Malam itu aku hanya bisa melihat suamiku pulang kembali ke rumah istri sahnya. Meski kecewa aku tidak marah, kami menikah siri enam tahun lalu saat aku bahkan belum lulus SMA. Demi karirnya suamiku rela menikah dengan anak pemilik rumah sakit tempatnya bekerja.
Kadang aku bertanya, kenapa aku yang istri pertama harus mengalah?
Enam tahun kami menikah, aku tidak dikaruniai seorang anak. Aku yang sebatang kara ini hanya bisa bergantung hidup pada suamiku. Lagi pula aku sangat mencintainya hingga rela di madu. Tapi, lambat laun hatiku terasa begitu hancur dan remuk, apalagi saat mengetahui kalau vitamin pemberian suamiku sebenarnya adalah obat KB agar aku tidak memiliki anak dengannya.
Aku melihat wanita itu, wajah cantik, kulit putih, dan pembawaan yang anggun. Siapa yang tidak menyukai wanita secantik ini??
Dari pakaian dan juga penampilannya sudah pasti dia adalah wanita kaya, mana mungkin aku yang hanyalah seorang satpam bisa menaruh hati padanya?
Tapi, wanita ini terlalu menarik perhatian, terlalu susah untuk tidak mengagumi kecantikannya, terlalu susah untuk tidak menyukainya. Siapakah yang akan memiliki wanita itu??
Hasrat ini harus disembunyikan, di tekan, jangan sampai membuatnya sadar, kalau aku menyukainya.
Bila mencintaimu adalah sebuah kesalahan, aku tak ingin menjadi benar. ~ Raksa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Devy Meliana Sugianto, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mimpi Panas Bikin Cenat Cenut
Raksa memeluk tubuh langsing Mira, menikmati aroma manis yang memikat dan memabukkan. Lengguhan panjang langsung terlontar dari bibir tipis Mira saat tangan Raksa yang besar dan dingin menelisup masuk ke dalam rok. Mengangkat paha Mira mengait ke ke kaki Raksa.
Ah ... sensasi apa lagi ini?? Kenikmatan mana lagi yang kamu dustakan??? Raksa merasakan squzy kenyal dengan telapak tangan.
“Kau sangat menggairahkan, Nona. Terlihat cantik meski dengan baju robek ini.” Raksa sudah merobek blouse Mira agar isi di baliknya terlihat.
“Kau suka?” tanya Mira dengan wajah merona merah, kepanasan dengan suhu tubuhnya sendiri.
“Tentu saja, aku sangat menyukainya!!" Raksa mengubur wajahnya di antara belahan gunung kenyal.
Sementara Mira terengah engah, wajah tersipu yang menikmati percintaan mereka membuat Raksa kembali terbuai dalam pesonanya. Bagaikan mantra ya dirapalkan oleh penyihir untuk memikat seseorang, hela napas Mira pun bagaikan mantra itu di telinga Raksa. Terlalu memanjakan, terlalu mendebarkan. Apalagi desahan panas yang keluar dari hidung dan bibirnya di daun telinga Raksa, oh … sungguh tak tertahankan.
Bibir Raksa mulai bekerja di lekukan leher dan juga pundak Mira, rasanya luar biasa, membuat sekujur otot melemas. Gigitan kecil pada cerukan leher membuat Mira terpekik.
“Ach!!” Mira tersentak kaget, tiba-tiba saja Raksa membopong tubuh Mira ke atas gendongan. Mira bisa melihat tato di punggungnya dengan pandangan terbalik.
Raksa melemparkan Mira ke atas ranjang. Mira langsung melengguh panjang saat bibir Raksa mengecupi pahanya. Lidah Raksa terus menjilat naik, sampai tepat berada di tengah-tengah kedua pangkal paha.
“Ach!!” rancau Mira.
Rancauan demi rancauan keluar dari bibir Mira, memenuhi semua sudut ruangan kamar utama di apartemen mewah itu.
Tidak lama, Mira mulai merasakan energynya terpusat di satu titik, tempat lidah Raksa bersarang. Energy yang meluap membuat ledakan dahsyat yang membuat eforia pecah ke dalam otak. Tiap syaraf menghatarkan pecahan eforia itu ke sekujur tubuh Mira yang tengah bergetar hebat. Membuat Mira mengelungkan pinggang, menahan kedutan rasa nikmat yang terus terjadi di bawah sana.
Raksa langsung mengganti lidah dengan pisang ambonnya yang kokoh. Ia menancapkan pisang itu dalam-dalam ke dalam lembah sempit yang saat ini sudah banjir dengan cairan cinta.
“Argghh!!” Mira mengelung semakin tinggi tak kala Raksa dengan tempo cepat memompakan pisangnya dalam-dalam. Tangannya yang nakal menekan inti tubuh Mira, membuat wanita itu belingsatan.
Rancauan terdengar bersahutan, membuat telinga Mira memerah dan wajah Raksa menghangat. Belum pernah Mira rasakan kepuasan yang begitu liar. Ardan memperlakukannya sebagai boneka mahal, bermain dengan lembut, tapi Raksa, memberinya kepuasan kasar dan liar seperti seorang wanita nakal.
"Kau suka?" Raksa merasa bangga saat bisa membuat Mira puas. Mira mengangguk, bohong bila ia bergeleng.
