FOLLOW DULU SEBELUM BACA!
.
BUTUH HEALING? BACA ɪᴍᴀᴍᴋᴜ, ꜱᴜʀɢᴀᴋᴜ SOLUSINYA!
.
DINGIN IN PUBLIC, BUCIN IN PRIVATE🕊️
.
PERINGATAN! HATI - HATI, CERITA INI DAPAT MENYEBABKAN KEJANG-KEJANG DAN SENYUM-SENYUM SENDIRI!🦋
.
Allah itu maha romantis. Ada banyak cara untuk Allah mempertemukan kita dengan jodoh. Salah satunya Azalea. Berawal dari ketidaksengajaan nya yang menghilangkan berkas penting, berakhir dengan ia yang menjadi istri sang bos besar.
Awalnya, Azalea pikir pernikahannya itu tidak akan berlangsung lama ketika mengingat bagaimana awal mereka berdua bisa menikah. Namun ternyata tidak. Husain bukan laki-laki pengecut yang akan mempermainkan kesakralan sebuah pernikahan. Justru Husain akan menjadi lelaki gentle yang akan terus mempertahankan rumahtangganya atas izin Allah.
"Kamu tahu istriku, jika saja setan melihat senyuman manis kamu, Abang khawatir malah ia yang akan tersesat saat menggodamu," - Azzam Gibran Al-Husain.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon its.syrfhlee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
(29). Wajah memerah Azalea.
"Assalamu'alaikum, Ibu."
Azalea mengetok pintu kamar ibu mertuanya yang tertutup rapat. Biasannya selesai sholat Ashar ibu mertuanya akan menghabiskan waktunya dengan mengaji sembari menunggu waktu sholat Magrib.
"Kenapa, sayang?" Tanya ibu dengan suara lembut setelah membuka pintu kamarnya.
"Ini Aza ada bawa pisang coklat keju untuk Ibu." Jawab Azalea sambil menyodorkan sekotak pisang coklat keju ke arah ibu yang berdiri di hadapannya dengan memakai mukena berwarna putih gading.
"Alhamdulillah. Terimakasih banyak ya, sayangnya Ibu." Ucap ibu sambil mengelus lembut pipi Azalea.
Perlakuan lembut ibu mertuanya ini lah yang membuat Azalea betah berada satu rumah dengan ibu mertuanya. Ibu mertuanya benar-benar memperlakukannya seperti putri kandungnya bukan sebagai menantunya. Bahkan ibu mertuanya seringkali membawa jajanan kesukaan Azalea ketika ibu mertuanya pulang dari suatu tempat.
"Sama-sama Ibu. Kalau gitu Aza mau ke kamar dulu ya," pamit Azalea.
"Iya, sayang. Ibu juga mau lanjut ngaji lagi," balas ibu.
"Oke, Ibu." Setelah mengatakan itu, Azalea langsung beranjak meninggalkan kamar ibu dan menuju kamarnya dengan Husain. Melihat apakah suaminya itu sudah selesai mandi.
Ceklek.
Pintu kamar mereka Azalea buka. Menampilkan penampilan Husain yang baru saja selesai memakai baju dengan handuk kecil yang berada di kepalanya.
"Huum wangi banget suami Aza." Ujar Azalea sambil mengendus-endus bau sabun di badan Husain.
"Tapi tunggu deh. Abang pakai sabun Aza?" Tanya Azalea setelah menyadari bahwa bau sabun yang menguar dari badan Husain sama persis dengan bau sabun miliknya.
Mendapati dirinya tertangkap basah, Husain tersenyum polos ke arah Azalea. "Hehehe, iya Abang pakai sabun kamu."
"Kenapa? Sabun Abang habis?" Tanya Azalea yang dibalas gelengan oleh Husain.
"Terus kenapa?"
"Gak papa. Pengen pakai sabun kamu aja. Enak baunya jadi berasa cium kamu setiap detik." Kedua pipi Azalea langsung memerah malu mendengar kalimat itu keluar dari bibir Husain.
"Cie, sayang Abang salting. Lihat tuh pipinya jadi memerah kayak tomat baru mateng di pohonnya." Ujar Husain sambil mencolek pipi tembem Azalea yang benar-benar terlihat memerah akibat salah tingkah.
