saja yang ada dihadapannya.

Dadanya turun naik karena amarah yang menggebu-gebu.

''Argh! Sial! Kenapa semuanya berjalan tak sesuai rencana. Sepertinya aku harus menghubungi Vero, kali ini aku harus minta tolong sama dia, karena aku tahu, Vero memiliki cukup banyak kenalan polisi yang berpangkat tinggi,'' gumam Alex.

Lalu dia mengeluarkan ponselnya dari saku celana, dia mulai melakukan panggilan kepada sang adik.

Dua kali panggilan, Vero langsung mengangkat telepon dari sang kakak.

''Hello, Kak.''

''Ver, kamu di mana sekarang?'' tanya Alex cepat.

''A-aku lagi di rumah, Kak. Di New York,'' ucap Vero berbohong.

''Ada apa, Kak?'' tanya Vero dari seberang sana.

''Dek, bantu Kakak,''

''Bantu apa, Kak?''

''Kakak minta tolong, kamu bantuin Kakak untuk membebaskan suami Winda dari jerat hukum. Kasihan keponakan mu itu, dia sekarang tengah mengandung, tapi suaminya malah bermasalah sama hukum,'' jelas Alex.

''Bermasalah sama hukum? Emang apa yang dia lakukan?'' tanya Vero pura-pura tidak tahu.

''Em... Cerita nya panjang, Dek. Pokoknya suami Winda itu baik orangnya. Dia hanya di fitnah oleh mantan istrinya yang masih belum bisa move on dari nya. Istri pertama Erlang dendam karena Erlang lebih memilih Winda dari pada dia,''

''Oh ya?'' Vero tersenyum kecut mendengar perkataan Alex. Dia tidak habis pikir, ternyata sang kakak pandai juga berbohong. Kini, baru Vero ketahui bagaimana sifat sebenarnya sang kakak. Tapi masih banyak lagi rahasia Alex yang belum terungkap.

''Iya, Ver. Kakak mohon bantu keponakan mu,''

''Bukankah kakak punya kenalan anggota polisi yang cukup banyak? Lantas kenapa suaminya Winda bisa di fitnah sama ... perempuan yang besar di panti? Lemah sekali kalian. Masak sama perempuan seperti itu saja bisa kalah. Hah, aku tidak menyangka ternyata perempuan itu bisa membuat kalian ketar-ketir,'' ucap Vero sengaja memancing emosi sang kakak.

''Sudah, Ver. Kakak tidak mau mendengar omongan mu itu. Wanita itu punya dekengan yang cukup kuat. Sepertinya dia ada main sama anggota polisi yang memiliki pangkat cukup tinggi sehingga dia bisa melakukan semua ini,'' jelas Alex.

Mendengar itu, Vero merasa marah. Dia tidak terima Adara di fitnah.

''Maaf, Kak. Kali ini aku tidak bisa membantu Kakak. Kakak cari bantuan lain saja,''

''Tapi kenapa, Ver? Kamu mengatakan kakak yang lemah karena kalah sama wanita miskin itu, tapi kamu sendiri? Kamu juga kalah, Ver!''

''Aku tidak ingin terlalu ikut campur urusan keluarga Kakak dan keluarga Winda. Pekerjaan ku masih banyak, jadi maaf Kak. Aku hanya bisa membantu dengan doa saja. Aku tutup Kak,'' setelah berkata seperti itu, Vero langsung memutuskan panggilan secara sepihak.

Tut.

Tut!

Alex melempar ponselnya ke lantai, sehingga ponsel mahal tersebut hancur berderai. Dia begitu emosi saat ini, dia bingung harus menjelaskan apa kepada Winda kalau Winda bertanya. Pun dua hari lagi, Winda pasti akan sangat hancur melihat suaminya di jemput paksa oleh polisi di kediaman nya.

Alex tidak ingin itu terjadi, karena kesedihan Winda merupakan kesedihan nya juga. Begitu juga dengan Yulia, mamanya Winda pasti akan ikut terluka.

*

Keesokan harinya Alex dan sang istri berkunjung ke rumah sang besan.

''Cepatlah kamu bawa Winda keluar negeri Erlang, lalu kalian hiduplah berbahagia di sana. Kamu harus segera meninggalkan Indonesia sebelum polisi datang menjemput mu,'' jelas Alex sembari berjalan mondar-mandir di ruang keluarga rumah Erlang.

''Maksud Papa apa?'' tanya Winda yang masih belum mengerti.

''Papa tidak bisa membantu Erlang untuk terbebas dari jerat hukum. Jadi, besok, sudah pasti Erlang akan ditangkap polisi lalu di tahan di jeruji besi selama lima tahun lamanya. Apa kalian mau itu terjadi?!'' jelas Alex dengan satu tangan memegang kepala.

Sari tercengang mendengar hal itu, begitu juga dengan Yulia.

Sementara Erlang mendadak tubuh nya jadi panas dingin, dia sangat takut kalau itu sampai terjadi.

''Papa kenapa tidak bisa melakukan itu?! Kenapa Papa tidak bisa melindungi suami aku,'' protes Winda. Dia memukul dada bidang sang papa. Sedari kecil Winda memang terbiasa di manja, jadi bila ada keinginan nya yang tidak bisa di wujudkan oleh sang papa maka dia akan mengamuk serta memukul papanya itu.

''Ada seseorang yang memiliki kekuasaan tinggi dibelakang wanita itu. Sehingga kita tidak bisa melawannya dan menyuap anggota polisi kenalan Papa,'' Alex memegang kedua tangan Winda. Lalu dia menatap sang putri lekat. Winda menangis, dia pun sama takutnya seperti Erlang.

''Sayang, lebih baik kamu turuti perkataan Papa mu,'' ujar Yulia.

''Iya, Nak. Semua demi kebaikan kalian,'' timpal Sari.

Sari dan Winda bisa terbebas dari jerat hukum itu karena Adara telah mencabut laporannya. Adara masih punya hati, dia tidak tega kalau harus memenjarakan wanita hamil dan wanita yang sudah berumur seperti Sari.

Adara selalu berdoa agar Winda dan Sari bisa berubah lebih baik lagi.

Dan Adara juga yakin, akan Adara balasan setimpal untuk Sari dan Winda, mereka akan menerima karma mereka masing-masing suatu hari nanti.

Erlang dan Winda lalu menuruti perkataan Alex. Mereka akan terbang keluar negeri. Mereka akan terbang ke New York, Alex meminta Winda menyusul Vero. Meskipun Alex belum mengabari Vero, tetapi Alex yakin, Vero akan menerima kedatangan sang keponakan dengan senang hati.

Bersambung.