Lima tahun menikah belum diberikan keturunan. Namun tak membuat kadar cinta Pria yang bernama Abian Rahardian itu berkurang pada istrinya.
Suatu hari Abi diminta oleh orangtuanya untuk datang, maka disela kesibukan ia menyempatkan diri untuk memenuhi permintaan orangtuanya. Sedikit penasaran, ada hal penting apa yang ingin mereka bicarakan.
"Tidak, Ma! Aku tidak bisa menduakan Diana, tolong Ma, jangan membuat hubungan aku dan Diana hancur. Kami bahagia, anak itu hanya masalah waktu saja, aku yakin suatu saat nanti Diana pasti bisa Hamil," ujar Pria itu meyakinkan sang Mama.
Tak mempunyai pilihan lain selain mengikuti kemauan kedua orangtuanya yang menginginkan kehadiran seorang cucu. Apalagi kondisi Mama yang sedang sakit membuat Abi tak bisa menolak.
"Dengar! Aku menikahimu bukan karena cinta, tapi karena Ibuku!" Abian Rahardian.
"Tenang saja, Tuan, Tujuan kita sama. Aku menerima tawaran ini juga karena Ibuku!" Sharena Husman.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Risnawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29
"Ayo," ajak Abi melenggang ingin segera keluar dari ruangan itu.
"Ah, Pak!" panggil Sha menghentikan langkahnya.
"Apa?" tanya Abi menatap enggan.
"Apakah Pak Burhan itu Oomnya Mbak Diana?" tanya Sha ingin memastikan.
Abi mengerutkan keningnya, heran apa maksud pertanyaan sekertarisnya itu. "Apa maksud kamu?" tanyanya tak mengerti.
"Maksud saya, apakah Pak Burhan itu saudara Mbak Diana? Dan apakah Bapak kenal sebelumnya?" tanya wanita itu kembali.
"Tidak," jawab Abi begitu singkat seakan tak berminat sama sekali untuk membahas hal itu.
Sha berdiri dari duduk, lalu berjalan mendekati Abi yang masih berdiam diri di depan pintu ruangan itu.
"Tapi saya pernah bertemu dengannya," ucap Sha
"Apa urusannya denganku?"
"Mbak Diana pernah berjalan dengan lelaki itu," ungkap Sha dengan jujur.
"Cukup Sha! Kamu jangan pernah memfitnah Diana lagi! Kenapa sekarang kamu menjadi licik seperti ini? Mau sampai kapanpun aku akan tetap mencintainya. Jadi seperti apapun fitnah yang kamu berikan aku tidak percaya!" tegas Abi menatap berang.
Kembali batin Sha terasa sakit. Perlahan ia mendekati Pria itu dengan tatapan tajam dan kelopak matanya sudah mulai berembun.
"Saya bukan fitnah, Pak! Tapi apa yang saya katakan adalah yang sebenarnya," ujar wanita itu dengan geram, tangannya merogoh tasnya mengambil ponsel, lalu membuka galeri.
"Lihat ini!" ujar Sha menunjukkan layar tipis itu dihadapannya. "Dan perlu Bapak tahu, saya tidak pernah berharap apapun dari Bapak, dan saya sangat sadar diri bahwa kehadiran saya hanya sebagai tempat menanam benih. Bapak jangan pernah berpikir jika saya ini adalah wanita picik. Saya hanya ingin menyampaikan apa yang saya lihat, karena bagaimanapun juga Bapak adalah suami saya, meskipun suami diatas kertas!" tegas wanita itu, tak terasa air mata yang sedari tadi ia tahan akhirnya jatuh jua.
Seketika wajah Abi memerah. Rahangnya mengeras dengan kedua tangan mengempal kuat. Entah apa yang ada dalam pikiran pria itu saat ini. Sha segera berlalu dari hadapan Abi tanpa bicara apapun, ia meninggalkan Pria itu dalam pikiran berkecamuk. Masih terpatri jelas di ingatannya bagaimana Diana menggandeng lelaki yang bernama Burhan itu, yang tak lain adalah rekan bisnisnya yang baru.
Abi segera pulang ingin bertemu dengan Diana yang dia kira selama ini adalah wanita yang sangat terhormat dan setia padanya. Tapi apa yang dia lihat sungguh membuat dunianya berhenti seketika.
"Diana! Diana!" pekik Abi saat memasuki kediamannya. Rasanya sudah tak sabar ingin mencecar wanita itu, bahkan ia ingin sekali menghajarnya. Sungguh rasanya ia tak mempunyai harga diri dibuat sang istri.
"Mas, Abi!" seru Diana menghampiri suaminya yang baru saja masuk kedalam kamar.
Abi menatap garang, matanya memerah, ia segera menarik tangan Diana dengan kuat dan segera membanting keatas ranjang.
"Mah, apa yang kamu lakukan!" pekik wanita itu menatap tak percaya.
"Katakan sekarang, siapa lelaki yang bernama Burhan itu!" bentak Abi dengan garang.
"Burhan?" tanya Diana bingung.
"Jangan sok bego kamu Di!"
"Ma-maksud kamu Om Burhanuddin?" tanya Diana berlagak santai.
"Ya, ada hubungan apa kamu dan dia?" tanya Abi penuh selidik.
