Saat Aku Dimadu
Aku tersenyum bahagia mengingat suamiku akan pulang hari ini. Setelah dinas diluar kota selama tiga hari, akhirnya Mas Erlang ku pulang juga.
Bukan apa-apa, aku bukannya lebay atau apalah bahasa gaul anak muda zaman sekarang. Aku merasa sangat merindukan sosok suamiku karena selama dia dinas diluar kota, dia sungguh sulit untuk dihubungi. Selama tiga hari itu aku tidak mendengar suaranya yang begitu menenangkan bagiku dan tidak juga sekalipun berbalas pesan dengannya. Ponselnya mati.
Ah, aku sungguh merindukanmu Mas, rindu dekapan hangat tubuh kekar mu.
''Adara, Erlang sudah pulang. Dia menunggu mu di ruang tamu,'' tiba-tiba Ibu mertua membuka pintu kamar dengan kasar, dan berkata dengan nada cukup keras. Aku yang tengah duduk dipinggir kasur sampai kaget karena nya.
''Iya, Ma. Aku akan segera menemui Mas Erlang,'' sahutku antusias dengan senyum mengembang.
Mama mertuaku langsung pergi tanpa menutup pintu kamar. Selalu saja begitu, dari kami masih berpacaran hingga menikah, Mama terlihat tidak menyukaiku. Wajahnya selalu datar dan jutek saat berbicara dengan ku. Aku hanya mampu bersabar menghadapi sikap dingin wanita yang telah melahirkan suamiku itu.
Sebelum menemui Mas Erlang, aku berdiri di depan cermin meja rias, aku memoles wajah ku dengan makeup tipis dan lipstik senatural mungkin. Tidak lupa aku menyisir rambut lurus sepunggung ku. Selain itu aku juga memakai dress terbaik yang aku punya, dress bewarna maroon yang dibelikan oleh Mas Erlang dulu. Aku ingin terlihat cantik di depan suamiku, agar rasa lelahnya setelah bekerja dapat terobati dengan melihat penampilan istrinya yang rapi.
Aku berjalan ke dapur, aku akan menyuguhkan segelas teh hangat kesukaan Mas Erlang.
Sambil mengaduk air teh dengan sendok, aku bersenandung ria, membayangkan nanti malam pasti ranjang kami akan bergoyang hebat. Mas Erlang merupakan pria perkasa, dia sanggup bercinta denganku hingga tiga ronde bahkan lima ronde lamanya. Terkadang aku merasa tidak sanggup lagi untuk menyeimbangi nya, tapi karena ingin menyenangkan suami, aku pura-pura menikmati permainan suamiku sampai dia benar-benar selesai.
Aku berjalan keruang tamu dengan kedua tangan memegang nampan, diatas nampan terdapat segelas teh yang masih mengepul asap dan setoples cemilan yang berupa kue kering coklat kesukaan Mas Erlang. Saat sedang berjalan keruang tamu, aku berpikir, aku merasa sedikit heran, kenapa Mas Erlang malah duduk diruang tamu? Kenapa dia tidak duduk ruang keluarga atau langsung menemui aku dikamar? Biasanya 'kan selalu begitu. Ah, mungkin kali ini Mas Erlang merasa begitu kelelahan sehingga dia ingin langsung menjatuhkan pantatnya pada sofa ruang tamu.
Saat kakiku sudah berpijak pada lantai ruang tamu, aku menghentikan langkahku sejenak. Diruang tamu, Mas Erlang ternyata tidak sendiri, Mama mertua tampak menemaninya, dan juga ada seorang wanita muda lagi seksi yang duduk di samping Mama.
''Em, maaf, aku kira Mas Erlang cuma sendiri di sini, makanya teh nya hanya ada satu gelas,'' ucapku seraya meletakkan teh dan toples di atas meja di depan suamiku.
''Ya sudah, sana kamu kebelakang lagi Adara. Kamu buatkan segelas teh hangat untuk tamu spesial kita,'' kata Mama mertua.
''Iya, Ma,'' sahutku cepat, lalu bersiap melangkahkan kaki hendak kebelakang. Namun aku mengurungkan langkah ku saat mendengar ada yang bersuara.
''Eh, tunggu dulu. Aku tidak suka teh hangat. Aku maunya teh dingin saja,'' ucap wanita yang masih belum aku tahu siapa dia.