Azalea gelagapan. Dirinya langsung menghindar dari tangan jail Husain yang terus menerus menoelnya. "Apaan sih Abang."
"Gak usah malu-malu, sayang. Abang suka kok wajah memerah kamu. Gemesin soalnya." Ucap Husain yang membuat kedua pipi Azalea semakin memerah.
"MasyaAllah lucu sekali bidadari Abang dengan pipi merahnya. Sini sini Abang foto." Husain meraih ponselnya dan mengarahkan kameranya ke arah wajah Azalea yang masih memerah karena malu.
"Abang ih nyebelin banget." Rengek Azalea berusaha menutup mukanya dari jangkauan kamera ponsel Husain.
Mendengar suara rengekan Azalea membuat Husain tertawa lepas sampai-sampai gigi gerahamnya terlihat.
"Aza ngambek ya kalau Abang masih ketawa." Ancam Azalea yang sudah melipat tangannya di dada dengan bibir yang mengerucut lucu.
"Oke. Oke Abang gak ketawa lagi," dengan bersusah payah Husain menghentikan tawanya agar istri cantiknya itu tidak ngambek. Bahaya jika Azalea ngambek padanya, bisa-bisa nanti malam Husain akan tidur tanpa memeluk guling hidupnya.
"Ya udah sini, katanya mau makan pisang coklat keju," ujar Husain pada Azalea yang masih setia menatapnya dengan mata yang menyipit dan bibir yang di majukan.
"Serius deh Abang gak bakal jahilin kamu lagi." Husain mencoba meyakinkan Azalea yang sepertinya tidak yakin dengannya.
"Aza jadi trust issue sama Abang." Sinis Azalea yang di tanggapi kekehan oleh Husain.
Karena terlalu lama, Husain langsung menggendong tubuh Azalea dan membawanya menuju balkon kamar mereka. Menikmati pisang coklat keju sambil memperhatikan aktifitas anak-anak komplek yang sedang bermain sepertinya bukan hal yang buruk.
"Nah, duduk yang baik ya anak manis." Ledek Husain sambil menepuk pelan pucuk kepala Azalea.
"Dih, Aza udah gede ya." Protes Azalea.
"Iya, sayang,"
"Mau makan sendiri atau Abang suapin nih?" Husain menaik turunkan alisnya berniat menggoda Azalea kembali.
"Sendiri aja." Ujar Azalea yang mulai memakan pisang coklat keju yang ia beli tadi.
"Eumm MasyaAllah, enak banget pisang coklat keju. Manisnya pas gak berlebihan." Puji Azalea. Sangking enaknya, Azalea sampai menjilat sisa coklat yang menempel di jarinya.
"Kalau menurut Abang sih ya, manisan kamu deh daripada pisangnya. Setiap inci tubuh kamu tu rasanya manis dan juga candu kayak narkoba. Mangga carabao yang pernah tercatat sebagai buah termanis di dunia pada tahun 1995 aja kalah manis sama kamu, sayang."
Azalea berdecih. Suaminya ini terkadang suka berlebihan jika memujinya. "Aza kan emang manis dan candu. Kalau gak gitu Abang gak bakal kepincut dan bucin sama Aza," balasnya dengan percaya diri.
Husain menganggukkan kepalanya. "Bener banget. Kamu itu udah jadi candu buat Abang. Kalau gak ngelihat kamu dan peluk cium kamu sehari aja rasanya kepala Abang mau pecah. Lebay emang, tapi itulah kenyataannya."
"Aza lihat-lihat sifat bucin Abang kayaknya mirip banget deh sama sifat bucinnya Qais," ujar Azalea yang diangguki oleh Husain.
"Nah itu dia. Abang juga belajar dari Qais yang tidak pernah menyerah atas cintanya. Walaupun pada akhirnya Qais tidak bersatu dengan Laila. Sedangkan Abang berhasil mendapatkan pujaan hati Abang." Balas Husain. Setelahnya Husain berdiri dari duduknya dan berjalan melewati Azalea.
"Mau kemana?" Tanya Azalea sambil menahan tangan Husain.
"Abang mau ke dapur dulu." Jawab Husain yang diangguki oleh Azalea. "Jangan kangen loh." Lanjutnya.
"Dih siapa yang kangen. Abang kali tuh yang bakal kangen," cibir Azalea.