"Tentu saja aku ada hubungan dengan dia, karena dia adalah Oom aku, dia itu adik Mama yang berada di Jerman, dan sekarang dia baru menetap di Indo," jelas wanita itu dengan serius.
Abi melongo dan masih tidak percaya. Benarkah Diana Burhan itu Oomnya, tapi kenapa selama ini dia tidak tahu bahwa Diana mempunyai Oom di luar negeri.
"Kamu serius?" tanya Abi ingin memastikan sekali lagi.
"Ya tentu saja aku serius, Mas. Kalau kamu tidak percaya silahkan kamu tanya sendiri dengan Mama," jawabnya berusaha meyakinkan Pria itu.
Abi terduduk di Sofa yang ada di kamarnya. Wajahnya terlihat lebih rileks dari sebelumnya. Entah apa yang ada dalam otaknya. Sementara Diana tersenyum lega dengan menghela nafas dalam.
Abi berdiri dari tempat duduknya. Ia segera beranjak dari kamar itu. Tak tahu hatinya saat ini bagaimana, tak bisa dibohongi bahwa hati kecilnya masih belum yakin sepenuhnya.
"Mas, kamu mau kemana?" tanya Diana menahan langkah suaminya.
"Aku mau balik kantor dulu," ujarnya datar.
"Kamu tidak percaya sama aku, Mas? Apakah kamu sudah termakan hasutan sekertarismu itu?" tanya Diana, dia sangat yakin bahwa yang membuat emosi Abi meledak seperti ini karena mendengar pengaduan dari Sha.
"Ah, tidak Sayang, tentu saja aku sangat mempercayai dirimu. Karena aku yakin bahwa istriku ini adalah wanita yang setia," ujar Abi tersenyum manis pada wanita itu.
"Kamu benaran percaya sama aku, Mas? Kamu tidak ingin menanyakan yang sebenarnya sama Mama? Lebih baik kamu tanyakan semua dengan Mama agar kamu percaya," ucap Diana masih ingin meyakinkan lagi.
"Ah, tidak perlu, Sayang, karena aku sangat percaya dengan istriku ini," jawab Abi sembari mengelus kedua pipi wanita itu. Diana tersenyum dan segera menghambur dalam dekapan Pria itu.
"Terimakasih ya, Mas, terimakasih kamu sudah mempercayai aku," ujar Diana memeluk erat. Abi membalas pelukan itu.
"Yasudah, kalau begitu aku kembali ke kantor dulu. Kamu istirahat saja ya, jangan banyak pikiran dan jangan keluyuran," ujar seperti memberi peringatan.
Abi segera meninggalkan kediamannya. Diana tersenyum licik setelah melepaskan kepergian suaminya. Ia segera meraih ponselnya dan menghubungi seseorang.
"Bagaimana, Sayang?" tanya seorang pria di ujung sambungan telepon.
"Beres, Sayang, dia percaya dengan semua ucapan aku. Dan aku juga sudah memberitahu Mama. Pokoknya kamu tenang saja. Kita harus bisa main cantik hingga misi berhasil," jawab wanita itu dengan senyum kemenangan.
"Oke, secepatnya aku akan melancarkan misi kita. Aku harus bisa mengambil alih kedudukan sebagai seorang CEO di perusahaan itu. Hahaha..." Pria itu tertawa renyah.
Jika Diana dan Burhan sedang tertawa senang, berbeda dengan Abi yang sedang menemui seseorang di sebuah Cafe sebelum ia kembali ke kantor.
"Apa maksud kamu Abi?" tanya seorang lelaki yang menggunakan pakaian coklat itu, sepertinya dia adalah seorang aparat kepolisian.
"Yanju, kamu kan seorang penyidik. Aku ingin minta tolong padamu untuk menyelidiki seseorang yang sedang aku curigai," ujar Abi pada temannya yang seorang polisi.
"Apa yang curigai dari lelaki itu?" tanya Yanju ingin tahu dulu pokonya.
Abi mencurahkan apa yang mengganjal dalam hatinya. Abi juga menceritakan penjelasan istrinya yang rasanya tak masuk akal. Bagaimana mungkin mereka sudah menikah selama enam tahun, namun tidak pernah mengetahui bahwa Diana mempunyai Oom di luar negeri.
"Baiklah, aku akan mencoba membantumu. Berikan alamat Perusahaan Pria itu," ujar Yanju.
Abi segera memberi alamat rekan bisnisnya yang baru pada sahabatnya. Sebenarnya Yanju merasa sulit untuk membantu, dia memang seorang penyidik, namun untuk kasus yang sudah masuk kedalam berkas laporan. Tetapi demi sahabat baiknya, maka Pria itu tak bisa menolak.
"Baiklah, tunggu kabar dariku secepatnya akan ku bereskan," ujar Pria yang menjabat sebagai Ajun komisaris polisi polisi itu.
"Terimakasih kawan. Aku tunggu kabar darimu." Kedua sahabat itu saling menjabat tangan ala manly. Abi dan Yanju berpisah untuk kembali ke kantor masing-masing.
Bersambung....
NB. Untuk raeder, author mengucapkan minal Aidin Wal Faidzin, mohon maaf lahir dan batin 🙏🤗
Happy reading 🥰
degil...?
pandai berbohong.
cuma belum menyadari...
memaafkan, terus sekarang di ulang lagi.
mana boleh pakek Wali Hakim?