''Iya, baiklah. Akan aku buatkan, tunggu sebentar, ya,'' jawabku tersenyum simpul. Lalu dengan langkah sedikit lebar aku berjalan kebelakang.
Mungkin wanita itu adalah kerabat suamiku yang masih belum aku kenali, makanya Mama mengatakan kalau dia adalah tamu spesial.
Aku membuatkan teh dingin dengan cepat, aku tidak ingin wanita itu menunggu terlalu lama. Setelah selesai, aku berjalan ke depan lagi.
''Ini teh nya,'' ucapku ramah seraya meletakkan segelas teh dingin di atas meja di depan wanita yang memiliki paras cukup cantik.
''Hm,'' bukannya mengucapkan terimakasih, tapi wanita yang berpakaian dengan pakaian kurang bahan tersebut hanya berdehem dengan wajahnya yang datar. Dia langsung meneguk teh dingin buatan ku.
Aku lalu duduk di samping Mas Erlang, kami duduk di sofa yang sama.
Entah kenapa kali ini wajah suamiku terlihat biasa-biasa saja saat memandang ku. Tak lagi berbinar terang seperti hari-hari sebelumnya.
''Mas,'' aku ingin menyalami tangan Mas Erlang, tapi dia malah menepisnya. Dan hal itu berhasil membuat hatiku terasa sakit. Aku menatap nya dengan tatapan penuh tanda tanya.
''Adara, bisa kamu duduk di sofa yang berbeda? Ada sesuatu hal yang ingin kami sampaikan pada mu,'' kata Mama. Aku semakin tidak mengerti dengan suasana yang terasa begitu kaku karena kehadiran wanita asing ditengah-tengah kami.
''Tapi, Ma. Apa salahnya aku duduk di samping suamiku sendiri,'' protes ku.
''Adara, kamu nurut saja,'' Mas Erlang berucap dengan ekpresi wajah yang sulit untuk aku artikan. Kali ini sikap suamiku tampak aneh.
''Apa kamu tidak lihat, di sini ada tamu, jadi sopan lah sedikit!'' timpal Mama.
Aku lalu berdiri, berpindah duduk pada sofa yang ada diseberang suamiku. Rasanya aku bagai orang bodoh sekarang. Perkara duduk saja di permasalahkan.
Saat aku sudah duduk, mendadak suasana diruang tamu menjadi sunyi. Tidak ada yang bersuara. Hingga akhirnya Mama berucap, memecah kesunyian yang sempat tercipta.
''Sayang, silahkan kamu perkenalkan dirimu pada Adara,'' Mama berkata sangat lembut pada wanita yang ada disampingnya. Bahkan tangan Mama mengelus bahu terbuka wanita tersebut. Aku iri melihat itu, karena selama ini Mama tidak pernah bersikap begitu terhadap aku.
''Baiklah, Ma,'' balas wanita itu.
Apa katanya? Kenapa dia memanggil Mama dengan sebutan Mama juga?
''Hello Adara, perkenalkan nama aku Winda. Aku adalah istri kedua atau istri muda Mas Erlang. Aku adalah adik madu mu,''
Bak tersambar petir disiang bolong, aku kaget luar biasa setelah mendengar pengakuan wanita yang memperkenalkan namanya dengan sebutan Winda.
''Ka-kamu jangan becanda,'' ucapku dengan tatapan menatap wajahnya lekat.
''Becanda? Hei Adara, siapa yang becanda. Kalau kamu tidak percaya silahkan kamu tanyakan sendiri sama Mas Erlang dan Mama Sari,'' Winda berkata begitu santai. Lalu dia kembali menyeruput teh dinginnya. Sedangkan aku merasa hatiku begitu porak poranda, aku menolak percaya dengan apa yang dia katakan.
''Benar begitu, Mas? Ma?'' aku menatap suamiku dan mertuaku secara bergantian.
''Iya, apa yang dikatakan oleh Winda memang benar Adara,'' sahut Mama.
''Tidak mungkin,'' aku menggeleng dengan netra berkaca-kaca.
''Adara, mulai saat ini kamu harus menerima kenyataan kalau istri Mas tidak hanya kamu saja. Tapi diantara kita telah ada Winda. Mas memang telah menikahinya dan kami juga sudah melakukan hubungan suami istri,''
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Sukliang
ku baca lg hehehehr
2024-04-11
0
#ayu.kurniaa_
.
2023-08-27
1
tari
serruuuuu
2023-08-25
1