Raksa menyumpal suara rancauan Mira dengan bibirnya, lidahnya bermain lama di dalam mulut, napas Mira tercekat dan membuat kedua dadanya membusung. Mira merasa gila, serangan panas dan perih di bawah, permainan tangan yang lihai, juga ciuman manis yang tak kunjung berakhir ini menyiksanya dengan kenikmatan.
“Hah … hah …” Mira terengah-engah saat Raksa melepas panggutannya. Mira menghirup kembali oksigen yang sempat menghilang dari paru-paru, ia mengisi sampai penuh hingga siap untuk bertempur kembali. Menerima gempuran dahsyat di bawah sana.
Rasa yang begitu nikmat dan memikat. Begitu tak tertolakkan. Tiap gesekan maju mundurnya begitu menggerogoti harga diri dan melupakan akal sehat. Mira ingin menjadi pelampiasan akan b1rahi Raksa yang besar.
Dengan kedua tangannya yang kekar Raksa menahan tubuhnya sementara kepalanya menunduk untuk memanen kelereng merah yang kini telah mengeras.
"Ughhh!!" Raksa mengerang karena ia mendapatkan puncaknya.
.
.
.
"Damn it!!" Raksa terbangun dengan sprei basah. Ia baru saja mimpi, mimpi yang membuatnya merasa keenakan. Kisah panasnya bersama Mira ternyata hanyalah mimpi. Raksa bahkan tidak tahu namanya, tapi berani memimpikan wanita itu menghangatkan ranjangnya.
Semua ini pasti gara gara kejadian di lift, Raksa jadi memimpikan Mira kan! Mimpi yang tidak sopan.
Raksa merasa malu dengan dirinya sendiri, ia mati matian menyembunyikan hasrat yang terpedam karena menyukai seorang wanita cantik seperti Mira. Padahal Raksa juga tahu kalau Mira sudah memiliki suami. Tapi perasaan yang semakin besar sulit untuk di lawan. Raksa hanya bisa menyembunyikan hasratnya, menekannya di dalam alam bawah sadar.
Tak ayal rasa yang menggebu gebu dan sulit untuk di ungkapkan itu berakhir dengan sangat memalukan di atas ranjang, lengkap dengan bau pandan yang khas.
Raksa dengan kesal bangkit dari ranjangnya untuk membersihkan diri.
......................
Keesokan harinya di tempat kerja.
Raksa berdiri kaku di depan toko perhiasan, hari ini juga masih sama ramainya dengan kemarin. Mall semakin bertambah ramai di hari minggu.
"Pergilah beristirahat, Raksa." Manager memberi waktu bagi Raksa beristirahat barang sejenak. Mereka terbiasa bergantian istirahat agar toko tidak kosong.
Raksa mengangaguk, ia pun pergi ke arah lift. Dalam hati ia berharap akan bertemu lagi dengan Mira.
Namanya juga jatuh cinta, ia terus berharap bisa bertemu Mira atau setidaknya curi curi pandang ke arahnya. Raksa benar benar ingin menghujat dirinya sendiri, karena dengan keadaan sadar ia mengingini wanita milik pria lain.
Pucuk di cinta ulam tiba, seorang yang akhir akhir ini begitu mengusik hatinya ada di dalam lift, ia membeli pembersih noda yang lain karena yang pertama kurang ampuh.
Hari ini Mira memakai baju blouse putih dengan rampel di bagian depan, celana panjang high waist panjang dengan enam kancing emas di bagian perut. Tampak cantik dengan rambut hitam yang di curly ala mermaid.
Raksa menelan ludahnya saat bayangan panas semalam terlintas di benaknya. Ragu ragu ia masuk ke dalam lift dan berdiri di samping Mira. Sama halnya dengan kemarin, begitu lift menuju ke lantai satu, para manusia menyerbu masuk ke dalam. Mereka hendak menuju ke mall.
Kali ini Raksa reflek melindungi Mira dan memojokkannya ke sudut lift. Raksa menahan diri dengan lengannya yang kekar agar tidak bersentuhan dengan tubuh Mira.
Mira menengadah, dan pandangan mereka pun kembali bertemu. Wajah tampan Raksa kembali bersemu kemerahan tak kala mata lentik itu menatapnya lekat seakan ingin tahu kenapa Raksa melindunginya?
Raksa tak lagi bisa membendung hasratnya saat melihat bibir ranum Mira yang begitu menggoda. Lip gloss glosy dengan warna cerry, benar benar menggoda Raksa untuk menggigit bibir itu sama seperti mimpinya semalam.
Dia sangat imut dan cantik, puji Raksa.
Aroma wangi tercium dari rambut panjang Mira, Raksa menekan kembali hasratnya. Ia memalingkan wajahnya dari Mira. Tapi luapan manusia kembali hadir saat lift terbuka, dua orang kembali memaksa masuk dan membuat Raksa kembali tertekan hingga tak lagi bisa bertahan, tangannya terlepas dan ia pun jatuh memeluk Mira.
"Maaf, Mbak, nggak sengaja." Raksa membuka mulut. Wajah Mira menghangat saat sesuatu yang keras menusuk pahanya. Apa itu??
......................
keknya semua novel yg aku baca pada pake sabun batang 🤣