Husain langsung tergelak mendengar cibiran Azalea. Tangannya ia bawa untuk mengelus-elus pucuk kepala Azalea yang tertutup hijab. "Iya juga ya. Kamu ikut Abang aja deh, sayang." Tanpa meminta persetujuan Azalea, Husain langsung menggendong tubuh Azalea ala koala. Membuat Azalea dengan spontan langsung melingkarkan kakinya di pinggang ramping Husain agar dirinya tidak terjatuh saat Husain melangkah.
"Abang! Kasih aba-aba dong kalau mau gendong Aza. Kalau Aza jatuh gimana?" Kesal Azalea.
"Gak bakal, sayang." Ujar Husain sambil menepuk pantat Azalea. "Pantat kamu gemoy banget ih. Kayak squisy." Husain terkekeh geli setelahnya.
Sedangkan Azalea, wanita itu melototkan matanya ketika ia merasakan tangan Husain yang terus meraba-raba pantatnya. Bahkan Husain juga turut memukul pantatnya. "IH PELECEHAN!" Desis Azalea. Ia memberontak minta di turunkan karena tidak mau menjadi korban pelecehan Husain. Tapi semakin Azalea memberontak minta di turunkan, maka semakin kuat pula pelukan Husain pada tubuhnya.
"Aaa turunin Abang. Nanti kalau ibu lihat gimana?" Rengek Azalea.
"Gak bakal. Ibu kan kalau sore di kamarnya lagi ngaji sambil nunggu Magrib." Balas Husain yang terus berjalan menuju dapur.
Sesampainya di dapur, Husain menurunkan Azalea di atas meja pantry. "Duduk disini. Jangan turun!" Titah Husain yang diangguki oleh Azalea dengan terpaksa.
Jadi lah selama Husain membuat kopi, Azalea tetap duduk tenang di atas pantry sesuai dengan titah Husain.
"Mau coba?" Tawar Husain setelah kopi milik ya jadi.
Tanpa berpikir panjang, Azalea langsung menganggukkan kepalanya. "Mau. Mau. Mau." Jawabnya mencoba menggapai gelas kopi yang ada di tangan Husain.
"Biar Abang aja yang pegang. Kopinya masih hangat. Kalau kamu mau, di kipasin dulu kopinya pakai tangan biar gak terlalu hangat."
Kening Azalea mengkerut bingung. "Kenapa gak di tiup aja?" Tanyanya dengan wajah polos.
"Kalau dari sisi ilmiahnya, Makanan atau minuman panas itu mengandung uap air. Ketika kita meniupnya, akan terjadi pembentukan senyawa asam karena uap air bergabung dengan karbondioksida dari napas. Senyawa tersebut akan mengakibatkan keasaman pada makanan dan minuman naik, dan akan mengganggu kesehatan. Karena itu Rasulullah melarang kita untuk tidak meniup makanan atau minuman yang panas. Selain karena adab, juga karena kesehatan." Jelas Husain dengan bahasa yang sekiranya mudah di pahami oleh Azalea.
"Oh gitu." Azalea mengangguk-angguk kepalanya pertanda mengerti.
"Iya. Masih mau nyoba kopi nya?" Tanya Husain.
"Masih dong." Azalea mencoba mengipas-ngipaskan kopi Husain yang masih mengepulkan sedikit asap. Sekiranya suhu kopinya sudah bisa untuk di minum, Azalea langsung mendekatkan gelas kopinya pada bibirnya dibantu dengan Husain.
Azalea hanya mampu meminum seteguk kopi milik Husain karena setelahnya ia malah menjauhkan kopi Husain dari depan bibirnya. Melihat itu, Husain malah tergelak. "Kenapa? Pahit hm?" Tanya Husain sambil membantu Azalea mengambilkan gadis itu air putih.
"Abang kok gak bilang kopinya pahit sih!" Protes Azalea setelah ia menetralkan rasa pahit di lidahnya.
"Kopi kalau gak pahit gak enak sayang. Bahkan semakin pahit rasa kopi malah semakin enak," ucap Husain.
"Ih gak lagi-lagi Aza nyobain kopi Abang," sungut Azalea dengan wajah cemberut dan tangan yang ia lipat di dada.
"Kamu mah emang cocoknya makan makanan dan minum minuman yang manis-manis. Biar tambah manis." Ujar Husain mencolek dagu Azalea.
-to be continued-